Rumah Victor Hugo di Besançon. Victor Hugo - Realitas hidup kita — LiveJournal

Benteng

Sebuah mahakarya Situs Warisan Dunia UNESCO oleh Vauban, Benteng Besancon dianggap sebagai salah satu yang terindah di Prancis. Itu menjulang lebih dari 100 meter di atas kota tua dan sungai, menawarkan pemandangan panorama yang indah.

jam astronomi

Dibuat oleh Augustine Lucian Truth antara tahun 1858 dan 60, jam astronomi Besançon memiliki mekanisme yang rumit dan tepat, terdiri dari lebih dari 30.000 bagian dan 11 bagian yang bergerak.

LA CATHEDRALE SAINT JEAN

Katedral St. jean.

Katedral St. Jean memiliki dua apses yang berbeda: paduan suara Romawi dan paduan suara abad ke-18 yang penuh hiasan. Perlu dicatat altar marmer putih besar, satu-satunya contoh Prancis dari jenisnya, serta "Bunda Maria dengan Orang Suci", dilukis pada tahun 1512 oleh Fra Bartolomeo. Di dekatnya terdapat jam astronomi yang terkenal, yang memiliki gambar-gambar animasi rumit yang menggambarkan kebangkitan Kristus.
Jam kerja:
Musim panas 9 - 19, musim dingin 9 - 18.

Tempat kelahiran Lumiere bersaudara

Auguste dan Louis Lumiere
(1862-1954) (1864-1948)
Penemu sinema, Lumiere bersaudara, lahir di Besançon, di Place Saint-Quentin (sekarang Place Victor Hugo) di No. 1. Ayah mereka, Antoine (1840 - 1911), seorang fotografer, menyimpan studionya di halaman Tidak. Granges (bekas biara).

PORTE NOIRE

"Gerbang Hitam", dibangun sekitar tahun 175 Masehi. untuk menghormati kaisar Marcus Aurelius.

Tempat kelahiran Victor Hugo

Di rumah tempat Victor Hugo pernah dilahirkan, Anda bisa melihat sebuah tanda. Dia digantung pada 26 Februari 2002 sebagai pengingat cita-cita abad ke-19, perjuangan politik salah satu penulis paling terkenal di Prancis: "Saya ingin orang-orang hebat, saya ingin orang bebas."
Alamat:
140 grande rue
25000 BESANCON

Kursaal

Tempatkan teater
25000 BESANCON
Tempat hiburan yang populer bagi para tamu resor, Kursaal dibangun pada tahun 1892. Pada suatu waktu ada sirkus dan tempat pembuatan bir.

Teater Le

Rue Megevand
25000 BESANCON

Teater kota dibangun pada tahun 1778 sesuai dengan rencana arsitek Claude Nicolas Ledoux sesuai dengan desain zaman baru. Kamar-kamar dibuat di amfiteater, kursi di kios dibuat, dan lubang teater pertama di dunia dibuat. Koridor teater dihancurkan oleh api pada tahun 1958, kemudian dibangun kembali.

Rumah kelahiran Jean-Charles Emmanuel Nodier

Jean-Charles Emmanuel Nodier
(1780-1844)
Wartawan, penulis, pemimpin Romantics, Charles Nodier pindah ke Paris pada tahun 1813. Terpilih di Akademi Prancis pada tahun 1833, ia sering menyebut kelezatan tanah airnya dalam karya-karyanya. Ia lahir pada tanggal 29 April 1780, mungkin di sebuah rumah yang sekarang sudah tidak berfungsi lagi yang terletak di Place Victor-Hugo (menggantikan rumah nomor 7 saat ini), dan menghabiskan masa kecilnya di rumah kakeknya, kontraktor utama Joseph Nodier, di rue Neuve (sekarang rue Charles -Nodier, No. 11).

L'Intendance de Besancon

Rue Charles Nodier
25000 BESANCON

Bangunan ini saat ini terletak di Prefektur Du. Dibangun pada tahun 1770 - 78 atas perintah Charles Lacour dan berfungsi sebagai hotel untuk pengelola wilayah tersebut.

Rencana umum dibuat oleh arsitek hebat Paris Victor Louis, pekerjaan konstruksi dipimpin oleh Nicolas Nicol. Mengadaptasi denah townhouse tradisional antara halaman dan taman, gedung administrasi memiliki halaman yang menghadap ke halaman yang dihiasi dengan enam kolom ionik di atasnya dengan pedimen, sedangkan fasad belakang dirancang dalam bentuk rotunda.

KOTA LA

Rue Gabriel Plancon
25000 BESANCON
Bersamaan dengan pusat bisnis dan pusat komunikasi, Cité, yang dirancang oleh studio arsitek, melambangkan penemuan teknologi baru Besançon.

CHAPELLE NOTRE DAME DU REFUGE

18 rue de l'Orme de Chamars
25000 BESANCON

Dibangun dari tahun 1739 hingga 1745, kapel ini dirancang oleh arsitek Nicholas Nicol. Dulunya merupakan kapel biara, itu melekat pada rumah sakit St. Jaques pada tahun 1802.

Buka setiap hari, termasuk hari libur, mulai pukul 14:00 hingga 16:30.
Eglise Saint-Pierre

Pada 17802, arsitek Bertrand mengusulkan untuk membangun gereja baru di alun-alun kerajaan, dilanjutkan dengan sejumlah bangunan neoklasik. Gereja dibuat dalam bentuk salib Yunani pada periode 1782-86. Proyek asli terganggu oleh Revolusi Perancis.

HOTEL DE VILLE

Tempatkan du 8 septembre
25000 BESANCON
Di alun-alun utama kota terdapat balai kota, yang dirancang oleh walikota Richard Sarah. Fasadnya dibuat dalam semangat istana Renaisans Italia. Di atas serambi balai kota Anda dapat melihat seekor elang dengan dua tiang, pengingat masa lalu kota kuno.

EGLISE SAINTE MADELEINE

Pengerjaan mahakarya oleh arsitek Nicolas Nicol ini dimulai pada 1746 dan berlanjut hingga pertengahan abad ke-18. Kedua menara selesai pada tahun 1830. Di dalam tempat kudus dibagi menjadi tiga bagian tengah, diselingi dengan kolom. Kesatuan arsitektur seluruh gereja adalah contoh arsitektur religius abad ke-18.

Gereja memiliki museum yang menyajikan sejarah distrik selama 5 abad.

6 rue de la Madeleine
25000 BESANCON
Telp. : 03 81 81 12 09

Mungkin butuh setengah hari lagi. Jadi lebih baik berbaring minimal 1 hari untuk menjelajahi kota.

Di antara atraksi utama Besancon adalah, dan. Tapi hanya berjalan-jalan melewati kota tua dan tanggul sungai pasti akan membawa kesenangan!

Semua pemandangan Besançon:

Sebuah mahakarya Vauban, termasuk dalam Benteng Besancon, dianggap sebagai salah satu yang terindah di Prancis. Itu menjulang lebih dari 100 meter di atas kota tua dan sungai, menawarkan pemandangan panorama yang indah.

jam astronomi

Dibuat oleh Augustine Lucian Truth antara tahun 1858 dan 60, jam astronomi Besançon memiliki mekanisme yang rumit dan tepat, terdiri dari lebih dari 30.000 bagian dan 11 bagian yang bergerak.

Katedral Saint-Jean

Katedral St. Jean memiliki dua apses yang berbeda: paduan suara Romawi dan paduan suara abad ke-18 yang penuh hiasan. Perlu dicatat altar marmer putih besar, satu-satunya contoh Prancis dari jenisnya, serta "Bunda Maria dengan Orang Suci", dilukis pada tahun 1512 oleh Fra Bartolomeo. Di dekatnya ada yang terkenal, di mana tokoh-tokoh animasi yang rumit menggambarkan kebangkitan Kristus.

• Jam kerja:
• Musim panas 9 - 19,
• musim dingin 9 – 18.

Tempat kelahiran Lumiere bersaudara

Auguste dan Louis Lumière (1862-1954) (1864-1948)

Penemu sinema, Lumiere bersaudara, lahir di Saint-Quentin (sekarang Place Victor Hugo) di nomor 1. Ayah mereka, Antoine (1840 - 1911), seorang fotografer, menyimpan studionya di halaman rumah nomor 59, Rue des Granges (bekas biara).

Belakangan, saudara-saudara pindah ke kota, di sebelah timur. Di sanalah mereka memfilmkan film terkenal mereka, yang menjadi awal dari sinema - "Kedatangan Kereta di Stasiun La Ciotat".

PORTE NOIRE

Porte Noire (bahasa Prancis untuk "Gerbang Hitam") dibangun sekitar tahun 175 Masehi. untuk menghormati kaisar Marcus Aurelius.

Tempat kelahiran Victor Hugo

Di rumah tempat Victor Hugo pernah dilahirkan, Anda bisa melihat sebuah tanda. Dia digantung pada 26 Februari 2002 sebagai pengingat cita-cita abad ke-19, perjuangan politik salah satu penulis paling terkenal di Prancis: "Saya ingin orang-orang hebat, saya ingin orang bebas."

Alamat:
140 grande rue
25000 BESANCON

Kursaal

Tempatkan teater
25000 BESANCON

Tempat hiburan yang populer bagi para tamu resor, Kursaal dibangun pada tahun 1892. Pada suatu waktu ada sirkus dan tempat pembuatan bir.

Teater Besançon

Rue Megevand
25000 BESANCON

Teater kota dibangun pada tahun 1778 sesuai dengan rencana arsitek Claude Nicolas Ledoux sesuai dengan desain zaman baru. Kamar-kamar dibuat di amfiteater, kursi di kios dibuat, dan lubang teater pertama di dunia dibuat. Koridor teater dihancurkan oleh api pada tahun 1958, kemudian dibangun kembali.

Rumah Jean-Charles Emmanuel Nodier

Jean-Charles Emmanuel Nodier (1780-1844)

Wartawan, penulis, pemimpin Romantics, Charles Nodier pindah pada tahun 1813. Terpilih di Akademi Prancis pada tahun 1833, ia sering menyebut kelezatan tanah airnya dalam karya-karyanya. Ia lahir pada tanggal 29 April 1780, mungkin di sebuah rumah yang sekarang sudah tidak berfungsi lagi yang terletak di Place Victor-Hugo (menggantikan rumah nomor 7 saat ini), dan menghabiskan masa kecilnya di rumah kakeknya, kontraktor utama Joseph Nodier, di rue Neuve (sekarang rue Charles -Nodier, No. 11).

L'Intendance de Besancon

Rue Charles Nodier
25000 BESANCON

Bangunan ini saat ini terletak di Prefektur Du. Dibangun pada tahun 1770 - 78 atas perintah Charles Lacour dan berfungsi sebagai hotel untuk pengelola wilayah tersebut.

Rencana umum dibuat oleh arsitek hebat Paris Victor Louis, pekerjaan konstruksi dipimpin oleh Nicolas Nicol. Mengadaptasi denah townhouse tradisional antara halaman dan taman, gedung administrasi memiliki halaman yang menghadap ke halaman yang dihiasi dengan enam kolom ionik di atasnya dengan pedimen, sedangkan fasad belakang dirancang dalam bentuk rotunda.

Atraksi lainnya di Besancon:

Rue Gabriel Plancon
25000 BESANCON
Bersamaan dengan pusat bisnis dan pusat komunikasi, Cité, yang dirancang oleh studio arsitek, melambangkan penemuan teknologi baru Besançon.

CHAPELLE NOTRE DAME DU REFUGE

18 rue de l'Orme de Chamars
25000 BESANCON

Dibangun dari tahun 1739 hingga 1745, kapel ini dirancang oleh arsitek Nicholas Nicol. Dulunya merupakan kapel biara, itu melekat pada rumah sakit St. Jaques pada tahun 1802.

Buka setiap hari, termasuk hari libur, mulai pukul 14:00 hingga 16:30.
Eglise Saint-Pierre

Pada tahun 17802, arsitek Bertrin mengusulkan untuk membangun gereja baru di tempat kerajaan Besançon, dilanjutkan dengan rangkaian bangunan neo-klasik. Gereja dibuat dalam bentuk salib Yunani pada periode 1782-86. Proyek asli terganggu oleh Revolusi Prancis.

HOTEL DE VILLE

Tempatkan du 8 septembre
25000 BESANCON
Di alun-alun utama Besançon terdapat balai kota, yang dirancang oleh Walikota Richard Sar. Fasadnya dibuat dalam semangat istana Renaisans Italia. Di atas serambi balai kota Anda dapat melihat seekor elang dengan dua tiang, pengingat masa lalu kota kuno.

EGLISE SAINTE MADELEINE

Pengerjaan mahakarya oleh arsitek Nicolas Nicol ini dimulai pada 1746 dan berlanjut hingga pertengahan abad ke-18. Kedua menara selesai pada tahun 1830. Di dalam tempat kudus dibagi menjadi tiga bagian tengah, diselingi dengan kolom. Kesatuan arsitektur seluruh gereja adalah contoh arsitektur religius abad ke-18.

Gereja terletak, yang menyajikan sejarah distrik selama 5 abad.

6 rue de la Madeleine
25000 BESANCON
Telp. : 03 81 81 12 09

(peringkat: 1 , rata-rata: 5,00 dari 5)

Penyair brilian, penulis drama dan penulis Victor Marie Hugo lahir di Besancon pada 26 Februari 1802 di keluarga seorang perwira. Kehidupan pernikahan orang tuanya tidak berhasil, sehingga bayinya berkeliaran di antara rumah ayah dan ibunya. Mungkin karena inilah Hugo kecil menjadi anak yang sangat sakit-sakitan.

Victor belum genap dua puluh tahun, ketika pada Oktober 1822 ia menjadi pasangan resmi Alede Fouquet, gadis yang ia cintai sejak kecil. Anak pertama mereka meninggal setelah hanya beberapa bulan. Setelah kematian tragis anak sulungnya, istrinya memberi Victor Hugo empat anak lagi - dua putri dan dua putra. Hubungan antara pasangan itu penuh dengan cinta dan pengertian, berkat itu rekan penulis menyebut pasangan itu "keluarga suci".

Periode odes dan novel digantikan oleh gelombang drama pada pergantian 20-30-an abad ke-19. Semakin tenggelam dalam lingkungan teater, kehilangan rasa waktu saat latihan, Hugo praktis tidak muncul di rumah. Idil keluarga runtuh, dan di atas sisa-sisanya yang goyah muncul lakon kemenangan "Ernani", membawa kekayaan finansial yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada keluarga.

Di awal tahun 1831, penulis mengakhiri novel legendaris dan, pada saat yang sama, dengan pernikahan yang bahagia. Adele sudah lama tidak mencintai Victor - meskipun dia tidak menyadarinya - dan hidup dalam posisi ini menjadi tak tertahankan bagi seorang pemuda kreatif.

Saat ini, takdir memberinya sinar matahari baru, Juliette Drouet dari Paris yang menawan. Langsing, pelacur bermata hitam dan Hugo sepertinya dibuat untuk satu sama lain... Garis putih dimulai lagi dalam kehidupan penulis, dan dia, dengan penuh inspirasi, memulai aktivitas kesusastraannya dengan semangat baru. Ngomong-ngomong, tidak seperti Adele, Juliette sangat menghargai karya kekasihnya dan selalu menyimpan manuskripnya. Inspirasi Victor segera menghasilkan kumpulan puisi "Songs of Twilight".

Menariknya, dalam hubungan ini, Hugo ternyata lebih menjadi mentor yang tegas daripada kekasih yang tulus. Dengan miliknya tangan ringan Juliette dari seorang pelacur yang menawan telah berubah menjadi seorang biarawati yang sederhana ... Sementara itu, penulis langsung terjun ke dalam kegiatan sosial. Ya, pada tahun 1845 dia menjadi rekan Prancis - dan ini bukanlah impian terakhir.

Pada tahun 1843, putri tertua Hugo, Leopoldina, meninggal secara tragis bersama suaminya. Pada saat yang sama, pernikahan kedua (tidak resmi) penulis retak: selain Juliette, banyak pelacur dan aktris cantik mulai mengunjunginya. Hanya tujuh tahun kemudian, wanita malang itu mengetahui tentang "eksploitasi" Casanova-nya - dan bagaimana dia mengetahuinya, dari bibir saingannya sendiri, yang, selain suratnya, juga melampirkan korespondensi cinta dengan Hugo ...

Pada 1950-an, master Prancis menjadi orang buangan, mengembara antara Brussel dan Kepulauan Inggris. Di luar Prancis, dia menerbitkan pamflet "Napoleon the Small", yang memberinya ketenaran yang belum pernah terjadi sebelumnya, setelah itu dia menggunakan kreativitas dengan semangat baru. Keberuntungan sesekali tersenyum padanya: dengan bayaran untuk kumpulan puisi "Kontemplasi", Hugo dapat membangun seluruh rumah!

