rumah › Transmisi (kotak roda gigi) › Dorr adalah semua cahaya yang tidak bisa kita lihat. Anthony Dorr "Semua Cahaya yang Tidak Dapat Kita Lihat"

Dorr adalah semua cahaya yang tidak bisa kita lihat. Anthony Dorr "Semua Cahaya yang Tidak Dapat Kita Lihat"

Anthony Dorr

Semua cahaya tidak bisa kita lihat

SEMUA CAHAYA YANG TIDAK BISA KITA LIHAT Copyright

penerbit AZBUKA®

* * *

Didedikasikan untuk Wendy Weil 1940-2012

Pada bulan Agustus 1944, benteng kuno Saint-Malo, permata paling cemerlang di Pantai Zamrud Brittany, hampir hancur total oleh api ... Dari 865 bangunan, hanya 182 yang tersisa, dan bahkan rusak sampai tingkat tertentu .

Philip Beck

Selebaran

Di malam hari mereka jatuh dari langit seperti salju. Mereka terbang di atas tembok benteng, jungkir balik di atas atap, berputar-putar di jalan-jalan sempit. Angin menyapu mereka di sepanjang trotoar, putih dengan latar belakang bebatuan abu-abu. “Permohonan yang mendesak bagi penduduk! mereka bilang. “Segera keluar ke tempat terbuka!”

Air pasang akan datang. Bulan cacat menggantung di langit, kecil dan kuning. Di atap hotel tepi laut di sebelah timur kota, penembak Amerika memasukkan peluru pembakar ke dalam moncong mortir.

Pembom

Mereka terbang melintasi Selat Inggris pada tengah malam. Ada dua belas di antaranya, dan mereka diberi nama sesuai lagu: "Stardust", "Rainy Weather", "In the Mood" dan "Baby with a Gun". Di bawah, laut berkilauan, dihiasi dengan chevron domba yang tak terhitung jumlahnya. Segera para navigator sudah melihat di cakrawala garis rendah pulau-pulau yang diterangi oleh bulan.

Berputar komunikasi internal. Dengan hati-hati, hampir dengan malas, para pembom menjatuhkan ketinggian mereka. Untaian cahaya merah merentang ke atas dari pos pertahanan udara di pantai. Kerangka kapal terlihat di bawah; satu hidungnya benar-benar hancur karena ledakan, yang lain masih terbakar, berkedip samar dalam kegelapan. Di pulau terjauh dari pantai, domba yang ketakutan berlarian di antara bebatuan.

Di setiap pesawat, pengebom melihat melalui lubang penglihatan dan menghitung sampai dua puluh. Empat, lima, enam, tujuh. Benteng di tanjung granit semakin dekat. Di mata pencetak gol, dia terlihat seperti gigi yang jelek - hitam dan berbahaya. Abses terakhir dibuka.

Dalam sempit dan rumah tinggi nomor empat, rue Vauborel, di lantai enam terakhir, Marie-Laure Leblanc yang buta berusia enam belas tahun sedang berlutut di depan meja rendah. Seluruh permukaan meja ditempati oleh sebuah model - miniatur kota tempat dia berlutut, ratusan rumah, toko, hotel. Ini adalah katedral dengan puncak menara kerawang, ini adalah Château Saint-Malo, deretan rumah kos tepi pantai yang dipenuhi cerobong asap. Bentang kayu tipis dari dermaga membentang dari Plage du Mol, pasar ikan ditutupi dengan lemari besi, kotak-kotak kecil dilapisi dengan bangku; yang terkecil tidak lebih besar dari biji apel.

Marie-Laure menggerakkan ujung jarinya di sepanjang tembok benteng sepanjang satu sentimeter, menguraikan bintang dinding benteng yang tidak beraturan - garis keliling tata letak. Menemukan bukaan dari mana empat meriam seremonial menghadap ke laut. “Benteng Belanda,” bisiknya, jari-jarinya menuruni tangga kecil. - Rue de Cordiere. Rue Jacques Cartier.

Di sudut ruangan ada dua ember galvanis berisi air di sekeliling tepinya. Tuangkan kapan pun memungkinkan, kakeknya mengajarinya. Dan mandi di lantai tiga juga. Anda tidak pernah tahu berapa lama mereka memberi air.