Di tahun 60-an, Les Misérables, Toilers of the Sea, Songs of the Streets and Forests muncul. Penulis bahkan tidak terpengaruh oleh kematian cinta pertamanya - Adele, serta semua anaknya. Lagipula, kehidupan Victor Hugo sekarang, selain Juliette, dicerahkan oleh Marie, lalu Sarah, lalu Judith - semuanya sebagai seorang yang muda, segar, bersemangat. Bahkan di usia delapan puluh tahun, Hugo tetap menjadi dirinya sendiri: dua bulan sebelum kematiannya, dia masih berkencan.

Pada 22 Mei 1885, dunia mengucapkan selamat tinggal kepada penulis hebat itu. Dua juta orang mengikuti peti mati Victor Hugo...

Victor Hugo, bibliografi

Semua buku oleh Victor Hugo:

Puisi

1822
"Odes dan Pengalaman Puitis"
1823
"Odes"
1824
"Ode Baru"
1826
"Odes dan balada"
1829
"Motif Timur"
1831
« Dedaunan musim gugur»
1835
"Lagu Senja"
1837
"Suara batin"
1840
"Sinar dan Bayangan"
1853
"Retribusi"
1856
"Perenungan"
1865
"Lagu jalanan dan hutan"
1872
"Tahun yang Mengerikan"
1877
"Seni Menjadi Kakek"
1878
"Ayah"
1880
"Revolusi"
1881
"Empat Angin Roh"
1859, 1877, 1883
"Legenda Zaman"
1886
"Akhir Setan"
1891
"Tuhan"
1888, 1893
"Semua senar kecapi"
1898
"Tahun-Tahun Gelap"
1902, 1941
"Berkas Terakhir"
1942
"Laut"

Dramaturgi

1819/1820
"Ines de Castro"
1827
"Cromwell"
1828
"Amy Robsart"
1829
"Marion Delorme"
1829
"Ernani"
1832
"Raja sedang bersenang-senang"
1833
"Lucretia Borgia"
1833
"Maria Tudor"
1835
"Angelo, Tiran Padua"
1838
"Ruy Blas"
1843
"Burgrave"
1882
"Torquemada"
1886
Teater Gratis. Potongan dan fragmen kecil»

Novel

1823
"Gan orang Islandia"
1826
"Byug-Zhargal"
1829
"Hari terakhir orang yang dihukum mati"
1831
"Katedral Notre Dame"
1834
"Claude Gue"
1862
"Les Miserables"
1866
"Pekerja Laut"
1869
"Orang yang Tertawa"
1874
"Sembilan Puluh Tiga Tahun"

Publikasi dan esai

1834
"Studi tentang Mirabeau"
1834
"Eksperimen sastra dan filosofis"
1842
sungai Rhein. Surat untuk seorang teman"
1852
"Napoleon si Kecil"
1855
"Surat kepada Louis Bonaparte"
1864
"William Shakespeare"
1867
"Paris"
1867
"Suara dari Guernsey"
1875
"Sebelum Pengasingan"
1875
"Selama pengasingan"
1876, 1889
"Setelah Pembuangan"
1877-1878

Ada cukup banyak museum rumah tempat penulis terkenal pernah tinggal di Prancis - sekitar 120. George Sand, Alexandre Dumas, Jules Verne, Honore de Balzac, Victor Hugo .... Anda dapat menaiki tangga yang sama tempat mereka berjalan, menyentuh benda-benda yang pernah menjadi milik mereka dengan tangan Anda, dan bahkan membayangkan diri Anda berada di tempat pahlawan mereka.

Ketenaran datang ke Victor Hugo cukup awal. Dia baru berusia 20 tahun ketika raja memberikan pensiun kepada penulis pemula setelah puisi pertama diterbitkan. Ini memungkinkan dia untuk menikahi gadis yang dia cintai sejak kecil. Koleksinya diikuti oleh banyak drama dan novel, ketenaran dan kekayaan datang.

Place des Vosges (hingga 1799 - Place Royal), rumah nomor 6, sebuah rumah tua yang dibangun pada awal abad ke-17. Pada tahun 1831, penulis terkenal Victor Hugo membawa keluarganya ke sini: istrinya (Adèle Fouché) dan lima anaknya. Mereka menempati apartemen di lantai dua gedung - 280 meter persegi dan tinggal di dalamnya selama sekitar 16 tahun (1832-1848).

Novel terbaik ditulis di apartemen ini - Lucrezia Borgia, Les Misérables, Twilight Song, Mary Tudor, Rays and Shadows. Pada tahun 1841, Victor Hugo menjadi anggota Akademi Prancis, dan kemudian, pada tahun 1848, menjadi anggota Majelis Nasional. Banyak yang datang ke sini orang terkenal Pemeran: Prosper Merimee, Honore de Balzac, Gioacchino Rossini, Alexandre Dumas, Franz Liszt. Dari apartemen ini, penulis menikahi Leopoldina, putri kesayangannya.

Atraksi rumah-museum Hugo

Pada tahun 1902, pada peringatan seratus tahun kelahiran Victor Hugo, diputuskan untuk membuka museum rumah di bekas apartemennya. Mengapa Paul Meris (teman dan pelaksana) membeli mansion dan menyumbangkan buku, manuskrip, gambar, barang pribadi penulis, yang menjadi dasar komposisi museum.

Lorong atau ruang depan

Kamar dilengkapi dengan gaya terkendali. Di dekat salah satu dinding ada dua peti tua di atas dudukan. Masing-masing dibuat dengan gayanya sendiri dan memiliki lukisan dekoratif di tutup dan dinding depan. Di seberang pintu masuk ada kaca dermaga yang di atasnya berdiri sebuah patung. Bagian bawah meja rias terbuat dari kayu mahal dan dihiasi ukiran. Cermin lebar besar menjulang hampir ke langit-langit ruangan.

Dindingnya dihiasi dengan lukisan karya para master. Beberapa kanvas menggambarkan peristiwa sejarah dari era yang berbeda. Pada lukisan dan ukiran lainnya, terdapat gambar keluarga, anak dari teman dekat dan kenalan. tempat kehormatan di antara semua kanvas, ia menempati satu dengan gambar Madame Hugo. Semua lukisan dibingkai dalam bingkai ukiran yang berat.

Ruang depan cukup luas tapi tidak besar. Sebuah lampu gantung bergaya antik tergantung dari langit-langit tinggi pada sebuah rantai.

ruangan merah

Dari lorong, pengunjung langsung masuk ke ruangan merah. Seluruh ruangan didekorasi dengan warna merah dan dilengkapi dengan furnitur mahal dengan warna kontras. Dari lantai parket kayu hingga langit-langit, dindingnya dilapisi dengan wallpaper merah anggur. Tirai merah tebal tergantung di jendela, ditarik dengan tali. Pada saat yang sama, ruangannya cukup cerah dan nyaman.

Di sepanjang salah satu dinding ada dua meja kopi dengan kaki berlapis emas berukir. Di atasnya terdapat patung dan patung dekoratif yang menggambarkan orang-orang terkenal dari zaman Victor Hugo. Di tengah ruangan terdapat meja langka, di mana di bawah kaca tersaji beberapa barang rumah tangga penulis dan keluarganya.

Dua pintu keluar balkon di satu sisi ruangan memiliki pintu ganda berlapis kaca yang tinggi hingga ke langit-langit. Balkon menawarkan pemandangan alun-alun yang indah. Di antara pintu, di dekat dinding, ada meja samping tempat tidur berukir, di mana ada dua vas yang dicat dan piring yang tersisa dari kehidupan penulis terkenal itu.

Di dinding, seperti di ruangan sebelumnya, lukisan para master digantung. Banyak di antaranya yang menggambarkan orang-orang terkenal dan teman keluarga, selebihnya adalah momen sejarah dari berbagai periode. Juga di ruangan itu ada cermin dalam bingkai berlapis emas yang rumit yang tergantung di dinding seberang.

ruang tamu Cina

Setelah kamar merah yang dibuat dengan gaya klasik, ada kamar yang dilengkapi dengan barang-barang rumah tangga dan seni Cina. Di ruangan ini, Anda bisa mengapresiasi bakat desain sang penulis.

Salah satu dinding ruangan hampir seluruhnya tertutup rak dengan piring porselen Cina yang dicat. Rak-rak ini dirancang oleh Victor Hugo sendiri, dicat dan diselesaikan oleh temannya. Di sisi yang sama ada cerobong asap, panel-panelnya dilukis oleh masternya. Ruangan ini didominasi oleh warna hitam dasar, warna hijau kalem, dan warna burgundy. Gambar dibuat dengan cat emas, merah dan hijau.

Langit-langit tinggi dihiasi dengan kayu berukir dengan pola hiasan. Setiap bagian individu adalah sebuah karya seni. Tergantung dari langit-langit adalah lampu bergaya Cina dengan kap lampu.

Ada kursi di kedua sisi cerobong asap, dan tidak jauh dari mereka ada meja sekretaris Cina, dilukis dengan terampil oleh tangan ahli. Ada banyak surat dan jawaban korespondensi yang tertulis di meja ini. Ada perapian di kamar untuk menghangatkan ruangan.

Dari kamar ada pintu keluar ke balkon, dibuat dengan gaya yang sama seperti di kamar sebelumnya. Semua dinding ditutupi dengan panel kayu bercat yang menggambarkan burung, kupu-kupu, orang Tionghoa, dan wanita Tionghoa. Di rak ada patung-patung yang menggambarkan naga dan berbagai masakan Cina.

Ruang makan di apartemen Victor Hugo dibuat dengan gaya Gotik. Di tengah ruangan ada meja dan kursi kayu besar. Di sepanjang dinding di sekelilingnya terdapat furnitur: bangku, lemari, meja rias, meja samping tempat tidur. Semuanya terbuat dari kayu yang mahal dan berat serta dihiasi dengan ukiran.

Patut dicatat bahwa semua dekorasi ruangan dibuat dari furnitur Renaisans, yang dibeli di berbagai tempat.

Dengan bantuan desainer dan tukang kayu, sebuah meja makan dibuat dari pintu kayu yang berat, dan berbagai laci diubah menjadi bufet dan bangku. Dinding di ruang makan dilapisi dengan lukisan dan foto berbingkai tebal. Di rak dan meja ada patung-patung dekoratif dan menggambarkan orang-orang terkenal.

Di dekat salah satu dinding terdapat cermin besar, yang seolah-olah tersembunyi menjadi lemari bingkai kayu besar dengan rak dan tiang berukir. Kedua jendela membiarkan cahaya masuk dengan baik, meskipun ada tirai tebal, dibuat dengan warna semua wallpaper dan didekorasi dengan indah. Tergantung dari langit-langit adalah lampu gantung berat yang terbuat dari logam dengan gaya seluruh ruangan.

Terlepas dari kenyataan bahwa ruangan itu dilengkapi dengan furnitur berat, dan dinding serta gordennya berwarna gelap, cukup menyenangkan untuk dilihat dan nyaman. Dan keindahan furnitur menarik perhatian dengan kepura-puraannya, yang dikerjakan oleh para master pada masa itu.

aula kecil

Ini benar-benar kamar kecil. Hampir tidak mungkin untuk mengatur furnitur besar-besaran di zaman Victor Hugo tinggal di dalamnya. Kamar dibuat gaya modern, dinding dan langit-langit ditutupi dengan wallpaper. Tidak ada bangku mewah atau lampu gantung yang berat.

Saat ini tempat tersebut digunakan sebagai ruang pameran. Lukisan, ukiran, manuskrip, dan karya seni serupa lainnya, serta spesimen sejarah yang berharga digantung di dinding. Eksposisi terus berubah atau ditutup. Alasannya adalah beberapa barang tidak boleh dipajang secara permanen, karena dapat rusak.

Bengkel adalah tempat seorang penulis berbakat menciptakan dan menciptakan karya-karyanya. Itu dibuat dengan gaya hijau, modis saat itu.

Kamarnya kecil, tapi cukup luas dan cerah, berkat dua bukaan balkon yang terbuka penuh dan tidak digantung dengan tirai tebal. Lantainya terbuat dari parket kayu, namun pencahayaan pada masa itu belum terpelihara. Sekarang ruangan diterangi oleh perangkat modern.

Di dalam ruangan terdapat lemari berlaci tua dengan pola ukiran, di atasnya terdapat patung besar. Berikutnya adalah alas tinggi, di mana patung Leon Bonn berada. Di seberang balkon ada sekretaris tinggi dengan kaki kurus yang indah.

Meja penulis terletak di dalam ruangan, di mana sampel beberapa manuskripnya, buku tua, dan berbagai barang pribadi disajikan di bawah kaca. Lukisan dan potret kenalan, teman, dan potret besar cucunya Georges dan Jeanne di dinding dengan pintu keluar balkon digantung di semua dinding.

Melalui bengkel, pengunjung memasuki kamar tidur. Terima kasih kepada cucu Victor Hugo, dekorasi interior dan furnitur ruangan tempat penulis menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya telah dilestarikan. Ruangan telah sepenuhnya dipugar dan menyampaikan suasana ruangan saat itu.

Di sebuah ruangan kecil ada tempat tidur kayu besar dengan atap, di atasnya dia menghabiskan waktu hari-hari terakhir, jam dan menit Victor Hugo. Kepala tempat tidur berukir dan tinggi. Pada empat pilar di sekelilingnya terdapat penyangga berukir, mulai dari kaki tempat atap bertumpu.

Untuk menghangatkan ruangan, disediakan perapian marmer, di atasnya cermin besar menjulang ke langit-langit. Ada dua tempat lilin dengan lilin dan jam tua di atas perapian. Di dekat tempat tidur ada lemari berlaci tinggi bergaya Gotik, terbuat dari kayu mahal dan didekorasi oleh pengrajin.

Kamar juga memiliki lemari besar, lemari ukiran antik, dan kursi. Patung-patung dekoratif ditempatkan di rak dan lemari. Ada vas tinggi di lantai. Ada juga beberapa lukisan di dinding yang menggambarkan Victor Hugo di tempat tidurnya di tahun-tahun terakhirnya.

Dinding di seluruh ruangan ditutupi wallpaper merah, dan sinar matahari masuk melalui jendela tunggal di seberang tempat tidur. Di langit-langit ada permadani membentang yang menggambarkan alam. Jendela ditutupi dengan tirai merah tebal yang tergantung berat dari langit-langit.

Bagaimana menuju ke sana

Alamat: 6 Place des Vosges, Paris 75004
Telepon: +33 1 42 72 10 16
Situs web: maisonsvictorhugo.paris.fr
Metro: Saint-Paul, Bastille, Chemin-Vert
Jam kerja: 10:00-18:00 kecuali hari Senin

Harga tiket

• Dewasa: 7 €
• Dikurangi: 5 €

Diperbarui: 13/11/2015

Biografi (id.wikipedia.org)

Hidup dan seni

Ayah dari penulis, Joseph Leopold Sigisber Hugo (fr.) Rusia. (1773-1828), menjadi jenderal tentara Napoleon, ibunya Sophie Trebuchet (1772-1821) - putri seorang pemilik kapal, adalah seorang royalis-Voltairian.

Masa kecil Hugo terjadi di Marseille, Corsica, Elba (1803-1805), Italia (1807), Madrid (1811), tempat karier ayahnya berlangsung, dan dari sana keluarganya kembali ke Paris setiap saat. Victor belajar di seminari bangsawan Madrid, dan mereka ingin mendaftarkannya di halaman raja [sumber?] Perjalanan meninggalkan kesan mendalam di jiwa penyair masa depan dan mempersiapkan pandangan romantisnya. Hugo sendiri kemudian mengatakan bahwa Spanyol baginya adalah "mata air ajaib, yang airnya memabukkannya selamanya." [sumber?] Pada tahun 1813, ibu Hugo, Sophie Trebuchet, yang memiliki hubungan asmara dengan Jenderal Lagory, menceraikan suaminya dan menetap dengan putranya di Paris.

Pada Oktober 1822, Hugo menikahi Adele Fouche, lima anak lahir dalam pernikahan ini:
* Leopold (1823-1823)
* Leopoldina (1824-1843)
* Charles (1826-1871)
* François-Victor (1828-1873)
* Adele (1830-1915).

Pada tahun 1841 Hugo terpilih menjadi anggota Akademi Prancis, pada tahun 1848 - menjadi anggota Majelis Nasional.

Karya seni

Seperti banyak penulis muda di masanya, Hugo sangat dipengaruhi oleh François Chateaubriand, seorang tokoh terkenal dalam gerakan sastra Romantisisme dan seorang tokoh terkemuka di Prancis pada awal abad ke-19. Sebagai seorang pemuda, Hugo memutuskan untuk menjadi "Chateaubriand atau tidak sama sekali" dan bahwa hidupnya harus sesuai dengan pendahulunya. Seperti Chateaubriand, Hugo akan mempromosikan perkembangan romantisme, mendapat tempat penting dalam politik sebagai pemimpin republikanisme, dan diasingkan karena posisi politiknya.