Dia kembali ke puncak menara katedral, dari sana ke selatan, ke Gerbang Dinan. Sepanjang malam Marie-Laure menggerakkan jarinya di atas tata letak. Dia sedang menunggu paman buyutnya Etienne, pemilik rumah. Étienne pergi tadi malam saat dia sedang tidur dan tidak kembali. Dan sekarang sudah malam lagi, jarum jam telah berputar lagi, seluruh penjuru sunyi, dan Marie-Laure tidak bisa tidur.

Dia bisa mendengar pengebom tiga mil jauhnya. Suara yang naik, seperti statis di radio. Atau gemuruh di cangkang laut.

Marie-Laure membuka jendela kamar tidurnya dan deru mesin semakin keras. Sisa malam itu sangat sunyi: tidak ada mobil, tidak ada suara, tidak ada langkah kaki di trotoar. Tidak ada peringatan serangan udara. Anda bahkan tidak bisa mendengar burung camar. Hanya satu blok jauhnya, enam lantai di bawah, air pasang menghantam tembok kota.

Dan suara lain, sangat dekat.

Semacam gemuruh. Marie-Laure membuka selempang kiri jendela lebih lebar dan menggerakkan tangannya ke kanan. Secarik kertas menempel di jilidan.

Marie-Laure membawanya ke hidungnya. Baunya tinta cetak segar dan mungkin minyak tanah. Kertasnya keras - tidak bertahan lama di udara lembab.

Gadis itu berdiri di depan jendela tanpa sepatu, dengan stoking. Di belakangnya ada kamar tidur: kerang diletakkan di atas lemari berlaci, kerikil laut bundar di sepanjang alasnya. Tongkat di sudut; sebuah buku braille besar, terbuka dan terbalik, menunggu di tempat tidur. Deru pesawat semakin meningkat.

Lima blok ke utara, Werner Pfennig, seorang tentara Jerman berusia delapan belas tahun yang berambut pirang, terbangun dengan gemuruh yang tenang. Bahkan lebih berdengung - seolah-olah di suatu tempat yang jauh lalat memukuli kaca.

Dimana dia? Bau minyak pistol yang memualkan dan sedikit kimiawi, aroma serutan segar dari kotak cangkang baru, bau kapur barus dari seprai tua - dia ada di hotel. L'hotel des Abeilles- "Rumah lebah".

Malam lainnya. Jauh dari pagi.

Ke arah laut bersiul dan bergemuruh - artileri antipesawat sedang bekerja.

Kopral pertahanan udara berlari menyusuri koridor menuju tangga. "Ke ruang bawah tanah!" dia berteriak. Werner menyalakan senter, memasukkan kembali selimut ke dalam tas ranselnya, dan bergegas keluar ke lorong.

Belum lama berselang, Rumah Lebah ramah dan nyaman: daun jendela biru cerah di fasad, tiram di atas es di restoran, di belakang bar, pelayan Breton dengan dasi kupu-kupu menyeka kacamata. Dua puluh satu kamar (semua dengan pemandangan laut), di lobi - perapian seukuran truk. Orang Paris yang datang untuk akhir pekan minum minuman beralkohol di sini, dan sebelum mereka - utusan langka republik, menteri, wakil menteri, kepala biara dan laksamana, dan berabad-abad sebelumnya - corsair lapuk: pembunuh, perampok, perampok laut.

Dan bahkan sebelumnya, sebelum sebuah penginapan dibuka di sini, lima abad yang lalu, seorang privateer kaya tinggal di rumah itu, yang meninggalkan perampokan laut dan mempelajari lebah di sekitar Saint-Malo; dia menuliskan pengamatan dalam sebuah buku dan memakan madu langsung dari sarang lebah. Sebuah relief pohon ek dengan lebah masih bertahan di atas pintu depan; Air mancur berlumut di halaman dibuat berbentuk sarang lebah. Favorit Werner adalah lima lukisan dinding pudar di langit-langit ruangan terbesar di lantai paling atas. Dengan latar belakang biru, lebah seukuran anak kecil melebarkan sayap transparannya - drone malas dan lebah pekerja - dan ratu setinggi tiga meter dengan mata majemuk dan bulu keemasan di perutnya meringkuk di atas bak mandi heksagonal.