Semangat awal dan kefasihan dari karya awal Hugo membuatnya sukses dan terkenal di tahun-tahun awalnya. Kumpulan puisi pertamanya (Odes et poesies diversity) diterbitkan pada tahun 1822, ketika Hugo baru berusia 20 tahun. Raja Louis XVIII memberikan tunjangan tahunan untuk penulis. Meskipun puisi Hugo dikagumi karena semangat dan kefasihannya yang spontan, kumpulan karya ini diikuti oleh Odes et Ballades yang ditulis pada tahun 1826, empat tahun setelah kemenangan pertama. Odes et Ballades menghadirkan Hugo sebagai penyair hebat, ahli lirik dan lagu sejati.

Karya matang pertama Victor Hugo dalam genre fiksi ditulis pada tahun 1829 dan mencerminkan kesadaran sosial penulis yang tajam, yang berlanjut dalam karya-karya selanjutnya. Kisah Le Dernier jour d'un condamne (Hari terakhir orang yang dihukum mati) memiliki pengaruh besar pada penulis seperti Albert Camus, Charles Dickens dan F. M. Dostoevsky. Claude Gueux, sebuah cerita dokumenter pendek tentang seorang pembunuh kehidupan nyata yang dieksekusi di Prancis, melihat cahaya pada tahun 1834 dan kemudian dipuji oleh Hugo sendiri sebagai pendahulu dari karyanya yang luar biasa tentang ketidakadilan sosial, Les Misérables. Tapi novel lengkap pertama Hugo adalah Notre-Dame de Paris (Notre Dame) yang sangat sukses, yang diterbitkan pada tahun 1831 dan dengan cepat diterjemahkan ke banyak bahasa di seluruh Eropa. Salah satu efek dari novel tersebut adalah menarik perhatian ke Katedral Notre Dame yang jompo, yang mulai menarik ribuan wisatawan yang membaca novel populer tersebut. Buku tersebut juga berkontribusi pada penghormatan baru terhadap bangunan tua, yang segera setelah itu mulai dilestarikan secara aktif.

Tahun-tahun terakhir

Hugo dimakamkan di Pantheon.

Fakta Menarik

* Sebuah kawah di Merkurius dinamai Hugo.
* "Hugo" adalah salah satu tipe socionic dalam socionics.
* Ada anekdot berikut tentang Hugo:
“Suatu ketika Victor Hugo pergi ke Prusia.
- Apa pekerjaanmu? - polisi bertanya padanya, mengisi kuesioner.
- Menulis.
- Saya bertanya, bagaimana Anda mendapatkan uang untuk hidup?
- Bulu.
- Jadi mari kita tulis: “Hugo. Pedagang Bulu."

Komposisi

Puisi

* Odes dan pengalaman puitis (Odes et poesies, 1822).
* Odes (Odes, 1823).
* Bau baru (Nouvelles Odes, 1824).
* Odes dan balada (Odes et Ballades, 1826).
* Motif oriental (Les Orientales, 1829).
* Daun Musim Gugur (Les Feuilles d'automne, 1831).
* Lagu Senja (Les Chants du crepuscule, 1835).
* Suara internal (Les Voix interieures, 1837).
* Sinar dan bayangan (Les Rayons et les ombres, 1840).
* Pembalasan (Les Chatiments, 1853).
* Renungan (Les Renungan, 1856).
* Lagu jalanan dan hutan (Les Chansons des rues et des bois, 1865).
* Tahun yang mengerikan (L'Annee yang mengerikan, 1872).
* Seni menjadi seorang kakek (L'Art d "etre grand-pere, 1877).
* Ayah (Le Pape, 1878).
* Revolusi (L "Ane, 1880).
* Empat Angin Roh (Les Quatres vents de l'esprit, 1881).
* Legenda Zaman (La Legende des siecles, 1859, 1877, 1883).
* Akhir Setan (La fin de Setan, 1886).
* Tuhan (Dieu, 1891).
* Semua senar kecapi (Toute la lyre, 1888, 1893).
* Tahun-Tahun Kegelapan (Les annees funestes, 1898).
* Berkas terakhir (Derniere Gerbe, 1902, 1941).
* Lautan (Lautan. Tas de pierres, 1942).

Dramaturgi

* Cromwell (Cromwell, 1827).
* Amy Robsart (1828, diterbitkan 1889).
* Hernani (Hernani, 1830).
* Marion Delorme (Marion Delorme, 1831).
* Raja menghibur dirinya sendiri (Le Roi s'amuse, 1832).
* Lucrece Borgia (Lucrece Borgia, 1833).
* Mary Tudor (Marie Tudor, 1833).
* Angelo, tiran Padua (Angelo, tyran de Padoue, 1835).
* Ruy Blas (Ruy Blas, 1838).
* Burgraves (Les Burgraves, 1843).
* Torquemada (Torquemada, 1882).
* Teater gratis. Potongan dan Pecahan Kecil (Theatre en liberte, 1886).

Novel

* Orang Islandia Han (Han d'Islande, 1823).
* Bug-Jargal (Bug-Jargal, 1826)
* Hari terakhir terpidana mati (Le Dernier jour d'un condamne, 1829).
* Katedral Notre Dame (Notre-Dame de Paris, 1831).
* Claude Gueux (1834).
* Les Miserables (Les Miserables, 1862).
* Pekerja laut (Les Travailleurs de la Mer, 1866).
* Pria yang Tertawa (L'Homme qui rit, 1869).
* Sembilan puluh tiga tahun (Quatrevingt-treize, 1874).

Publikasi dan esai

bibliografi terpilih

Karya yang terkumpul

* ?uvres complete de Victor Hugo, Edisi definitif d'apres les manuscrits originaux - edisi ne varietur, 48 vv., 1880-1889
* Koleksi karya: Dalam 15 volume - M .: Goslitizdat, 1953-1956.
* Koleksi karya: Dalam 10 volume - M .: Pravda, 1972.
* Koleksi karya: Dalam 6 volume - M .: Pravda, 1988.
* Koleksi karya: Dalam 6 volume - Tula: Santaks, 1993.
* Koleksi karya: Dalam 4 jilid - M .: Sastra, 2001.
* Koleksi karya: Dalam 14 volume - M .: Terra, 2001-2003.

Sastra tentang Hugo

* Brahman S.R. "Les Misérables" oleh Victor Hugo. - M.: Tudung. lit., 1968. - (Mass ist.-lit.b-ka)
* Evnina E.M. Victor Hugo. - M.: Nauka, 1976. - (Dari sejarah kebudayaan dunia)
* Karelsky A.V. Hugo // Sejarah Sastra Dunia. T.6.M.: Nauka, 1989.
* Louis Aragon "Hugo si Penyair Realis"
* Lukov V. A. Hugo // Penulis Asing: Kamus Bibliografi. M.: Pendidikan, 1997.
* Meshkova I.V. Karya Victor Hugo. - Pangeran. 1 (1815-1824). - Saratov: Ed. Sar. unta, 1971.
* Minina T. N. Novel "The Ninety-Third Year": Probl. revolusi dalam karya Victor Hugo. - L .: Rumah penerbitan Universitas Negeri Leningrad, 1978.
* Morua A. Olympio, atau Kehidupan Victor Hugo. - Banyak edisi.
* Muravyova N.I. Hugo. - edisi ke-2. - M.: Mol. penjaga, 1961. - (ZhZL).
* Safronova N. N. Victor Hugo. - Biografi penulis. Moskow "Pencerahan". 1989.
* Treskunov M.S.V. Hugo. - L .: Pencerahan, 1969. - (B-ka pembuat kata)
* Treskunov M. S. Victor Hugo: Esai tentang Kreativitas. - Ed. 2, tambahkan. - M.: Goslitizdat, 1961.
* Novel Treskunov M.S. Victor Hugo "The Ninety-Third Year". - M.: Tudung. lit., 1981. - (Mass ist.-lit.b-ka)
* Hugo Adel. Victor Hugo Raconte par un Temoin de sa Vie, avec des Oeuvres Inedites, entre autres un Drame en Trois Actes: Inez de Castro, 1863
*Josephson Matius. Victor Hugo, Biografi Realistis, 1942
* Maurois Andre. Olympio: La vie de Victor Hugo, 1954
* Pironue Georges. Victor Hugo Romancier; ou, Les Dessus de l'inconnu, 1964
* Houston John P. Victor Hugo, 1975
* Chauvel AD & Forestier M. Rumah Luar Biasa Victor Hugo di Guernsey, 1975
*Richardson Joanna. Victor Hugo, 1976
* Brombert Victor. Victor Hugo dan Novel Visioner, 1984
*Ubersfeld Anne. Paroles de Hugo, 1985
* Guerlac Suzanne. Sublim Impresonal, 1990
*Bloom Harold, ed. Victor Hugo, 1991
* Grossman Kathryn M. "Les Miserables": Konversi, Revolusi, Penebusan, 1996
*Rob Graham. Victor Hugo: Sebuah Biografi, 1998
* Frey John A. Victor Hugo Ensiklopedia, 1998
* Halsall Albert W. Victor Hugo dan Drama Romantis, 1998
* Hovasse Jean-Marc. Victor Hugo. Avant l'exil 1802-1851, 2002
*Kahn Jean-Francois. Victor Hugo, seorang revolusioner, 2002
* Martin Feller, Der Dichter in der Politik. Victor Hugo und der deutsch-franzosische Krieg von 1870/71. Untersuchungen zum franzosischen Deutschlandbild und zu Hugos Rezeption in Deutschland. Marburg 1988.
* Tonazzi Pascal, Florilege de Notre-Dame de Paris (antologi), Edisi Arlea, Paris, 2007, ISBN 2-86959-795-9
* Hovasse Jean-Marc, Victor Hugo II: 1851-1864, Fayard, Paris, 2008

Penyimpanan

* Museum Rumah Victor Hugo di Paris.
* Monumen di Sorbonne oleh Laurent Marquest.
* Museum Rumah Victor Hugo di Luksemburg. Patung Hugo oleh Rodin.
* Monumen Hugo di Pertapaan. Penulis - Laurent Marquest. Hadiah Balai Kota Paris ke Moskow.

Karya Hugo dalam bentuk seni lainnya

Adaptasi layar dan film berdasarkan karya

* Quasimodo d'El Paris (1999) (novel "Notre Dame de Paris")
* Les sengsara (1998) (novel)
* Bongkok dari Notre Dame (1996) (novel "Notre Dame de Paris")
* Les sengsara (1995) (novel)
* Mest shuta (1993) (novel "Le Roi s'Amuse")
* Les sengsara (1988) (novel)
* Dias dificiles (1987) (novel)
* Hati nurani (1987) (cerita pendek)
* Le dernier jour d'un condamne (1985) (novel "Le dernier jour d'un condamne")
* Les sengsara (1982) (novel)
* Rigoletto (1982) (mainkan "Le roi s'amuse")
* Kozete (1977) (novel "Les Miserables")
* Le scomunicate di San Valentino (1974) (secara longgar terinspirasi oleh sebuah drama oleh)
* Sefiller (1967) (novel "Les Miserables")
* L'uomo che ride (1966) (novel "L'Homme qui rit") (tanpa kredit dalam versi Italia)
* Jean Valjean (1961) (novel "Les Miserables")
* Les sengsara (1958) (novel)
* La deroute (1957) (cerita)
* Nanbanji no semushi-otoko (1957) (novel "Notre Dame de Paris")
*Notre Dame de Paris (1956) (novel)
* Sea Devils (1953) (novel "Les Travailleurs de la mer")
* La Gioconda (1953) (novel "Angelo, tyran de Padoue")
* Les sengsara (1952) (novel)
* Re mizeraburu: kami to jiyu no hata (1950) (novel)
* Re mizeraburu: kami to akuma (1950) (novel)
* Ruy Blas (1948) (mainkan)
* I miserabili (1948) (novel "Les Miserables")
* Il tiranno di Padova (1946) (cerita)
* Rigoletto (1946) (novel)
* El rey se divierte (1944/I) (main)
* El boassa (1944) (novel "Les Miserables")
* Los sengsara (1943) (novel)
* Il re si diverte (1941) (bermain)
* Bongkok dari Notre Dame (1939) (novel)
* Les pauvres gens (1938) (penulis)
* Gavrosh (1937) (novel "Les Miserables")
* Toilers of the Sea (1936) (novel "Les Travailleurs de la mer")
* Les sengsara (1935) (novel)
* Les sengsara (1934) (novel)
* Jean Valjean (1931) (novel "Les Miserables")
* Aa mujo: Kohen (1929) (novel)
* Aa mujo: Zempen (1929) (novel)
* Tempat Lilin Uskup (1929) (novel "Les Miserables")
* Pria yang Tertawa (1928) (novel "L'Homme Qui Rit")
* Rigoletto (1927) (mainkan "Le Roi s'Amuse")
* Les sengsara (1925) (novel)
* Penari Spanyol (1923) (novel)
* Bongkok dari Notre Dame (1923/I) (novel "Notre-Dame de Paris")
* Toilers of the Sea (1923) (novel "Les Travailleurs de la mer")
* Aa mujo - Dai nihen: Shicho no maki (1923) (cerita)
* Aa mujo - Dai ippen: Horo no maki (1923) (cerita)
* Bongkok dari Notre Dame (1923/II) (novel)
* Momen Tegang dengan Pengarang Hebat (1922) (novel "Les Miserables") (segmen "Miserables, Les")
* Momen Menegangkan dari Great Plays (1922) (novel "Notre Dame de Paris") (segmen "Esmeralda")
* Esmeralda (1922) (novel "Notre Dame de Paris")
* Das grinsende Gesicht (1921) (novel "L'homme e qui rit")
* Der hafalan Henker (1920) (novel)
* Quatre-vingt-treize (1920) (novel)
* The Toilers (1919) (novel "Les Travailleurs de la mer")
* Marion de Lorme (1918) (main)
* Les travailleurs de la mer (1918) (novel)
* Der Konig amusiert sich (1918) (novel "Le Roi s'Amuse")
* Les sengsara (1917) (novel)
* Marie Tudor (1917) (drama)
* The Darling of Paris (1917) (novel "Notre Dame de Paris")
* Don Caesar de Bazan (1915) (novel "Ruy Blas")
* Tempat Lilin Uskup (1913) (novel "Les Miserables")
* Les sengsara - Epoque 4: Cosette et Marius (1913) (novel)
* Les sengsara - Epoque 3: Cosette (1913) (novel)
* Les sengsara - Epoque 2: Fantine (1913) (novel)
* Les sengsara - Epoque 1: Jean Valjean (1913) (novel)
* La tragedi di Pulcinella (1913) (main)
* Marion de Lorme (1912) (penulis)
* Ruy-Blas (1912) (mainkan)
* Notre Dame de Paris (1911) (novel "Notre Dame de Paris")
* Ernani (1911) (penulis)
* Hugo Si Bungkuk (1910) (novel)
* Hernani (1910) (penulis)
* Les sengsara (1909) (novel)
* Rigoletto (1909/I) (penulis)
* Les sengsara (Bagian III) (1909) (novel "Les sengsara")
* Le roi s'amuse (1909) (permainan)
* Les sengsara (Bagian II) (1909) (novel)
* Les Miserables (Bagian I) (1909) (novel "Les Miserables")
* The Duke's Jester or A Fool's Revenge (1909) (novel "Le Roi s'Amuse")
* A Fool's Revenge (1909) (novel "Le Roi s'Amuse")
* Ruy Blas (1909) (mainkan)
* Rigoletto (1909/II) (permainan)
* Esmeralda (1905) (novel "Notre Dame de Paris")

Teater musikal

* 1836 - "Esmeralda" (opera), komposer L. Bertin
* 1839 - "Esmeralda" (balet), komposer C. Pugni
* 1839 - "Esmeralda" (opera), komposer A. Dargomyzhsky
* 1876 - "Angelo" (opera), komposer C. Cui
* 1851 - "Rigoletto" (opera), komposer G. Verdi
* 1844 - "Ernani" (opera), komposer G. Verdi
* 1880 - La Gioconda (opera), komposer A. Ponchielli
* 1914 - "Notre Dame" (balet), komposer F. Schmidt
* 2005 - Notre Dame de Paris (musikal)

Biografi

26 Februari 1881, ulang tahun ketujuh puluh sembilan Victor Hugo, dirayakan oleh Paris dan seluruh Prancis sebagai hari libur nasional. Sebuah gapura kemenangan didirikan di Eylau Avenue. Melaluinya, melewati rumah Hugo, enam ratus ribu orang Paris dan penduduk provinsi berbaris. orang hebat, berdiri bersama cucunya di dekat jendela, membungkuk dan berterima kasih kepada pengagumnya. Enam bulan kemudian, Eylau Avenue berganti nama menjadi Avenue Victor-Hugo. Hugo tinggal di jalannya sendiri selama empat tahun lagi.