Selama empat minggu terakhir, penginapan tersebut telah diubah menjadi benteng. Sebuah detasemen penembak anti-pesawat Austria menutup semua jendela, membalikkan semua tempat tidur. Pintu masuknya diperkuat, tangganya dipaksakan dengan kotak cangkang. Di lantai empat, di mana taman musim dingin dengan balkon Prancis menawarkan pemandangan tembok benteng, senjata anti-pesawat jompo bernama "Delapan-Delapan" menetap, menembakkan peluru seberat sembilan kilogram sejauh lima belas kilometer.

Perang; keindahannya adalah bahwa ini sebenarnya tentang dunia. Ini semua tentang genre yang dipilih dengan tepat: ini adalah novel petualangan dan ode untuk dunia petualangan fiksi ilmiah Jules Verne yang sepanjang abad ke-20 identik dengan masa kecil yang bahagia di seluruh Eropa.

Sifat novel petualangan apa pun menyiratkan, sebagai penyeimbang eksploitasi dan bahaya, keberadaan kehidupan yang stabil dan normal: api, di dekat mana para pelancong pemberani di epilog mengingat petualangan mereka; dinding aman pembibitan, ditutupi dengan wallpaper bunga, di mana pembaca muda memimpikan bajak laut dan pertempuran. Hukum genre yang tidak dapat diubah ini memungkinkan Dorr untuk memanusiakan perang kembali, untuk melakukannya tanpa terapi kejut, yang penuh dengan penggambaran Perang Dunia Kedua (terutama melalui sudut pandang prajurit Jerman), sambil tidak jatuh ke air liur cokelat sebanyak mungkin.

Peristiwa terungkap secara paralel di berbagai tempat dan di tahun yang berbeda. buta gadis Prancis memeriksa moluska dengan sentuhan Museum Nasional sains, tempat ayahnya bekerja, dan membaca novel Braille - Keliling Dunia dalam Delapan Puluh Hari, Dua Puluh Ribu Liga Di Bawah Laut. Pamannya, yang dalam Perang Dunia Pertama menghirup gas mustard dan menjadi gila, setiap malam memutar radio dari lotengnya sebuah program sains populer yang direkam di masa lalu. Waktu damai. Seorang yatim piatu radio amatir Jerman di kota pertambangan menangkap transmisi ini, berkat pikirannya yang ingin tahu dan pengetahuan yang didapat, dia masuk ke sekolah Nazi untuk elit dan menjadi spesialis Wehrmacht yang berharga - melacak partisan Rusia dengan sinyal radio di salju (yang temannya - tapi bukan dia - lalu menembak di belakang kepala ).

Seorang perwira tinggi Jerman, meminta barang-barang berharga untuk Fuhrer di Prancis yang diduduki, secara obsesif memburu satu berlian terkenal: perwira itu sakit limfoma, dan batu itu, menurut legenda, melindungi nyawa pemiliknya. Secara umum, "Indiana Jones dan yang terakhir Perang salib»: Nazi melawan ilmuwan pemberani, yang pertama dengan sia-sia berjuang untuk keabadian pribadi, yang terakhir yakin bahwa permata termasuk dalam museum. Dalam "cahaya tak terlihat" ini, bahkan kereta yang mengerikan dengan tahanan Rusia yang seperti hantu membangkitkan hubungan yang meyakinkan dengan Orang Belanda terbang: “Sebuah wajah melintas, pucat dan seperti lilin, ditekan dengan tulang pipinya ke lantai platform. Werner berkedip dengan liar. Ini bukan tas. Dan tidak tidur. Setiap platform memiliki dinding kematian di depannya" - di luar konteks tidak jelas, tetapi ada yang ingin menambahkan: "Api St. Elmo bersinar, / Dihiasi dengan papan dan perlengkapannya."