Pada tanggal 1 Juni 1885, kerumunan besar mengiringi peti matinya dari Star Square ke Pantheon. Penjaga kehormatan di mobil jenazah hitam, hanya dihiasi dengan dua karangan bunga mawar putih, berdiri dua belas penyair muda. Dalam wasiatnya, Hugo menulis: “Saya meninggalkan lima puluh ribu franc kepada orang miskin. Saya ingin dibawa ke kuburan dengan mobil jenazah orang miskin. Saya menolak layanan pemakaman di gereja mana pun. Saya meminta semua jiwa untuk berdoa bagi saya. Saya percaya pada Tuhan. Victor Hugo".

Ia lahir di Besancon, menurut kalender revolusioner Prancis - 7 vantoses tahun ke-10 Republik. Orang tuanya adalah perwira Napoleon Joseph Leopold Siguisbert Hugo dan Madame Hugo, lahir Sophie Françoise Trebuchet de la Renaudiere. Segera Hugos mulai hidup terpisah.

Victor Marie dengan dua kakak laki-lakinya bersama ayahnya atau ibunya, berpindah dari satu kota ke kota lain, dari Prancis ke Italia dan Spanyol. Sejak usia lima tahun, Victor ditugaskan ke resimen ayahnya dan menganggap dirinya seorang tentara. Nyatanya, pada usia yang begitu muda, dia kebetulan melihat fenomena perang dan kematian - dalam perjalanan ke Madrid, melalui seluruh Spanyol, mati-matian melawan invasi Napoleon.

Di masa remaja, Victor Hugo mengisi sepuluh buku catatan dengan puisi dan terjemahan penyair Latin, yang dia bakar, selanjutnya dia membuat catatan: "Saya berumur lima belas tahun, tulisannya buruk, saya bisa menulis lebih baik." Saat itu, ia belajar dan dibesarkan di Paris, di sebuah rumah kos di St. Margaret Street, dan memimpikan kejayaan sastra. Salah satu pastoralnya, yang terinspirasi dari karya Chateaubriand, berjudul "Wanita India Kanada Menggantung Buaian Anaknya dari Cabang Pohon Palem". Namun, pada kompetisi yang diumumkan oleh Akademi Prancis, Hugo muda menerima diploma kehormatan untuk puisi tiga ratus tiga puluh empat baris. Akademi Toulouse permainan bunga memberinya Golden Lily untuk ode "Memulihkan patung Henry IV".

Hugo bersaudara mencoba menerbitkan majalah - "Literary Conservative". Selama satu setengah tahun, Victor menerbitkan 112 artikel dan 22 puisi di dalamnya dengan sebelas nama samaran. Anak tertua dari bersaudara, Abel, menerbitkan buku pertama Victor, Odes and Other Poems, dengan biaya sendiri. Penyair berusia dua puluh tahun itu yakin bahwa puisi membutuhkan "pikiran yang jernih, hati yang murni, jiwa yang mulia dan luhur".

Pada dekade ketiga hidupnya, Hugo menjadi pengarang kumpulan puisi Motif Oriental dan Daun Musim Gugur, novel Gan the Icelander (menurut W. Scott dan di bawah pengaruh novel Gotik Inggris), cerita The Last Day of the Condemned to Death, drama Cromwell ”(kata pengantar untuk itu dianggap sebagai manifesto romantisme), “Marion Delorme” (dilarang dipentaskan oleh sensor) dan “Ernani” (penayangan perdananya berubah menjadi pertarungan antara romantisme dan klasik).

Hugo menjelaskan esensi romantisme sebagai "kebingungan jiwa yang aneh, tidak pernah mengenal kedamaian, sekarang gembira, sekarang mengerang." Pada awal 1831, dia menyelesaikan novel Katedral Notre Dame. Hugo mengatakan bahwa buku ini, pertama-tama, adalah "buah imajinasi, tingkah dan fantasi", meskipun dia mengumpulkan materi tentang Paris pada abad ke-15 selama tiga tahun. Ia menyerahkan naskah novel tersebut kepada penerbit pada batas waktu yang ditentukan. Hugo sudah memiliki rumah dan keluarga dan berharap mendapat penghasilan karya sastra setidaknya lima belas ribu franc setahun. Segera dia mulai menghasilkan lebih banyak, tetapi setiap malam dia terus menghitung semua pengeluaran, hingga satu sen.

Antara dua revolusi Prancis - Juli 1830 dan Februari 1848 - Hugo menulis beberapa siklus puisi baru, sebuah drama dalam syair "The King Amuses yourself", tiga drama dalam prosa, sebuah buku esai tentang Jerman ("The Rhine") dan mengatur tentang menciptakan novel "Kemiskinan" , kemudian berganti nama menjadi "Les Misérables".

Pada tanggal 7 Januari 1841, Victor Hugo terpilih menjadi anggota Akademi Keabadian, dan dengan peraturan kerajaan tanggal 13 April 1845, dia diangkat menjadi gelar kebangsawanan Prancis.

Pada tahun 1848, setelah peristiwa Februari, gelar ini dihapuskan. Hugo menjadi walikota arondisemen VIII Paris. Di Majelis Legislatif, dia menyampaikan pidato menentang Presiden Republik, Pangeran Louis Bonaparte. Ketika Louis Bonaparte melancarkan kudeta untuk merebut kekuasaan kekaisaran, Hugo, di bawah ancaman penangkapan, meninggalkan Paris menuju Brussel dengan paspor orang lain, dan kemudian pergi ke pengasingan jangka panjang.

“Jika ada tempat pengasingan yang menawan di dunia, maka Jersey harus dikaitkan dengan nomornya ... Saya menetap di sini di sebuah gubuk putih di tepi pantai. Dari jendela saya, saya melihat Prancis, ”Hugo tinggal selama tiga tahun di Jersey, sebuah pulau di kepulauan Norman, di Villa Marine Terrace, secara kiasan dalam surat ini disebut sebagai gubuk. Setelah diusir dari Jersey bersama dengan emigran Prancis lainnya, dia menetap di pulau tetangga Guernsey, di mana dia membeli, membangun kembali, dan melengkapi rumah yang disukainya, Rumah Hauteville, dengan jumlah biaya untuk koleksi puisi "Perenungan".

Hugo menjalankan rutinitas harian yang ketat: dia bangun subuh, menyiram dirinya dengan air dingin, minum kopi hitam, mengerjakan manuskrip di gazebo kaca di bawah sinar matahari, sarapan di siang hari, lalu berjalan keliling pulau, bekerja sampai senja, makan bersama keluarga dan tamu, jam sepuluh malam langsung tidur. Setiap hari Senin dia mengundang empat puluh anak orang miskin setempat untuk makan malam.

Di Hauteville House, Hugo menyelesaikan novel Les Misérables, menulis banyak puisi dan puisi untuk epik muluk Legend of the Ages yang direncanakan dan dua novel baru - Toilers of the Sea (tentang para nelayan di Guernsey) dan The Man Who Laughs (drama dan sejarah serentak").

Pada tanggal 5 September 1870, segera setelah Republik diproklamasikan di Prancis, Hugo berangkat ke Paris. Di Gare du Nord, dia disambut oleh kerumunan yang menyanyikan Marseillaise dan meneriakkan “Hidup Prancis! Hidup Hugo! Dia terpilih menjadi anggota Majelis Nasional dan membela Republik dan Peradaban, tetapi melawan Komune dan teror revolusioner.

Novel terakhirnya - "The Ninety-Third Year" - dia masih menulis di "crystal room", kembali ke Guernsey untuk ini, dan setelah penerbitan novel, dia menyewa sebuah apartemen di Paris untuk dirinya sendiri, menantu perempuannya. hukum dan cucu. Saat ini dia telah hidup lebih lama dari istri, putra dan putri sulungnya. Putri bungsunya berada di rumah sakit jiwa. Hugo sangat lembut dengan cucunya - Georges dan Jeanne - dan mempersembahkan kepada mereka kumpulan puisi, Seni Menjadi Kakek.

Menurut kesaksian kerabatnya, terbaring di ranjang kematiannya, dia berkata: "Ada pergumulan antara terang siang dan kegelapan malam," dan tepat sebelum akhirnya: "Saya melihat cahaya hitam."

Biografi (S. Brahman. VICTOR HUGO (1802-1885))

LARI

Pada suatu hari musim semi, 26 Februari 1802, di kota Besançon, di sebuah rumah berlantai tiga tempat tinggal Kapten Leopold Sizhisbert Hugo, seorang anak lahir - putra ketiga dalam keluarga. Bayi yang lemah itu, menurut ibunya, "tidak lebih dari sebilah pisau meja", tetapi ia ditakdirkan untuk tumbuh menjadi pria yang kuat secara fisik dan kesehatan spiritual serta menjalani hidup yang panjang dan gemilang.

Masa kecil Victor Hugo berlalu di bawah gemuruh genderang Napoleon, di bawah langit yang masih diterangi kilat revolusi. Bersama ibu dan saudara laki-lakinya, dia menemani ayahnya dalam kampanye, dan jalan serta kota di Prancis, Italia, pulau Mediterania, Spanyol, yang dilanda perang gerilya melawan penjajah Prancis, terlintas di depan mata anak itu - dan lagi Paris, sebuah rumah terpencil dan taman bekas biara Feuillants yang ditumbuhi tanaman, tempat dia tinggal dan bermain dengan saudara-saudaranya di jam-jam bebas dari pelajaran - dengan cinta apa dia nantinya akan menggambarkan taman ini di Les Misérables dengan kedok taman Cosette di Rue Plumet!

Tapi segera masa kanak-kanak Hugo dibayangi oleh perselisihan keluarga: ayahnya, yang berasal dari kelas bawah, maju selama revolusi, menjadi perwira tentara Republik, dan kemudian menjadi pendukung Napoleon dan, akhirnya, jenderalnya; ibu, Sophie Trebuchet, putri seorang pemilik kapal kaya dari Nantes, adalah seorang royalis yang setia. Pada saat restorasi (pada tahun 1814) tahta Prancis dari dinasti Bourbon, orang tua Victor Hugo telah berpisah, dan anak laki-laki itu, yang tinggal bersama ibu tercintanya, jatuh di bawah pengaruh pandangan monarkinya. Ibunya berhasil meyakinkannya bahwa keluarga Bourbon adalah pejuang kebebasan; tetapi mimpi para pencerahan abad ke-18 tentang "raja yang tercerahkan" yang ideal, yang dipelajari Hugo dari buku-buku yang dia baca, juga memainkan peran penting di sini. Atas permintaan ayahnya, Victor, bersama saudara laki-lakinya Eugene, harus mempersiapkan diri di sekolah berasrama untuk masuk ke Sekolah Politeknik - bocah itu ternyata memiliki kemampuan hebat dalam matematika; tetapi dia lebih suka menerjemahkan ayat-ayat Latin, dengan rajin membaca semua yang ada di tangan, dan segera dia sendiri mulai mengarang - syair, puisi, dan drama yang dia pentaskan di panggung sekolah (dia juga memainkan peran utama di dalamnya). Pada usia empat belas tahun, dia menulis dalam buku hariannya: “Saya ingin menjadi Chateaubriand - atau tidak sama sekali!”, Dan setahun kemudian dia mengirimkan syair untuk manfaat sains ke kompetisi sastra dan menerima ulasan yang terpuji. Anggota juri tidak percaya bahwa penulisnya baru berusia lima belas tahun.

Pada tahun-tahun pertama Pemulihan, Hugo muncul dalam sastra sebagai seorang yang sah dan Katolik yang bermaksud baik, seorang pendukung tradisi sastra klasisisme yang mapan. Penyair muda itu menarik perhatian pihak berwenang dengan ode "Pada pemulihan patung Henry IV" dan, terus memuji dinasti Bourbon dalam puisi "klasik", ia segera menerima sejumlah hadiah sastra, insentif uang tunai, dan beberapa tahun kemudian bahkan pensiun dari raja. Pada tahun 1819, bersama saudaranya Abel, Victor Hugo mulai menerbitkan majalah "Literary Conservative". Koleksi "Ode" (1822) membuatnya menjadi penyair yang diakui.

Keberhasilan ini berguna: kehilangan dukungan materi dari ayahnya karena menolak karier praktis, pemuda itu hidup dalam kemiskinan di loteng Paris; dia sangat mencintai teman masa kecilnya Adele Fouche dan bermimpi untuk mendekatkan hari pernikahan (ibu Victor menentang pernikahan ini; itu diakhiri hanya setelah kematiannya, pada tahun 1822).

Selanjutnya, Hugo bersikap ironis tentang tulisan-tulisan masa mudanya yang bermaksud baik secara politis. Legitimasi penyair muda ternyata tidak stabil seperti kepatuhannya pada rutinitas klasisisme. Sudah di awal 1920-an, Hugo menjadi dekat dengan lingkaran romantisme dan segera menjadi pertemuan rutin mereka dengan Charles Nodier, di perpustakaan Arsenal. Selama tahun-tahun perdebatan sengit seputar pamflet Stendhal "Racine and Shakespeare" (1823), di mana untuk pertama kalinya pukulan sensitif ditujukan pada estetika klasisisme, Hugo juga menyukai Shakespeare, tertarik pada Cervantes dan Rabelais, menulis dengan simpati tentang Walter Scott (artikel 1823) dan Byron (1824 ).

Angin romantis juga bertiup dalam puisi Hugo: pada tahun 1826, menerbitkan ulang Odes-nya, dia menambahkan kepada mereka serangkaian "balada" yang indah dalam semangat sekolah baru.

Di sebelah himne pemberontakan Vendean kontra-revolusioner, untuk raja-raja yang "sah", di sebelah gambar kemunduran Roma kuno, gambar-gambar berwarna-warni dari Abad Pertengahan Prancis muncul, diresapi dengan minat dan cinta untuk Budaya nasional masa lalu: kastil feodal, menara perbatasan, turnamen jousting, pertempuran, perburuan. Motif legenda rakyat dan dongeng dijalin menjadi balada, “mereka bukan hanya ksatria, penyanyi dan wanita, tetapi juga peri, putri duyung, kurcaci, raksasa.

tanpa kehadiran,
Begitu, piquons!
L "osil bien tendre,
Attaquon
Tidak ada penjualan
Roset belle!
Balkon tambahan.
(... Apa yang kamu tunggu?
Dua pasang taji -
Di bawah balkon dengan kecepatan penuh:
Pada kecantikan bermata jernih,
Berwajah putih, pipi kemerahan
Mari lihat.)
(“TURNAMEN RAJA JOHN.” Diterjemahkan oleh L. May)

Dan ketika, beberapa bulan setelah "Ode and Ballades", pada tahun 1827, penyair muda, dalam protes patriotik terhadap penghinaan para jenderal Prancis oleh duta besar Austria, menyanyikan kemenangan militer Napoleon dalam "Ode to the Vendome Column" , kubu Legitimis berteriak tentang "pengkhianatan" Hugo .

Dua tahun kemudian, kumpulan puisi "Puisi Oriental" (1829) diterbitkan, di mana eksotisme abad pertengahan digantikan oleh eksotisme romantis Timur yang mempesona, dengan kemewahan, kekejaman dan kelalaiannya, pasha yang membanggakan, dan keindahan harem. Tetapi tempat sentral dalam koleksi itu ditempati oleh puisi-puisi di mana penyair menyanyikan para pahlawan perang pembebasan Yunani tahun 1821-1829 melawan kuk Turki. Jadi puisi Hugo semakin dekat dengan realitas penyair kontemporer, peristiwa, warna, suara kehidupan yang hidup dengan angkuh menyerbunya.

Gemuruh modernitas yang samar-samar merasuk ke dalam prosa awal Hugo. Pada tahun 1824, novel "Gan the Icelander" diterbitkan, di mana kengerian "Gotik" dan eksotisme "Skandinavia" digabungkan dengan kisah cinta yang sebagian besar mencerminkan hubungan penulis muda dengan istrinya. Di sebelah monster romantis Gan si Islandia, pemberontakan para penambang digambarkan di sini, di mana pemuda bangsawan Ordener, alter ego penulis, ambil bagian.

Pada tahun 1826, Bugues Jargal muncul di media cetak, sebuah novel tentang pemberontakan budak kulit hitam di pulau Haiti, di koloni Prancis Saint-Domingue (versi pertama dari hal ini ditulis pada tahun 1818, dalam dua minggu, dengan taruhan , oleh seorang anak sekolah berusia enam belas tahun). Meski masih banyak kenaifan dalam novel ini, namun semuanya dijiwai dengan semangat pemikiran bebas dan kemanusiaan. Di tengahnya adalah gambar heroik pemberontak Negro Byug Zhargal, yang keberanian dan kebangsawanannya sangat kontras dengan kekejaman dan kepengecutan pemilik budak kulit putih.