Pemandangan bajak laut utama - benteng Breton di Saint-Malo - terus menyala: pijakan terakhir Jerman ini hampir dihancurkan oleh sekutu yang maju pada Agustus 1944. Nyatanya, penyerangan itu berlangsung kurang dari seminggu, tetapi penulis merentangkannya ke seluruh buku, menunjukkan kepada kita secara real time upaya apa yang diperlukan untuk meruntuhkan sebuah kota yang masih mempertahankan diri dari Romawi. Setiap lubang baru yang ditandai dengan penuh kasih dari cangkang di trotoar hanya menegaskan kekuatan dunianya yang berusia berabad-abad dalam kedua arti kata tersebut, setiap kilatan baru entah bagaimana menyoroti momen ketika, seperti yang ditulis Yan Satunovsky pada kesempatan yang sama:

"Di luar
howitzer diikat.
Tapi kota itu belum terbakar.

Dia diam
saat ini
keseluruhan
di jendela
keseluruhan
di atas atap,
keseluruhan
dalam kedamaian total
bahwa kebahagiaan abadi diberikan.

Penginapan pantai mana pun yang disebutkan dalam teks telah menerima tujuh generasi tamu tanpa gangguan, dan ketika pengepungan terakhir menghancurkan bangunan menjadi reruntuhan, tujuh generasi ini muncul di atasnya dalam debu batu, seperti fatamorgana yang membahagiakan.

Dalam konteks Rusia, kehilangan ini tampaknya lebih pahit karena beresonansi dengan luka lama kita sendiri. Di Rusia, berlaku fitur yang berbeda sejarah baru-baru ini peredaan berakhir setengah abad sebelumnya. Dengan latar belakang ini, entah bagaimana menjadi sangat jelas bahwa dalam hal budaya material, yang membawa kehangatan berturut-turut dari tangan manusia, pada saat Perang Dunia II, kita tidak akan rugi apa-apa, kecuali rantai kita.

Sementara itu, untuk memahami malapetaka dengan cara yang manusiawi dan, katakanlah, tidak mengubah Hari Kemenangan menjadi karnaval cabul dari para veteran berkostum dan pita dekoratif St. George, tetapi untuk mengingatnya sebagai hari berkabung, budaya materi dan jalinan kehidupan yang tak terputus sangatlah penting. Anda memerlukan semacam titik tumpu, gagasan tentang norma, untuk mengenali malapetaka sebagai anomali dan setidaknya memperbaiki kehidupan setelahnya - titik tumpu ini biasanya terletak di suatu tempat dalam kehidupan sehari-hari, di keluarga, di rumah, di antara wallpaper bunga. Dalam dunia petualangan yang sederhana, peti mati yang sangat diperlukan, Cawan Suci, atau berlian terkutuk mewakili kesinambungan yang sama dalam skala sejarah: mereka harus disentuh untuk akhirnya duduk di rumah dengan api yang sama.

"Untuk merasakan sesuatu yang nyata - kulit pohon bidang di taman, kumbang rusa pada pin di departemen entomologi, bagian dalam kerang yang halus dan dipernis<…>berarti untuk mencintai ”: peningkatan taktilitas Dorr di dunia memiliki penjelasan praktis, sejak itu karakter utama- buta, tetapi penulis, secara kiasan, dengan hati-hati merasakan karakternya ketika dia mengajukan pertanyaan yang tak terhindarkan seperti tanggung jawab kolektif dan pilihan pribadi seseorang dalam kondisi yang tidak manusiawi.

Masa kanak-kanak Eropa - rasa perdamaiannya yang tak tergoyahkan dan abadi - sebagian besar diakhiri oleh dua perang besar di abad ke-20, dan peristiwa-peristiwa di abad ke-21, tampaknya, tidak meninggalkan kebutuhan bisnis yang terlewat darinya. Di akhir buku, prinsip realitas memaksa pengarang untuk menipu ekspektasi genre. Seorang anak laki-laki rabun jauh yang dipukuli di kepala oleh teman sekelasnya di sekolah Nazi karena menunjukkan belas kasihan kepada musuh "tidak mati, tetapi dia juga tidak membaik", dan diagnosis ini sampai batas tertentu berlaku untuk setiap orang yang selamat dari perang: untuk menghindari spoiler, katakanlah penulis berhasil dengan pahlawan mereka dengan cara yang penuh belas kasihan yang mampu membelinya. Pahlawannya adalah ilmuwan dan tidak percaya pada keabadian pribadi, namun, "cahaya lain" mereka (yang tidak dapat dilihat, tetapi dapat dilalui dalam 80 hari) ternyata cukup meyakinkan. Untuk sementara, Anda sepenuhnya mempercayai paman gila yang menyarankan Anda untuk tinggal di rumah selama penembakan: "Ruang bawah tanah ini telah berdiri selama lima ratus tahun, dan akan berdiri selama beberapa malam." Secara umum, inilah yang kami harapkan dari novel petualangan yang bagus.