Drama "Cromwell" (1827) adalah perpisahan terakhir Hugo dengan kubu reaksi politik dan sastra. Drama itu ditulis bukan menurut kanon klasisisme, tetapi menurut model kronik sejarah Shakespeare dan berisi ide-ide baru untuk Hugo muda. Kepribadian Cromwell, yang, menurut Engels, "menyatukan Robespierre dan Napoleon dalam satu orang" (1), menarik banyak penulis Prancis pada tahun-tahun itu, Balzac dan Mérimée memulai dengan drama tentang Cromwell; nasib politisi Inggris dipahami berdasarkan pengalaman sejarah (1. K. Marx dan F. Engels, Works, vol. 2, hal. 351.) di Prancis. Dalam drama Hugo, Cromwell yang ambisius mengkhianati kebebasan, mulai mencari kekuasaan pribadi, dan karena itu memisahkan diri dari rakyat dan kehilangan pijakan di bawah kakinya - begitulah nasib semua lalim. Menyadari hal ini, pahlawan Hugo melepaskan mahkotanya di menit-menit terakhir. Drama "Cromwell" dalam banyak hal merupakan karya inovatif, tetapi gagal menaklukkan panggung romantisme, di mana pada saat itu drama epigon klasisisme berkuasa; itu lebih merupakan drama sejarah untuk dibaca; selain itu, Hugo berharap Talma yang hebat akan memainkan peran utama, dan setelah kematian yang terakhir (pada tahun 1826), karena tidak melihat pemain lain yang layak, dia meninggalkan ide untuk mementaskan drama dan membawanya ke ukuran yang sangat besar. - hingga enam ribu ayat.

HIT PERTAMA

Hugo memberikan pukulan telak pertama pada klasisisme dengan Kata Pengantarnya yang terkenal untuk Cromwell. "Betapapun hebatnya pohon aras dan palem, seseorang tidak dapat menjadi hebat hanya dengan memakan sarinya," betapapun indahnya seni kuno, sastra baru tidak dapat membatasi diri untuk menirunya - ini adalah salah satu pemikiran utama dari Kata Pengantar, yang membuka tahap baru dalam hidup dan karya penulis "Od" baru-baru ini. Waktu dorongan dan pencarian yang tidak jelas telah ditinggalkan, ada sistem pandangan dan prinsip yang harmonis dalam seni, yang dengan sungguh-sungguh diproklamirkan oleh Hugo dan mulai dipertahankan dengan segenap semangat masa muda.

Seni, kata Hugo, berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan umat manusia, dan karena mencerminkan kehidupan, setiap zaman memiliki seninya masing-masing. Hugo membagi sejarah umat manusia menjadi tiga zaman besar: zaman primitif, yang dalam seni bersesuaian dengan "ode" (yaitu, puisi liris), zaman kuno, yang sesuai dengan epik, dan zaman baru, yang memunculkan ke drama. Contoh seni terbesar dari ketiga era ini adalah legenda alkitabiah, puisi Homer dan karya Shakespeare. Hugo menyatakan Shakespeare sebagai puncak seni zaman modern, dengan kata "drama" dia tidak hanya memahami genre teater, tetapi juga seni secara umum, yang mencerminkan sifat dramatis dari era baru, ciri-ciri utama yang ingin dia definisikan. .

Berbeda dengan yang terpisah kehidupan modern klasisisme epigone dengan oposisi aristokrat dari pahlawan "mulia" terhadap plot "tercela", "tinggi" dan genre "rendah", Hugo menuntut untuk memperluas batas seni, untuk secara bebas menggabungkan yang tragis dan komik, yang indah dan yang jelek, yang luhur (luhur) dan yang aneh (aneh). ). Cantik itu monoton, tulisnya, punya satu wajah; yang jelek punya ribuan. Oleh karena itu, yang "bersifat" harus diutamakan daripada yang cantik. Hugo menganggap ciri penting dari seni baru ini adalah membuka jalan lebar bagi yang aneh. Ciri penting lainnya adalah "antitesis" dalam seni, yang dirancang untuk mencerminkan kontras dari realitas itu sendiri, terutama pertentangan dan perjuangan antara daging dan roh, kejahatan dan kebaikan. Hugo menuntut ketaatan dalam drama tentang masuk akal sejarah - "warna lokal" dan jatuh pada absurditas "kesatuan tempat dan waktu" - kanon klasisisme yang tidak dapat diganggu gugat. Dia dengan sungguh-sungguh memproklamasikan kebebasan seni dari segala macam "aturan": "Penyair harus berkonsultasi hanya dengan alam, kebenaran, dan inspirasinya." Hugo menyatakan kehidupan nyata dan manusia sebagai subjek seni modern.

Ditulis dengan kecemerlangan dan semangat, penuh dengan pemikiran yang berani dan gambaran yang hidup, "The Preface to Cromwell" membuat kesan yang sangat besar pada orang-orang sezamannya; maknanya jauh melampaui teater: itu adalah manifesto perjuangan dari tren sastra baru - romantisme progresif. Sekarang Hugo sebagian besar berpisah dengan mantan rekannya di sekolah romantis tahun 1920-an. Dan bagi generasi muda romantisme, terutama bagi Hugo sendiri, perjuangan estetika baru tidak lepas dari perjuangan kebebasan politik; "Hydra dari wig bubuk" menyatu di mata mereka dengan "reaksi hydra". Selanjutnya, penyair itu sendiri menilai aktivitasnya di tahun 1920-an sebagai berikut:

Di deretan padat kaki Aleksandria
Saya mengarahkan revolusi secara otokratis,
Topi merah ditarik di atas kamus jompo kami.
Tidak ada kata-senator dan kata-kata-kampungan! ..
(“Jawaban atas tuduhan itu.” Terjemahan oleh E. Linetskaya)

Pada akhir 1920-an, Hugo telah menjadi pemimpin dan "nabi" yang diakui dari "kelompok pemuda yang memperjuangkan cita-cita, puisi, dan kebebasan seni". “Kata pengantar untuk Cromwell bersinar di mata kami seperti loh Perjanjian di Sinai,” aku salah satu siswa dan rekan Hugo pada tahun-tahun itu, Theophile Gauthier.

Sejak sekitar tahun 1827, di jalan Notre-Dame-de-Champs, dekat Champs Elysees, yang pada saat itu terdiri dari satu rumah tempat pasangan Hugo menetap bersama anak-anak mereka, sebuah lingkaran romantis baru mulai berkumpul - "kecil Senakel". Di sebuah ruangan sederhana, di mana tidak ada cukup kursi dan debat diadakan dengan berdiri, orang-orang muda berjenggot dan berjanggut berkumpul, mengenakan kostum mewah, "untuk membuat kaum borjuis tercengang", penyair berbakat, seniman, pematung dan berdebat serak tentang nasib seni nasional. Dan dalam perjalanan pulang, mereka menakuti penduduk kota dengan lagu misterius: "Kami akan membuat buzengo!" Ada penulis Sainte-Beuve, Alfred de Musset, Gerard de Nerval, Alexandre Dumas, seniman Deveria dan Delacroix, pematung David d'Angers.

Kata pertama dalam perselisihan ini adalah milik pemiliknya. Penyair Theophile Gauthier menggambarkan Victor Hugo dari zaman Senacle sebagai berikut: “Dalam diri Victor Hugo, pertama-tama, dahinya terbentur, benar-benar agung, memahkotai wajahnya yang tenang dan serius, seperti pedimen marmer putih. Benar, dia tidak mencapai dimensi yang kemudian diberikan oleh David d'Angers dan seniman lain kepadanya, yang ingin menekankan kejeniusan penyair, tetapi dia benar-benar sangat tinggi; ada cukup ruang untuk pemikiran paling muluk tentang dirinya, emas atau mahkota laurel diminta untuknya, seperti di dahi dewa atau Kaisar. Stempel kekuasaan ada padanya. Rambut coklat muda membingkai dahinya dan jatuh dalam untaian yang cukup panjang. Tidak ada janggut, tidak ada kumis, tidak ada cambang - dicukur dengan hati-hati , wajah yang sangat pucat, seolah-olah menusuknya, bersinar cokelat matanya seperti mata elang Garis besar mulutnya berbicara tentang ketegasan dan kemauan, bibir berliku-liku dengan sudut terangkat, terbelah dalam senyuman, memperlihatkan gigi putih yang mempesona. Dia mengenakan jas hitam, celana panjang abu-abu, kemeja dengan kerah turn-down - yang paling parah dan benar penampilan... Benar, tidak ada yang akan curiga pada pria yang sempurna ini pemimpin suku yang lusuh dan berjanggut - badai petir dari kaum borjuis tak berjanggut . "Lingkaran Hugo, di satu sisi, memberontak melawan reaksi kaum bangsawan, di sisi lain, ia menantang mediokritas dan prosa borjuis, semangat kepentingan pribadi, yang menjadi semakin terlihat dalam masyarakat Prancis bahkan di bawah kaum Bourbon dan memenangkan kemenangan penuh di bawah "raja borjuis". Louis Philippe. Dari sinilah romantisme mendambakan karakter yang cerah, hasrat yang kuat, peristiwa badai, yang mereka cari di bawah langit biru Spanyol, Italia, atau di Abad Pertengahan yang jauh. Karenanya kecenderungan mereka pada genre sejarah dalam sastra.

BATTLE DI JALAN, BATTLE DI SASTRA

Musim panas badai tahun 1830 datang. "Tiga hari mulia" Revolusi Juli menghancurkan monarki Bourbon. Penyerangan di istana kerajaan, pertempuran barikade di jalan-jalan Paris, dan kepahlawanan populer memabukkan Hugo. Tampaknya semangat revolusi besar di akhir abad ke-18 telah bangkit, dan Prancis kembali memakai topi Frigia. Penyair dengan antusias menyambut revolusi Juli dan tidak segera melihat bahwa kaum borjuasi telah memanfaatkan buah kemenangan rakyat. Pidato, artikel, puisi Hugo pada tahun-tahun itu penuh dengan gambaran heroik, kesedihan tirani. Pada peringatan pertama revolusi, selama festival rakyat di Place de la Bastille, sebuah himne dinyanyikan untuk kata-kata Hugo, di mana dia menyanyikan para pahlawan di hari-hari Juli:

Kami akan menyanyikan kemuliaan bagi tanah air
Dan mereka yang mendedikasikan hidup mereka untuknya -
pejuang tanpa pamrih,
Pada siapa kebebasan menyala nyala api,
Siapa yang merindukan tempat di kuil ini
Dan siapa yang siap mati sendiri!
(Diterjemahkan oleh E. Polonskaya)

Setelah Revolusi Juli, dramaturgi Hugo tumbuh, dijiwai dengan pemikiran bebas politik dan demokrasi yang mendalam. Antara tahun 1829 dan 1842, ia menciptakan delapan drama romantis, yang merupakan tahapan penting dalam perkembangan teater Prancis.

Yang pertama dari drama ini, "Marion Delorme, atau Duel di Zaman Richelieu" (1829), dilarang oleh sensor, yang, bukannya tanpa alasan, melihat dalam gambar Louis XIII yang berpikiran lemah sebagai petunjuk dari kemudian memerintah Raja Charles X, dan melihat pemandangan itu hanya setelah penggulingan Bourbon, pada tahun 1831. Oleh karena itu, peran yang menentukan dalam perkembangan teater romantis dimainkan oleh drama kedua - "Ernani". Pementasan Hernani dalam suasana mencekam menjelang revolusi (25 Februari 1830) tidak bisa dipahami selain sebagai demonstrasi politik. Dalam kata pengantar untuk Hernani, Hugo secara terbuka menyatakan romantismenya sebagai "liberalisme dalam sastra", dan dalam drama itu sendiri ia menggambarkan seorang pria yang dikucilkan oleh masyarakat sebagai pahlawan tragis dan saingan raja. Penampilan lakon semacam itu di atas panggung teater Comedie Francaise, yang ditahbiskan oleh tradisi klasisisme kuno, berarti tantangan yang berani terhadap opini publik dalam masalah sastra.

Penayangan perdana "Ernani" berubah menjadi pertarungan umum antara "klasik" dan "romantis": penonton mulai berkumpul beberapa jam sebelum pertunjukan dimulai, ada suara yang mengerikan di aula; peluit dari musuh drama tersebut dan tepuk tangan meriah serta sorakan dari para pengagumnya mencegah para aktor untuk bermain. Ini berlangsung untuk semua 32 pertunjukan, di mana "Ernani" berlangsung di atas panggung pada tahun 1830. "Battle for Ernani" diakhiri dengan kemenangan romantisme - mulai sekarang, dia mendapat hak untuk eksis di teater.

Orang-orang sezaman dikejutkan terutama oleh kebaruan eksternal dari drama Hugo: alih-alih zaman kuno yang biasa - Prancis abad pertengahan, Spanyol, Italia, Inggris; alih-alih fizhma dan wig - "warna lokal", kostum dan perabotan bersejarah, jubah Spanyol, topi bertepi lebar, "meja dengan gaya abad keenam belas", aula "dengan gaya semi-Flemish pada masa itu Filipus IV." Mengabaikan "kesatuan tempat", Hugo dengan berani memindahkan aksi dari kamar kerja pelacur ke istana kerajaan, dari galeri seni ke ruang bawah tanah, diterangi obor, ke gubuk penyelundup, ke ruang bawah tanah Menara yang suram. "Kesatuan waktu" juga dilanggar dengan berani - aksinya terkadang berlangsung selama berbulan-bulan. Unsur tragedi dan komedi, gaya "tinggi" dan "rendah" bercampur baik dalam plot maupun bahasanya. "Klasik" bertemu dengan badai kemarahan sebuah ayat dari "Ernani":

Est-il minuit?
- Minuit bientot (l),
karena bahasa sehari-hari yang alami memotong telinga, terbiasa dengan parafrase muluk-muluk; aktris tragis terkenal Mademoiselle (1. "Jam berapa sekarang? - Hampir tengah malam.") Mars, yang berperan sebagai Dona Sol, berdebat dengan Hugo hingga menangis, menganggap ucapannya ditujukan kepada Ernani tidak senonoh:

Vous etes, mon lion, superbe et genereux (1).

Tetapi yang terpenting, orang-orang sezaman dikejutkan oleh kesedihan yang memberontak itu, suasana perjuangan dan keberanian itu, nafas nafsu yang besar, humanisme itu, yang merupakan jiwa dari dramaturgi Hugo.

Di bawah serangan ide-ide baru, bentuk klasik lama runtuh. Memang, pembagian seperti apa ke dalam genre "tinggi" dan "rendah" yang dapat kita bicarakan jika raja bersaing dengan "bandit", ratu membalas antek yang jatuh cinta padanya, dan badut yang menyedihkan menginjak-injak mayat imajiner seorang raja yang kuat? Jika pahlawan positif adalah orang kampungan tanpa keluarga atau suku, dipermalukan, dikucilkan, dilempar ke bawah masyarakat: Didier yang terlantar, pelacur Marion, pelawak Triboulet, tukang Gilbert, bujang Ruy Blas; jika karakter negatif adalah serangkaian bangsawan yang serakah, biasa-biasa saja, dan raja yang bodoh, kejam, dan tidak bermoral?

Penyamaran sejarah tidak dapat menipu siapa pun: orang-orang sezaman menyebut drama Hugo tidak lain adalah "drame moderne (2), berbeda dengan tragedi "klasik", jauh dari kehidupan. Drama "The King Amuses" merupakan tanggapan langsung terhadap pemberontakan republik di Paris pada tanggal 5-6 Juni 1832; selama pemutaran perdana auditorium lagu-lagu revolusioner terdengar, Marseillaise dan Carmagnola, drama itu dilarang selama setengah abad dan baru dilanjutkan pada tahun 1885. Dalam drama "Mary Tudor", yang muncul pada bulan September 1833, antara dua pemberontakan populer (1832 dan 1834), Hugo menampilkan sebagai pahlawan ideal seorang pekerja, blus, rekan dari mereka yang muncul di bawah panji hitam. Penenun Lyon dengan slogan; "Roti atau mati!"; dalam drama ini, orang-orang London yang memberontak menolak sang ratu. Dan dalam drama Ruy Blas, orang kampungan, yang mendapati dirinya memimpin pemerintahan, mempersonifikasikan orang-orang, dari siapa saja orang dapat mengharapkan keselamatan bagi negara yang sekarat.

Tentu saja, dalam drama Hugo, konvensionalitas klasisisme ternyata digantikan oleh konvensionalitas romantis lainnya - dari satu lakonnya ke lakon lainnya, sama. pahlawan romantis, seorang pemberontak yang mulia dan seorang pemberontak, sekarang berpakaian compang-camping yang indah, sekarang dengan blus, sekarang dengan corak. Gagasan penulis tentang orang-orang itu idealis. Tetapi penting bahwa genre baru drama romantis, yang diciptakan oleh Hugo dan dikonsolidasikan dalam sastra, diisi dengan konten politik dan sosial topikal.