penerbitan "ABC-Atticus", Moskow, 2015, diterjemahkan oleh E. Dobrokhotova-Maykova

Anthony Dorr

Semua cahaya tidak bisa kita lihat

SEMUA CAHAYA YANG TIDAK BISA KITA LIHAT Copyright

penerbit AZBUKA®

* * *

Didedikasikan untuk Wendy Weil 1940-2012

Philip Beck

Selebaran

Di malam hari mereka jatuh dari langit seperti salju. Mereka terbang di atas tembok benteng, jungkir balik di atas atap, berputar-putar di jalan-jalan sempit. Angin menyapu mereka di sepanjang trotoar, putih dengan latar belakang bebatuan abu-abu. “Permohonan yang mendesak bagi penduduk! - mereka bilang. "Segera keluar ke tempat terbuka!"

Air pasang akan datang. Bulan cacat menggantung di langit, kecil dan kuning. Di atap hotel tepi laut di sebelah timur kota, penembak Amerika memasukkan peluru pembakar ke dalam moncong mortir.

Pembom

Di gedung tinggi dan sempit di nomor empat, rue Vauborel, di lantai enam terakhir, Marie-Laure Leblanc yang buta berusia enam belas tahun sedang berlutut di depan meja rendah. Seluruh permukaan meja ditempati oleh sebuah model - miniatur kota tempat dia berlutut, ratusan rumah, toko, hotel. Ini adalah katedral dengan puncak menara kerawang, ini adalah Château Saint-Malo, deretan rumah kos tepi pantai yang dipenuhi cerobong asap. Bentang kayu tipis dari dermaga membentang dari Plage du Mol, pasar ikan ditutupi dengan lemari besi, kotak-kotak kecil dilapisi dengan bangku; yang terkecil tidak lebih besar dari biji apel.

Marie-Laure menggerakkan ujung jarinya di sepanjang tembok pembatas sentimetri benteng, menguraikan bintang yang salah dari dinding benteng - garis keliling model. Menemukan bukaan dari mana empat meriam seremonial menghadap ke laut. "Benteng Belanda," bisiknya sambil menggeser jari-jarinya menuruni tangga kecil. - Rue de Cordiere. Rue Jacques Cartier.

Dia bisa mendengar pengebom tiga mil jauhnya. Suara yang naik, seperti statis di radio. Atau gemuruh di cangkang laut.

Dan suara lain, sangat dekat.

Semacam gemuruh. Marie-Laure membuka selempang kiri jendela lebih lebar dan menggerakkan tangannya ke kanan. Secarik kertas menempel di jilidan.

Marie-Laure membawanya ke hidungnya. Baunya tinta cetak segar dan mungkin minyak tanah. Kertasnya keras - tidak bertahan lama di udara lembab.

Anthony Dorr

Semua cahaya tidak bisa kita lihat

SEMUA CAHAYA YANG TIDAK BISA KITA LIHAT Copyright

penerbit AZBUKA®

* * *

Didedikasikan untuk Wendy Weil 1940-2012

Philip Beck

Selebaran

Di malam hari mereka jatuh dari langit seperti salju. Mereka terbang di atas tembok benteng, jungkir balik di atas atap, berputar-putar di jalan-jalan sempit. Angin menyapu mereka di sepanjang trotoar, putih dengan latar belakang bebatuan abu-abu. “Permohonan yang mendesak bagi penduduk! - mereka bilang. "Segera keluar ke tempat terbuka!"

Air pasang akan datang. Bulan cacat menggantung di langit, kecil dan kuning. Di atap hotel tepi laut di sebelah timur kota, penembak Amerika memasukkan peluru pembakar ke dalam moncong mortir.

Pembom

Dia bisa mendengar pengebom tiga mil jauhnya. Suara yang naik, seperti statis di radio. Atau gemuruh di cangkang laut.

Dan suara lain, sangat dekat.

Semacam gemuruh. Marie-Laure membuka selempang kiri jendela lebih lebar dan menggerakkan tangannya ke kanan. Secarik kertas menempel di jilidan.

Marie-Laure membawanya ke hidungnya. Baunya tinta cetak segar dan mungkin minyak tanah. Kertasnya keras - tidak bertahan lama di udara lembab.

Dimana dia? Bau minyak pistol yang memualkan dan sedikit kimiawi, aroma serutan segar dari kotak cangkang baru, bau naftalena dari seprai tua - dia ada di hotel. L'hotel des Abeilles- "Rumah lebah".

Malam lainnya. Jauh dari pagi.

Ke arah laut bersiul dan bergemuruh - artileri antipesawat sedang bekerja.

"Yang Mulia," orang Austria menyebut meriam mereka. minggu lalu mereka merawatnya seperti lebah untuk seorang ratu: mereka mengisinya dengan minyak, melumasi mekanismenya, mengecat tong, meletakkan karung pasir di depannya, seperti persembahan.

"Akht-akht" yang agung, raja yang mematikan, harus melindungi mereka semua.

Werner berada di tangga, antara ruang bawah tanah dan lantai pertama, saat Eight-Eight melepaskan dua tembakan berturut-turut. Dia belum pernah mendengarnya dari jarak sedekat itu; suaranya seperti separuh hotel diterbangkan oleh ledakan. Werner tersandung, menutupi telinganya. Dindingnya bergetar. Getaran bergulir pertama dari atas ke bawah, lalu dari bawah ke atas.

Anda dapat mendengar orang Austria mengisi ulang meriam dua lantai di atas. Peluit kedua cangkang berangsur-angsur mereda - keduanya sudah berada tiga kilometer di atas lautan. Seorang tentara bernyanyi. Atau tidak sendiri. Mungkin mereka semua bernyanyi. Delapan pejuang Luftwaffe, yang tidak seorang pun akan dibiarkan hidup dalam satu jam, menyanyikan lagu cinta untuk ratu mereka.

Werner berlari melewati lobi, menyorotkan senter ke kakinya. Meriam anti-pesawat bergemuruh untuk ketiga kalinya, di suatu tempat di dekat jendela pecah dengan dentang, jelaga mengalir ke cerobong asap, dinding berdengung seperti bel. Werner merasa suara itu akan membuat giginya lepas.

Dia membuka pintu ke ruang bawah tanah dan membeku sesaat. Mengapung di depan mata Anda.

Ini dia? dia bertanya. Apakah mereka benar-benar datang?

Namun, tidak ada yang menjawab.

Di rumah-rumah di sepanjang jalan, penghuni terakhir yang tidak dievakuasi terbangun, mengerang, mendesah. Pelayan tua, pelacur, pria di atas enam puluh tahun. Penggali, kolaborator, skeptis, pemabuk. Biarawati dari berbagai ordo. Miskin. Keras kepala. Buta.

Beberapa terburu-buru mengebom tempat perlindungan. Yang lain mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa ini adalah latihan. Seseorang berlama-lama untuk mengambil selimut, buku doa, atau sebungkus kartu.

SEMUA CAHAYA YANG TIDAK BISA KITA LIHAT Copyright

penerbit AZBUKA®

* * *

Didedikasikan untuk Wendy Weil 1940-2012

Pada bulan Agustus 1944, benteng kuno Saint-Malo, permata paling cemerlang di Pantai Zamrud Brittany, hampir hancur total oleh api ... Dari 865 bangunan, hanya 182 yang tersisa, dan bahkan rusak sampai tingkat tertentu .

0. 7 Agustus 1944

Selebaran

Di malam hari mereka jatuh dari langit seperti salju. Mereka terbang di atas tembok benteng, jungkir balik di atas atap, berputar-putar di jalan-jalan sempit. Angin menyapu mereka di sepanjang trotoar, putih dengan latar belakang bebatuan abu-abu. “Permohonan yang mendesak bagi penduduk! - mereka bilang. "Segera keluar ke tempat terbuka!"

Air pasang akan datang. Bulan cacat menggantung di langit, kecil dan kuning. Di atap hotel tepi laut di sebelah timur kota, penembak Amerika memasukkan peluru pembakar ke dalam moncong mortir.