Dua hari sebelum dimulainya Revolusi Juli, pada tanggal 25 Juli 1830, Victor Hugo mulai mengerjakan novel Katedral Notre Dame. Buku itu diterbitkan pada 16 Maret 1831, di hari-hari sulit kerusuhan kolera dan penghancuran istana keuskupan agung oleh rakyat Paris. Peristiwa politik yang bergejolak menentukan karakter novel, yang, seperti drama Hugo, memiliki bentuk sejarah tetapi idenya sangat modern.

Paris pada akhir abad ke-15 ... Atap gotik, menara dan menara gereja yang tak terhitung jumlahnya, kastil kerajaan yang suram, jalan sempit dan alun-alun lebar, tempat orang bebas berdesir selama perayaan, (1. "Kamu, singaku, bangga dan murah hati." 2. "Drama modern.") kerusuhan dan eksekusi. Sosok berwarna-warni dari orang-orang dari semua strata kota abad pertengahan - bangsawan dan pedagang, biksu dan anak sekolah, wanita bangsawan dengan hiasan kepala runcing dan wanita kota berdandan, prajurit kerajaan dengan baju besi berkilau, gelandangan dan pengemis dengan pakaian compang-camping, dengan bisul dan mutilasi asli atau palsu . Dunia para penindas - dan dunia kaum tertindas. Kastil kerajaan Bastille, rumah bangsawan Gondelorier - dan alun-alun Paris, daerah kumuh "Pengadilan Keajaiban", tempat tinggal orang-orang buangan.

Kekuatan kerajaan dan dukungannya - Gereja Katolik - ditampilkan dalam novel sebagai kekuatan yang memusuhi rakyat. Louis XI yang sangat kejam sangat dekat dengan galeri penjahat bermahkota dari drama Hugo. Citra seorang fanatik yang suram, diakon agung Claude Frollo (diciptakan setelah kardinal algojo dari Marion Delorme) membuka perjuangan Hugo selama bertahun-tahun melawan gereja, yang akan berakhir pada tahun 1883 dengan penciptaan drama Torquemada (dalam drama ini Grand Penyelidik, yang ingin membalas kebaikan demi kebaikan, mengirim pasangan muda yang menyelamatkannya dari kematian ke dalam api). Perasaan Claude Frollo sesat tidak kurang dari Torquemada: cinta, kasih sayang ayah, haus akan pengetahuan berubah menjadi keegoisan dan kebencian dalam dirinya. Dia memagari dirinya dari kehidupan orang-orang dengan tembok katedral dan laboratoriumnya, dan karena itu jiwanya berada dalam cengkeraman nafsu gelap dan jahat. Kemunculan Claude Frollo dilengkapi dengan chapter bertajuk ekspresif "Dislike of the People".

Secara lahiriah cemerlang, tetapi pada kenyataannya masyarakat kelas atas yang tidak berperasaan dan hancur diwujudkan dalam citra Kapten Phoebus de Chateauper, yang, seperti diakon agung, tidak mampu memiliki perasaan tanpa pamrih dan tanpa pamrih. Kebesaran spiritual, humanisme tinggi hanya melekat pada orang-orang buangan dari masyarakat kelas bawah, merekalah yang menjadi pahlawan novel yang sebenarnya. Penari jalanan Esmeralda melambangkan keindahan moral orang biasa, Quasimodo yang tuli dan jelek melambangkan keburukan nasib sosial kaum tertindas.

Di tengah novel adalah Katedral Notre Dame, simbol kehidupan spiritual masyarakat Prancis. Katedral dibangun oleh tangan ratusan master tanpa nama, kerangka religius di dalamnya hilang di balik fantasi kekerasan; deskripsi katedral menjadi kesempatan untuk puisi prosa yang menginspirasi tentang arsitektur nasional Prancis. Katedral memberi perlindungan kepada para pahlawan rakyat dalam novel, nasib mereka terkait erat dengannya, di sekitar katedral ada orang-orang yang hidup dan berperang.

Pada saat yang sama, katedral adalah simbol perbudakan rakyat, simbol penindasan feodal, takhayul kelam, dan prasangka yang membuat jiwa orang tertawan. Bukan tanpa alasan, dalam kegelapan katedral, di bawah kubahnya, menyatu dengan chimera batu yang aneh, tuli oleh deru lonceng, Quasimodo hidup sendirian, "jiwa katedral", yang citranya yang aneh melambangkan Abad Pertengahan. Sebaliknya, citra Esmeralda yang menawan mewujudkan kegembiraan dan keindahan kehidupan duniawi, keharmonisan tubuh dan jiwa, yaitu cita-cita Renaisans yang menggantikan Abad Pertengahan. Penari Esmeralda tinggal di antara kerumunan Paris dan memberikan seni, kesenangan, kebaikannya kepada orang-orang biasa.

Orang-orang dalam pengertian Hugo bukan hanya sekedar korban pasif; dia penuh dengan kekuatan kreatif, keinginan untuk bertarung, masa depan adalah miliknya. Penyerbuan katedral oleh massa rakyat Paris hanyalah awal dari penyerbuan Bastille pada tahun 1789, ke "jam rakyat", revolusi yang diprediksi oleh kaus kaki Ghent Jacques Copenol kepada Raja Louis XI: “- ... Saat suara alarm terdengar dari menara ini, saat meriam bergemuruh, saat menara runtuh dengan raungan yang mengerikan, saat tentara dan penduduk kota saling menyerbu dengan geraman dalam pertempuran mematikan, maka saat ini akan menyerang .

Hugo tidak mengidealkan Abad Pertengahan, dia dengan jujur ​​\u200b\u200bmenunjukkan sisi gelap masyarakat feodal. Pada saat yang sama, bukunya sangat puitis, penuh dengan cinta patriotik yang kuat untuk Prancis, untuk sejarahnya, untuk seninya, di mana, menurut Hugo, semangat dan bakat cinta kebebasan rakyat Prancis hidup.

Orang-orang, nasib mereka, kesedihan dan harapan mereka di usia 30-an semakin menggairahkan hati Hugo sang penyair:

Ya, muse harus mengabdikan dirinya untuk rakyat.
Dan aku melupakan cinta, keluarga, alam,
Dan tampaknya, mahakuasa dan tangguh,
Kecapi memiliki senar kuningan yang berderak.
(Diterjemahkan oleh E. Linetskaya)

Sudah pada tahun 1831, bersiap untuk mencetak kumpulan puisi "Daun Musim Gugur", Hugo menambahkan "tali tembaga" ke kecapi - dia memasukkan lirik politik ke dalam kumpulan itu. Tidaklah cukup bagi seorang penyair untuk menyanyikan keindahan musim semi, keindahan ladang asalnya, dan sensasi pertama dari hati muda, ia memiliki tugas lain:

Saya sangat mengirim kutukan kepada tuan,
Tenggelam dalam perampokan, dalam darah, dalam pesta pora liar.
Saya tahu bahwa penyair adalah hakim suci mereka...
(Diterjemahkan oleh E. Linetskaya)

Realitas sosial menyerbu puisi koleksi "Songs of Twilight" (1835), pahlawan mereka adalah orang-orang dari rakyat, pahlawan barikade Juli, pekerja miskin, wanita tunawisma dan anak-anak. Selama tahun-tahun ini, Hugo menjadi dekat dengan sosialisme utopis; karyanya diterbitkan di jurnal Saint-Simonist The Globe.

Dalam salah satu puisinya, Victor Hugo dengan tepat menyebut dirinya "dering gema" pada masanya. Memang, dia luar biasa sensitif menanggapi semua perubahan suasana politik dan sosial pada zaman itu; pada akhir tahun 30-an, kemunduran gerakan demokrasi di Prancis dan reaksi yang mengikuti setelah itu mulai mempengaruhi pekerjaannya. Suasana rekonsiliasi, kekecewaan, kesedihan menguasai sang penyair (koleksi puisi Inner Voices, 1837, dan terutama Rays and Shadows, 1840). Sentimen ini diperburuk oleh peristiwa menyakitkan dalam kehidupan pribadi Hugo: pada tahun 1837, saudara laki-laki tercintanya, Eugene, meninggal; pada tahun 1843, dalam keadaan tragis, putri tertua penulis, Leopoldina yang berusia sembilan belas tahun, tenggelam bersama suaminya ... Kematian putrinya sangat mengejutkan Victor Hugo, kesedihan pihak ayah, serangan keputusasaan terekam secara keseluruhan siklus puisi, kemudian dimasukkan dalam koleksi Renungan (1856).

Sekarang Hugo menjauh dari posisi politik radikal; dalam buku sketsa perjalanan The Rhine (1843), dia mengungkapkan pemikiran yang sepenuhnya "berniat baik", dan dalam drama terakhirnya The Burgraves (1843), yang gagal di atas panggung, dia menggambar gambar raja yang megah. Pada akhir 1940-an, Hugo mengalami krisis ideologis dan kreatif.

Kalangan resmi menghargai perubahan pandangan penyair terhebat pada zaman itu: pada tahun 1837, Raja Louis Philippe menganugerahi Hugo dengan Order of the Legion of Honor; Akademi Prancis, yang hingga saat ini menulis kecaman terhadap Hugo, pada tahun 1841 memilihnya sebagai anggotanya; pada tahun 1845 ia menerima gelar earl dan diangkat menjadi rekan Prancis melalui keputusan kerajaan.

Namun, selama tahun-tahun ini, Hugo tidak meninggalkan cita-cita humanistik: dia mengerjakan sebuah novel dari kehidupan rakyat (yang kemudian disebut "Kemiskinan"); menggunakan posisinya sebagai rekan, dia membela kepentingan Polandia yang tertindas, pada tahun 1839 dia mencapai penghapusan hukuman mati terhadap revolusioner Barbès. Hugo tidak lama menjadi pendukung kekuasaan kerajaan dan segera memutuskan hubungan dengannya selamanya.

SELAMA "PERTEMPURAN BESAR PERTAMA"

Revolusi tahun 1848 - "pertempuran besar pertama", sebagaimana Karl Marx menyebutnya, antara proletariat dan borjuasi - adalah perbatasan sepanjang abad ke-19 dan pada saat yang sama merupakan perbatasan dalam kehidupan Victor Hugo. Segera setelah kemenangan Revolusi Februari, dia menyatakan dirinya seorang republiken dan tetap setia pada republik borjuis-demokratik sampai akhir hidupnya. Dia tidak ragu bahkan ketika banyak mantan rekannya di lingkaran romantis kehilangan harapan, mundur, atau bahkan berpihak pada reaksi politik. Hugo yakin bahwa pendirian sebuah republik akan menyelesaikan semua masalah sosial masyarakat borjuis, memastikan kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan, yang diperjuangkan oleh para pencerahan besar abad ke-18, dan membuat semua orang bahagia. Oleh karena itu, ia berusaha mengambil bagian secara pribadi dalam revolusi tahun 1848. Dia mengajukan pencalonannya untuk Majelis Konstituante dan pada 4 Juni terpilih sebagai wakil departemen Seine. Ini adalah momen paling kritis dalam perkembangan revolusi: borjuasi besar, yang merupakan mayoritas dari majelis, memulai aktivitas yang panik, mencoba merampas hak pekerja untuk bekerja yang dimenangkan dalam pertempuran Februari, masalah menutup Lokakarya Nasional, diselenggarakan untuk menghilangkan pengangguran, dibahas. UU Lokakarya Nasional disahkan pada 22 Juni; keesokan harinya pemberontakan pecah di Paris, di mana, untuk pertama kalinya dalam sejarah, proletariat dan borjuasi - sekutu kemarin dalam perjuangan melawan kekuasaan kerajaan - menemukan diri mereka di sisi berlawanan dari barikade. Empat hari kemudian, pemberontakan buruh ditenggelamkan dalam darah dan semua pencapaian demokrasi dari revolusi Februari dilikuidasi satu per satu.

Victor Hugo tidak memahami pentingnya hari-hari di bulan Juni. Dia bukanlah seorang negarawan yang lihai; di atas segalanya, dia berbicara tentang hati yang murah hati, simpati yang tulus untuk yang tertindas, dan cinta untuk kebebasan politik, yang di matanya merupakan personifikasi dari republik. Baginya, dengan menentang pemerintah borjuis-republik, rakyat "menentang diri mereka sendiri". Dibutakan oleh keyakinan pada demokrasi borjuis, Hugo dengan tegas memisahkan dirinya dari para algojo pemberontakan, tetapi mengutuk para pemberontak itu sendiri. Dia menyatakan bahwa dia mendukung "republik peradaban" melawan "republik teror" dan tanpa disadari memihak properti dan "ketertiban" melawan kelas pekerja.

Namun pidato berapi-api dari Deputy Hugo (selanjutnya dikumpulkan dalam buku Deeds and Speeches) selalu menjadi himne kebebasan dan kemanusiaan. Ketika seorang pria pendek beralis besar naik ke podium, penonton diliputi kegembiraan. Menyetujui seruan dan tepuk tangan mengalir dari bangku kiri; teriakan marah dan peluit terdengar di bangku kanan. Dengan kefasihan yang memikat, Hugo menuntut penghancuran kemiskinan rakyat, mengagungkan kepahlawanan rakyat biasa, membela gerakan pembebasan di Italia; mempertaruhkan dituduh melakukan pengkhianatan, dia bersikeras membatalkan ekspedisi Romawi yang dikirim oleh Prancis untuk membantu Paus Pius XI: dalam salah satu pidatonya yang paling mencolok, dia memberontak terhadap upaya gereja untuk membangun pengawasan atas pendidikan publik dan jatuh pada ketidakjelasan para ulama. .

Seperti banyak romantisme, Hugo terpesona oleh kepribadian Napoleon I, jadi dia dengan hangat mendukung pencalonan Louis Bonaparte, keponakan komandan, sebagai presiden Prancis. Yang lebih mengkhawatirkan adalah tanda-tanda pertama konspirasi melawan republik. Sudah pada 17 Juli 1851, dia membuat pidato yang cemerlang di Dewan Legislatif, di mana dia memperingatkan upaya kaum Bonapartis untuk merevisi konstitusi. Di tengah badai teriakan, protes, dan tepuk tangan, Hugo menyatakan: "Prancis tidak dapat dibiarkan terkejut dan suatu hari nanti menemukan bahwa dia memiliki seorang kaisar entah dari mana!"

Namun kemudian hari yang tidak menyenangkan itu tiba pada tanggal 2 Desember 1851. Pada jam delapan pagi, ketika Hugo sudah bangun dan sedang bekerja di tempat tidur, salah satu temannya berlari ke arahnya dengan sangat gelisah dan memberitahunya bahwa kudeta telah terjadi pada malam hari, lima belas Deputi Republik telah ditangkap, Paris penuh dengan pasukan, Dewan Legislatif dibubarkan, dan Hugo sendiri dalam bahaya. . Penulis berpakaian dan pergi ke kamar istrinya. - Apa yang ingin kamu lakukan? dia bertanya, menjadi pucat. "Lakukan tugasmu," jawabnya. Istrinya memeluknya dan hanya mengatakan satu kata: "Pergi." Hugo pergi keluar.

Sejak saat itu, perjuangan jangka panjangnya yang keras kepala melawan Napoleon III, yang Hugo, dalam pidatonya pada 17 Juli, dengan tepat dijuluki "Napoleon si Kecil", tidak berhenti. Herzen menulis tentang Hugo di Masa Lalu dan Pikiran: “Pada tanggal 2 Desember 1851, dia berdiri tegak: dalam bentuk bayonet dan senjata bermuatan, dia memanggil orang-orang untuk memberontak: di bawah peluru, dia memprotes kudeta d " etat [kudeta] dan meninggalkan Prancis, ketika tidak ada yang bisa dilakukan di dalamnya.

Hugo, bersama dengan lima rekannya, membentuk "Komite Perlawanan" republik; mereka berkeliling ke tempat-tempat populer di Paris, berpidato di alun-alun, mengeluarkan proklamasi, membangkitkan orang untuk berperang, dan mengawasi pembangunan barikade. Setiap menit, dengan risiko ditangkap dan ditembak, berganti tempat tinggal beberapa kali sehari, di tengah pembantaian berdarah yang dilakukan oleh militer dan polisi Bonapartis, Victor Hugo tanpa rasa takut dan dengan tegas memenuhi tugas sipilnya.

Surat kabar reaksioner memfitnahnya, dia diikuti oleh mata-mata, kepalanya dihargai 25.000 franc, putra-putranya dipenjara. Tetapi baru pada 11 Desember, ketika tidak diragukan lagi bahwa segelintir republiken (hanya ada satu setengah hingga dua ribu dari mereka) mengalami kekalahan terakhir, Hugo melarikan diri ke Belgia dan pada 12 Desember, dengan nama palsu, tiba. di Brussel. Masa pengasingan selama sembilan belas tahun dimulai.

Di tahun-tahun sulit, ketika badai sosial mengguncang Prancis dan menimbulkan gema pemberontakan buruh di seluruh Eropa, pertanyaan tentang nasib sejarah rakyat menggelisahkan semua pikiran yang menonjol. Selama tahun-tahun ini, filosofi romantisme Hugo, pandangannya tentang alam dan masyarakat, yang menjadi dasar dari semua karya penulis selanjutnya, akhirnya terbentuk.

Dunia bagi Victor Hugo tampak sebagai arena perjuangan sengit, perjuangan dua prinsip abadi - baik dan jahat, terang dan gelap. Hasil dari perjuangan ini ditentukan sebelumnya oleh niat baik pemeliharaan, yang tunduk pada segala sesuatu di alam semesta - dari siklus bintang hingga gerakan terkecil jiwa manusia; kejahatan dikutuk, kebaikan akan menang. Kehidupan umat manusia, seperti kehidupan alam semesta, adalah gerakan ke atas yang kuat, dari kejahatan ke kebaikan, dari kegelapan ke terang, dari masa lalu yang mengerikan ke masa depan yang indah: “Kemajuan hanyalah fakta gravitasi. Siapa yang bisa menghentikannya? Wahai para lalim, saya menantang Anda, hentikan batu yang jatuh, hentikan banjir, hentikan longsoran salju, hentikan Italia, hentikan tahun 1789, hentikan dunia yang diperjuangkan Tuhan menuju cahaya ”(Pidato tahun 1860).

Jalan sejarah ditorehkan oleh takdir, bencana sosial, perang, revolusi - ini hanyalah tahapan di jalan umat manusia menuju cita-cita. Reaksinya seperti tongkang yang berlayar melawan arus: ia tidak mampu membalikkan gerakan air yang dahsyat.

Tapi bagaimana kebahagiaan akan memerintah di bumi? Menjawab pertanyaan ini, Hugo mengikuti jejak sosialisme utopis: era baru akan datang sebagai hasil dari perbaikan moral umat manusia, sebagai hasil dari kemenangan gagasan keadilan, belas kasihan, cinta persaudaraan. Hugo, putra dari era heroik revolusi borjuis, seorang mahasiswa Pencerahan, dengan sepenuh hati percaya pada kekuatan ide yang transformatif. Dia menganggap dirinya seorang pendidik dan pemimpin rakyat, dia mengatakan bahwa penulis adalah seorang "nabi", "mesias", "mercusuar umat manusia", yang dirancang untuk menunjukkan kepada orang-orang jalan menuju masa depan yang lebih cerah. Hugo, bersama dengan hatinya, memberikan setiap halaman ciptaannya kepada orang-orang.

Setelah kudeta monarki tahun 1851, Hugo menyatakan dirinya seorang sosialis. Tapi itu adalah "sosialisme" yang naif dan dangkal. Dia membatasi dirinya untuk menuntut kesetaraan politik dan reformasi demokrasi: hak pilih universal, kebebasan berbicara, pendidikan gratis, penghapusan hukuman mati. Bagi penulis, jika Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara yang diproklamirkan pada tahun 1789 dapat dilaksanakan, maka ini sudah menjadi awal dari "sosialisme". Hugo tidak mengakui sosialisme lain dan sama sekali tidak memahami pentingnya kepemilikan pribadi; dia hanya ingin "setiap warga negara, tanpa kecuali, menjadi pemilik", sehingga "tidak ada yang menjadi tuan", dan dengan polos menyerukan "membatasi pencernaan sosialisme" demi "sosialisme ideal".

Namun, Hugo dekat dengan kaum sosialis utopis dengan keyakinannya yang berapi-api akan kemajuan, di kemungkinan tak terbatas jiwa manusia, ke dalam peran pengetahuan, sains, teknologi yang membebaskan: manusia telah menjinakkan tiga chimera kuno yang mengerikan dengan menciptakan kapal uap, lokomotif, dan balon udara panas; suatu hari nanti dia akan menaklukkan semua kekuatan alam, dan baru setelah itu dia akan dibebaskan sampai akhir!

Tetapi bisakah Hugo, yang menyerukan penggulingan Napoleon III dengan kekerasan, membatasi dirinya pada himne untuk kemajuan yang damai? Setelah tahun 1851, penulis semakin keras kepala merefleksikan masalah perjuangan sosial. Dia mengklaim bahwa perdamaian universal akan dicapai dengan perang terakhir, memuliakan "monster ilahi - revolusi" dan, menyebut revolusi sebagai "jurang" dalam salah satu pidatonya, segera menambahkan: "Tetapi ada jurang yang menguntungkan - yang menjadi tempat kejahatan jatuh” (“Pidato tentang Voltaire).

Hingga akhir hayatnya, Hugo mencoba menggabungkan belas kasihan Kristen dan kekerasan revolusioner, ragu-ragu antara penolakan dan pengakuan jalan revolusioner. Ini meninggalkan jejak yang tak terhapuskan pada semua karyanya yang matang.

VICTOR HUGO MELAWAN LOUIS BONAPARTE

Begitu berada di luar tanah air, Hugo tidak berpikir untuk menghentikan pertarungan, namun kini pena telah menjadi senjata yang tangguh baginya. Sehari setelah kedatangannya di Brussel, dia mulai menulis buku tentang kudeta 2 Desember, yang dengan tegas dia beri judul "Kisah Kejahatan". Hugo menerbitkan buku ini hanya pada tahun 1877, ketika sistem republik di Prancis kembali terancam, dan penulis ingin mencegah pengulangannya dengan mengingatkan masa lalu. Tetapi sudah pada bulan Juli 1852, pamflet lain muncul dalam cetakan - "Napoleon si Kecil", yang bergemuruh di seluruh Eropa dan selamanya memakukan Louis Bonaparte ke pilar.

Dengan segala temperamen politiknya, dengan segenap kekuatan bakatnya, Hugo jatuh ke tangan perampas kebebasan Prancis. Dia menceritakan dengan marah bagaimana Louis Bonaparte bersumpah dengan sungguh-sungguh untuk mempertahankan republik, dan kemudian menginjak-injak sumpah ini. Selangkah demi selangkah, jalan pengkhianatan, penyuapan, dan kejahatan yang membuat Napoleon Kecil berkuasa terungkap kepada pembaca, tontonan pembunuhan berdarah yang mengerikan, eksekusi orang yang lewat secara acak, tirani dan pelanggaran hukum muncul. Dengan penghinaan sarkastik, Hugo menggambar potret "pahlawan" kudeta, yang muncul dalam penyamaran ganda - bandit dan penipu kecil.

“Dia muncul, bajingan ini tanpa masa lalu, tanpa masa depan, tidak dikaruniai kejeniusan atau kemuliaan, baik pangeran maupun petualang. Semua kebajikannya adalah tangannya yang penuh uang, uang kertas, saham kereta api, tempat, pesanan, dosa, dan kemampuan untuk tetap diam tentang rencana kriminalnya. Duduk di singgasana, dia mencoba mengintimidasi orang-orang dengan kekejaman. “Bunuh, apa yang perlu diperdebatkan! Bunuh siapa pun, potong, tembak dengan grapeshot, tersedak, injak-injak, intimidasi Paris yang menjijikkan ini sampai mati! mengalir darinya, tetapi dia menganggapnya ungu dan menuntut sebuah kerajaan untuk dirinya sendiri.

Tetapi, karena sangat marah pada pergolakan reaksioner di Prancis, Victor Hugo tidak memahami akar sebenarnya dari Bonapartisme - hal ini terhalang oleh konsepsi idealisnya tentang sejarah. Dia menempatkan semua tanggung jawab kudeta secara pribadi pada Louis Bonaparte. “Di satu sisi, seluruh bangsa, yang pertama dari bangsa-bangsa, di sisi lain, satu orang, yang terakhir dari orang-orang; dan inilah yang telah dilakukan orang ini terhadap bangsa ini.”

Seperti yang dengan cerdik dicatat oleh Karl Marx, yang sangat menghargai pamflet Hugo pada saat kemunculannya, penulis, yang menyatakan Napoleon si Kecil sebagai satu-satunya penyebab dari semua peristiwa memalukan tahun 1851-1852, alih-alih meremehkan, tanpa sadar meninggikan musuhnya, menghubungkannya dengannya. kekuatan pribadi yang tidak pernah terdengar, padahal sebenarnya dia hanyalah seorang tokoh yang menyedihkan, yang digunakan oleh kalangan reaksioner Prancis untuk tujuan mereka sendiri. Tapi kecaman berani dari sekelompok petualang politik, kesedihan sipil yang berapi-api dari buku Hugo memainkan peran besar dalam perjuangan melawan reaksi. Hingga saat ini, tidak mungkin membaca tanpa emosi yang dalam halaman-halaman The History of a Crime dan Napoleon the Small, yang melukiskan gambaran-gambaran mengerikan tentang pembantaian klik Napoleon atas rakyat Paris, orang tidak bisa tidak mengagumi kebesaran pengorbanan kaum Republikan. yang meninggal di barikade untuk kebebasan. Bagi orang-orang sezaman, buku itu adalah peringatan yang luar biasa dan seruan untuk berperang. Itu diselundupkan ke Prancis, sukses besar, dan melewati sepuluh edisi.

Setelah penerbitan Napoleon the Small, Louis Bonaparte berhasil mengusir Hugo dari Belgia. Untuk itu, pemerintah Belgia harus mengeluarkan undang-undang khusus yang mengizinkan pelanggaran hak suaka bagi para emigran politik. Penulis terpaksa meninggalkan Brussel. Dia tinggal di London selama beberapa hari, dan kemudian pindah bersama seluruh keluarganya ke pulau Jersey, milik Inggris, di Selat Inggris; sangat rindu rumah, penuh kemarahan dan rasa sakit atas nasibnya, Hugo kembali mengambil penanya dan pada tahun 1853 telah menerbitkan kumpulan lirik sipil "Retribusi" di Brussel, di mana kekuatan besar mengutuk Kekaisaran Kedua.

Sejak zaman Puisi Tragis Agrippa d'Aubigne, suara kemarahan tidak bergemuruh begitu kuat di Prancis, puisi politik belum naik ke ketinggian seperti itu "Retribusi" pada dasarnya adalah sebuah puisi utuh, disatukan oleh satu pemikiran dan komposisi yang harmonis. Ironisnya, masing-masing dari tujuh bukunya berjudul salah satu pernyataan palsu Napoleon III ("Masyarakat diselamatkan", "Ketertiban dipulihkan", dll.), tetapi isi puisi setiap kali membantah judul tersebut. dan perampok, "pelawak altar" dan hakim korup, petualang dan pengusaha rakus. akar sejarah bonapartisme; itu terutama berbicara tentang perasaan tersinggung warga negara dan patriot; Dia menganggap Kekaisaran Kedua sebagai parodi jahat dari Kekaisaran Pertama, sebagai "pembalasan" sejarah dan moral kepada Napoleon I karena telah mencekik revolusi. Kemenangan Napoleon III untuk Hugo adalah kemenangan sementara Kejahatan atas Kebaikan, Kebohongan atas Kebenaran. Dan dia memohon kepada rekan senegaranya, kepada rakyat pekerja Prancis, dengan seruan untuk bangun, mengumpulkan semua kekuatan mereka dan menghancurkan Kejahatan:

Apakah Anda tidak bersenjata? Omong kosong! Bagaimana dengan garpu rumput?
Dan palu, teman pekerja?
Ambil batunya! Kekuatan yang cukup
Sulit untuk menarik pengait dari pintu!
Dan berdiri, menyerahkan semangat untuk berharap,
Prancis Raya, seperti sebelumnya,
Menjadi Paris bebas lagi!
Melakukan pembalasan yang benar,
Jauhkan diri Anda dari penghinaan
Bersihkan kotoran dan darah dari tanah air Anda!
("Tidur". Terjemahan oleh G. Shengeli)

Hugo menggunakan dalam "Retribusi" semua sarana, warna, dan bentuk puitis: di sini dan sarkasme yang mematikan dan mimpi masa depan yang antusias; omelan oratoris yang hebat diselingi dengan lirik yang lembut, deskripsi mengerikan tentang pembunuhan dan kekerasan hidup berdampingan dengan gambaran alam yang cerah. Penyair beralih ke gambaran sastra masa lalu, ke gambaran Alkitab, zaman kuno, ke dongeng dan lagu rakyat - semuanya ditujukan untuk satu tugas: membuka mata orang-orang, membesarkan mereka untuk berperang . Penyair dengan penuh semangat percaya pada kemenangan akhir kebaikan dan terang atas kegelapan dan ketidakadilan, di masa depan Prancis. "Retribution" dibuka dengan chapter "Mox" ("Night") dan diakhiri dengan chapter "Lux" ("Light").

Dalam "Retribusi" Hugo pertama kali muncul sebagai penyair revolusioner, sebagai pembela setia tanah air, demokrasi, dan kemajuan. Menurut Romain Rolland, dia menunjukkan kepada orang-orang sezamannya "contoh seorang pahlawan yang mengatakan "tidak" dengan tegas sebagai tanggapan atas kejahatan negara dan menjadi perwujudan hidup dari kesadaran rakyat yang marah, yang disumpal." Puisi Hugo berdampak besar pada orang-orang sezamannya. Setelah menerima distribusi secepat kilat di Eropa, ia juga merambah ke Prancis - secara keseluruhan, dalam potongan-potongan, dalam bentuk proklamasi; dia diangkut melintasi perbatasan baik dalam kotak sarden, atau dijahit ke dalam gaun wanita atau ke dalam sol sepatu bot. Garis berapi-api penyair patriot menjadi senjata tangguh dalam perjuangan kemerdekaan tanah airnya. "Retribusi" hingga hari ini tetap menjadi salah satu puncak lirik sipil Prancis, terlepas dari kenyataan bahwa puisi itu tidak lepas dari retorika, "keangkuhan naif", seperti yang dikatakan V. I. Lenin, menurut memoar N. K. Krupskaya. Dia menyukai puisi Hugo ini dan memaafkan kekurangannya, karena "semangat revolusi" sangat terasa di dalamnya.

Setelah rilis Retribusi, Victor Hugo harus meninggalkan Jersey. Dia pindah ke pulau tetangga Guernsey, tempat dia tinggal sampai jatuhnya Kekaisaran Kedua. Pada tahun 1859, Hugo menolak amnesti, yang tidak ingin dia terima dari tangan penjahat politik Louis Bonaparte. Dalam sepucuk surat kepada perampas, penyair menyatakan dengan bermartabat: "Ketika kebebasan kembali, saya akan kembali."

"Batu Pengasingan"

Siang dan malam, ombak menghantam bebatuan keras Guernsey, burung camar menyerbu buih putih dengan teriakan, perahu nelayan memenuhi pelabuhan St. yang indah, hamparan laut yang tak terbatas terbuka, dan garis pantai yang samar Prancis tampaknya berada di cakrawala. Victor Hugo telah berdiri sepanjang pagi di stand musik di beranda ini, dalam demam kerja; sekarang dia meletakkan penanya. Dia menuruni tangga, melewati kamar-kamar, yang dia hias sendiri dengan lukisan, ukiran, lukisan, tirai, melalui taman, di mana, bersama keluarganya, dia menggali hamparan bunga, menanam bunga, dan, melewati jalan-jalan sebuah kota nelayan, pergi ke laut. Di sepanjang jalan sempit, dia memanjat tebing pantai - "Tebing Pengasingan", demikian teman penyair menyebutnya - dan duduk lama di langkan yang terlihat seperti kursi batu, bermeditasi dengan suara ombak.

Di tebing yang hilang di laut, Hugo merasa seperti berada di medan perang - dia masih pejuang gigih yang sama untuk kebebasan dan keadilan, terlebih lagi, dia adalah teman dari semua orang dan musuh dari semua jenis lalim. Di sini, di Guernsey, ratusan surat terbang dari seluruh dunia, dari politisi terkemuka, penulis, seniman, dari orang biasa - dari mereka yang menghargai tanah air, martabat manusia, dan kebahagiaan rakyatnya. Hugo berkorespondensi dengan Lajos Kossuth dan Giuseppe Mazzini, dengan Barbès revolusioner dan Flourens komune masa depan; pahlawan nasional Italia, Giuseppe Garibaldi, meminta bantuannya dalam menggalang dana untuk mempersenjatai para patriot Italia; A. I. Herzen memanggilnya "saudara yang hebat" dan mengundangnya untuk bekerja sama di "Bell". Dari tebing Guernsey-nya, Hugo menanggapi perjuangan pembebasan di seluruh penjuru dunia: pada tahun 1854 dia menulis surat terbuka kepada Menteri Luar Negeri Inggris, Lord Palmerston, menuntut penghapusan hukuman mati; pada tahun 1859, dia menyampaikan pesan ke Amerika Serikat, di mana dia dengan marah memprotes hukuman mati terhadap John Brown, pemimpin pemberontak Negro di Virginia. “Ada kemungkinan bahwa eksekusi Brown akan memperkuat perbudakan di Virginia, tetapi tidak diragukan lagi itu akan mengguncang semua fondasi demokrasi Amerika. Anda menyimpan rasa malu Anda dan membunuh kemuliaan Anda,” tulis Hugo. Pada tahun 1860, dia menyambut kemerdekaan Haiti; menentang ekspedisi militer Inggris ke Cina; sehubungan dengan pemberontakan Polandia tahun 1863, dia menulis permohonan kepada tentara Rusia, yang ditempatkan Herzen di halaman Kolokol; Hugo mengangkat suaranya untuk membela Meksiko melawan intervensionis Prancis yang dikirim ke sana oleh Napoleon III pada tahun 1863; mendukung perjuangan pulau Kreta melawan kuk Turki; memprotes eksekusi patriot Irlandia Fenian. Dia dengan bersemangat mendukung pada tahun 1868 perjuangan untuk sebuah republik di Spanyol, dan ketika rakyat Kuba memberontak melawan penjajah Spanyol, Hugo berbicara untuk kebebasan Kuba.

Hugo menyaksikan awal agresi kekuatan kapitalis besar terhadap rakyat yang lebih lemah; salah satu yang pertama di Eropa, dia memulai perang melawan perang. Hugo adalah penggagas dan ketua Kongres Sahabat Dunia pertama di Paris sejak tahun 1849, pada tahun 1869 ia ikut serta dalam Kongres Perdamaian di Lausanne, di mana ia juga terpilih sebagai ketua. Pada pembukaan kongres, Hugo menyampaikan pidato yang menginspirasi: “Kami menginginkan perdamaian, kami sangat menginginkannya… Tapi perdamaian seperti apa yang kami inginkan? Damai dengan biaya berapa pun? Dunia tanpa usaha? TIDAK! Kami tidak menginginkan dunia di mana orang yang tertunduk tidak berani mengangkat dahi mereka; kami tidak menginginkan perdamaian di bawah kekuasaan despotisme, kami tidak menginginkan perdamaian di bawah tongkat, kami tidak menginginkan perdamaian di bawah tongkat kerajaan!” Dan, menyatakan bahwa "syarat pertama perdamaian adalah pembebasan", bahwa untuk mencapainya "perlu revolusi, revolusi yang paling menakjubkan dari semua revolusi, dan, mungkin - sayangnya! - perang, yang terakhir dari semua perang", Hugo mengakhiri pidatonya dengan kata-kata: "Tujuan kita adalah kebebasan! Kebebasan akan membawa perdamaian!”

Perjuangan berani penyair yang diusir dari perbatasan tanah airnya, semangatnya yang tak terhancurkan, impian mulianya tentang kebahagiaan universal membuatnya mendapatkan popularitas yang luar biasa. Seluruh generasi pemuda progresif mengalami pesona kepribadian dan kreativitas Victor Hugo yang tak tertahankan. Menurut Emile Zola, bagi rekan-rekannya yang berusia dua puluh tahun, Hugo tampak seperti makhluk supernatural, "raksasa yang bernyanyi di tengah badai", semacam Prometheus baru.

Selama tahun-tahun pengasingan, bakat sastra Hugo yang kuat juga mencapai puncaknya. Dia menciptakan lirik yang indah (koleksi "Kontemplasi", buku dua; "Lagu jalanan dan hutan"), mengerjakan siklus puitis megah "Legend of the Ages" (1859-1883). Dalam epik yang luas ini, pembaca melewati seluruh sejarah umat manusia, mengenakan gambaran romantis, diwarnai dengan semua warna fantasi kekerasan; sejarah adalah perjuangan kejam rakyat melawan para lalim berdarah, penuh dengan penderitaan, bencana dan ketidakadilan; tetapi saatnya akan tiba, Kejahatan akan dikalahkan, dan Kebaikan akan menang. Di bagian akhir, visi masa depan yang bahagia muncul di hadapan pandangan spiritual penyair. Di pengasingan, Hugo juga menulis novel sosialnya yang hebat.

EPIC KEHIDUPAN ORANG

Di malam yang gelap, seorang pria yang diburu berkeliaran di jalanan yang tertidur; suatu kali dia mencuri roti karena dia kehilangan kesempatan untuk mendapatkannya, semua pintu dibanting di depannya, bahkan anjing pekarangan mengusirnya dari kandangnya ... Seorang wanita muda, di masa lalu cantik dan ceria, tapi sekarang ompong, dicukur, sakit, pergi ke jalan dengan harapan putus asa terakhir untuk memberi makan anaknya... Seorang anak lapar bertelanjang kaki, gemetar ketakutan dipukuli, tegang, menyeret ember yang berat...

Ini adalah orang-orang dari rakyat, "orang buangan", para pahlawan dari novel baru karya Hugo, yang diterbitkan pada tahun 1862. Penulis memberikan tiga puluh tahun pekerjaan dan memikirkan pekerjaan ini, yang merupakan hasil dari seluruh periode hidupnya dan memuliakannya di seluruh dunia. Gagasan tentang sebuah buku tentang nasib tragis massa rakyat, yang oleh struktur absurd masyarakat borjuis dibuat "terbuang", digagas oleh Hugo sejak akhir tahun 20-an; kontur plotnya muncul dalam cerita "Hari Terakhir Orang yang Dihukum Mati" (1828) dan "Claude Gue" (1834), dan dalam banyak puisi tahun 30-an; tema kesedihan nasional yang sangat mengkhawatirkan penulisnya, muncul baik di Katedral Notre Dame maupun dalam drama. Namun hanya di "Les Misérables" kehidupan rakyat ditampilkan secara langsung, tanpa alegori romantis. Dari kastil Spanyol, kuil abad pertengahan, Hugo dengan berani memindahkan pahlawannya paris modern, mengajukan pertanyaan sosial yang mencolok, menunjukkan takdir dan karakter yang khas; kehidupan rakyat jelata dan borjuasi, kehidupan daerah kumuh Paris, perjuangan putus asa orang miskin untuk sepotong roti, permusuhan antara pekerja dan produsen, pemberontakan rakyat - semua ini ada dalam buku Hugo.

Hugo menulis Les Misérables untuk membela rakyat; dia secara eksplisit menyatakan ini di kata pengantar: “Selama ada kutukan sosial oleh kekuatan hukum dan adat istiadat, yang, di tengah berkembangnya peradaban, secara artifisial menciptakan neraka dan memperburuk takdir, yang bergantung pada Tuhan, dengan fatal predestinasi manusia ... selama ada kebutuhan dan ketidaktahuan menguasai bumi, buku-buku seperti ini mungkin tidak akan sia-sia.

Tiga masalah masyarakat borjuis yang tidak terpecahkan - pengangguran, prostitusi, tunawisma -, menurut rencana awal, akan diungkapkan pada contoh nasib tiga pahlawan buku: Jean Valjean, Fantine dan Cosette.

Hugo menyerukan semua kekuatan bakat, semua cintanya kepada orang-orang untuk mengguncang hati para pembaca dengan tontonan bencana para pahlawannya. Mustahil untuk membaca dengan acuh tak acuh kisah Jean Valjean, "binatang malang yang baik yang didorong oleh seluruh masyarakat" (dalam kata-kata A.I. Herzen), kisah Fantine, cintanya yang marah, keibuan yang tragis dan, akhirnya, kematiannya di rumah sakit penjara; Halaman-halaman yang menggambarkan "perbudakan rumah tangga yang menyeramkan" di rumah kecil Cosette di Thenardier, yang "rasa takut telah membuat palsu, dan kemiskinan menjadi jelek", bernafas dengan kebenaran yang kejam. Sekitar ini karakter sentral- kerumunan orang lain: orang tua tunawisma dan anak-anak, remaja yang kelaparan, penghuni daerah kumuh yang suram dan sarang pencuri - singkatnya, mereka yang oleh penulis disebut "orang buangan". Bagaimana membantu orang-orang ini, bagaimana meringankan penderitaan mereka? Inilah pertanyaan yang ingin dijawab oleh Victor Hugo; dia menetapkan tujuan ganda untuk dirinya sendiri: mengutuk kejahatan sosial dan menunjukkan cara untuk mengatasinya. “Masyarakat yang tidak ingin dikritik akan seperti orang sakit yang tidak membiarkan dirinya dirawat,” tulis Hugo dalam salah satu draf kata pengantar Les Misérables. Seperti kaum sosialis utopis, dia mencari resep untuk menyembuhkan masyarakat borjuis. Hugo sangat mementingkan bukunya, menganggapnya sebagai senjata praktis dalam perjuangan untuk masa depan; dia bahkan menyebutnya "injil baru".

Novel-novel Hugo dewasa sangat berbeda dari bentuk klasik novel sosial tipe Balzac. Ini adalah novel epik. Pertanyaan hidup yang konkret, gambaran hidup orang-orang, plot yang menarik - hanya satu sisi saja; Di balik ini selalu ada pertanyaan tentang nasib rakyat, kemanusiaan, masalah moral dan filosofis, pertanyaan umum tentang keberadaan. Dan jika tidak ada analisis sosial tanpa ampun dan wawasan cerdik Balzac di Les Misérables, maka orisinalitas unik dari karya ini terletak pada keagungan epik, dalam humanisme yang berapi-api, yang mewarnai setiap halaman dengan kegembiraan liris, memberikan makna khusus pada setiap gambar dan mengangkat gambaran kehidupan rakyat hingga romansa tinggi. Penulis sendiri menulis: “... proporsinya sangat besar di sini, karena Manusia raksasa sangat cocok dengan pekerjaan ini. Dari sini - cakrawala lebar terbuka ke segala arah. Pasti ada udara di sekitar gunung.”

Bukan kebetulan bahwa Hugo berusaha menggabungkan karyanya menjadi siklus besar; di tahun 60-an ia mulai menganggap Les Misérables sebagai bagian kedua dari sebuah trilogi, buku pertamanya adalah Katedral Notre Dame, dan yang terakhir - Pekerja Laut. Menurut pengarangnya, ketiga karya ini menunjukkan perjuangan manusia melawan takdir dalam rangkap tiga: takhayul agama, ketidakadilan sosial, dan alam yang tak terkalahkan. Mengingat rencana seperti itu, dapat dimengerti mengapa Hugo memasukkan dalam Les Misérables semua penyimpangan penulis baru, refleksi tentang masa lalu dan masa depan, tentang kemajuan dan revolusi yang damai, tentang biara dan agama, dan bahkan akan menulis pengantar filosofis di dua bagian - "Tuhan" dan "Jiwa ". Seperti dalam The Legend of the Ages, Hugo melihat kehidupan di masanya melalui prisma sejarah yang dipahami secara romantis; gambar Dante dan Homer, gambar alkitabiah dan mitos kuno muncul melalui gambar-gambar kehidupan pahit rakyat Paris dan berdiri di belakang gambar pahlawan rakyat. Lebih dari di mana pun, karakter utama "Les Miserables" adalah pembawa gagasan pengarang, semacam simbol.

Di tengah buku terdapat gambar Jean Valjean, yang melambangkan orang-orang tertindas. “Seringkali seluruh bangsa sepenuhnya terwujud dalam makhluk yang tak terlihat dan hebat ini yang diinjak-injak. Seringkali orang yang menjadi semut dunia material ternyata menjadi raksasa di dunia moral,” tulis Hugo dalam draf kasar novel tersebut. Semua "raksasa moral" seperti itu adalah pahlawan rakyat favorit Hugo: petani Jean Valjean, penjahit Fantine, bocah jalanan Gavroche.

Jean Valjean, yang mempersonifikasikan rakyat, ditentang oleh pemilik penginapan Thenardier, perwujudan dari keegoisan predator, misantropi dan kemunafikan, yang menjadi sandaran tatanan borjuis yang memusuhi rakyat. Sama memusuhi rakyat adalah negara borjuis dengan undang-undangnya yang tidak berjiwa dan tidak manusiawi, yang diwujudkan dalam citra sipir polisi Javert, pengawas masyarakat borjuis. Kebangkitan spiritual untuk Jean Valjean dibawa bukan oleh petugas perdamaian Javert, tetapi oleh Uskup Miriel, yang menurut rencana Hugo, mewujudkan gagasan kemanusiaan, cinta persaudaraan dan belas kasihan, dipanggil untuk menyelamatkan masyarakat. Benar, penulis gagal menghilangkan citra uskup dari kepalsuan, dan kritik progresif, terutama di Rusia, mencatat hal ini segera setelah buku itu diterbitkan.

Di tahun 40-an, Hugo masih berada di bawah pengaruh "sosialisme Kristen" dan percaya bahwa itu cukup untuk meyakinkan orang-orang tentang ketidakadilan tatanan sosial saat itu dan memberikan contoh kemanusiaan dan cinta - dengan kata lain, menggantikan Javert dengan uskup - dan kejahatan sosial akan hilang. Namun kembali ke novel di pengasingan, Hugo tidak bisa lagi puas dengan pemberitaan kesempurnaan moral; kini Les Misérables memuat tema perjuangan revolusioner melawan kejahatan. Penulis menambahkan bab-bab baru, menggambarkan dengan penuh simpati pemberontakan republik di Paris pada tahun 1832, menciptakan citra ideal "pendeta revolusi" Enjolras dan rekan-rekannya dari perkumpulan rahasia republik "Friends of the ABC" dan, akhirnya, mengumpulkan semua barang di barikade.

Akibatnya, sebuah kontradiksi yang tidak dapat didamaikan terbentuk dalam novel; tidak mungkin menggabungkan gagasan kerendahan hati Kristen dan pemuliaan revolusi - ini bertentangan dengan kebenaran artistik. Hugo sendiri tidak dapat memutuskan apa yang lebih disayanginya, kemanusiaan abstrak atau perjuangan revolusioner aktif untuk masa depan. Tetapi para pembaca novel sangat terkesan dengan gambaran menarik dari perjuangan rakyat untuk kebebasan, yang digambar dengan kesedihan romantis, mengangkat Epik Rue Saint-Denis menjadi gambaran heroik puisi Homer.

Tak terlupakan adalah kematian Gavroche kecil, "Gavroche yang luar biasa", dalam kata-kata Maurice Thorez; Gavroche adalah salah satu kreasi terbaik Hugo, favorit pembaca dari semua negara. Ceria nakal, kurang ajar dan berhati sederhana, sinis dan naif kekanak-kanakan, berbicara dalam jargon pencuri, bergaul dengan pencuri, tetapi memberikan potongan roti terakhir kepada yang lapar dan melindungi yang lemah; dia membenci otoritas, membenci kaum borjuis, tidak takut pada tuhan maupun iblis, dan menyambut kematian dengan lagu yang mengejek. Seperti Esmeralda, Gavroche benar-benar tenggelam kehidupan rakyat. Dia mati demi kepentingan rakyat. Gavroche - "jiwa Paris" - mewujudkan ciri-ciri nasional terbaik rakyat Prancis, "semangat Galia" -nya - keceriaan, kemurahan hati, dan cinta kebebasan yang tak terhancurkan.

Penerbitan Les Misérables membangkitkan minat yang besar tidak hanya di Prancis, tetapi juga di seluruh dunia; selama beberapa tahun buku tersebut diterbitkan dalam terjemahan di Inggris, Jerman, Italia, Amerika, Jepang, India; di Rusia, novel itu diterbitkan secara bersamaan di tiga majalah, termasuk Sovremennik karya Nekrasov, sudah pada tahun penerbitannya di Prancis, dan segera menjadi sasaran sensor tsar. Inisiatif untuk melawan Hugo adalah milik Alexander II sendiri. Menteri Pendidikan Nasional Golovnin menulis pada bulan April 1862 kepada komite sensor St. bakat besar dan karena itu sangat mempengaruhi pembaca.

Penerbitan novel itu dilarang. Setelah mengetahui hal ini, Herzen menulis dengan marah di The Bell: “Bayangkan orang-orang sengsara kita melarang novel Hugo. Sungguh barbarisme yang menyedihkan dan keji!”

MANUSIA MELAWAN CHAOS

Betapapun merindukan tanah airnya, betapapun ia tenggelam dalam perjuangan politik dan kerja keras, setiap hari ia semakin mengalah pada pesona alam unik yang mengelilinginya. Dia tertidur dan terbangun karena gemuruh laut, laut menggulung ombak di luar jendelanya, mengguncang dinding kaca terasnya dengan badai, atau memercik dengan lembut di kakinya; Kehidupan para nelayan Guernsey yang terjadi di depan mata penulis sepenuhnya bergantung pada laut. Selama jam istirahat, Hugo melakukan perjalanan perahu, mengagumi tebing Dover yang aneh, berkeliaran di sekitar pulau berbatu Serk, naik ke gua dan gua - di salah satunya dia melihat gurita untuk pertama kalinya dengan jijik ... Itu musik laut, warnanya yang berwarna-warni, kontras dan rahasianya, keagungan elemen dan keagungan perjuangan berani manusia dengannya menangkap imajinasi kreatif Hugo. Gambar laut yang luar biasa muncul dalam puisinya ("Oceano Nox", "Orang Miskin", "Mawar Infanta"); semakin sering di depan mata pikirannya muncul citra seorang pria - penjinak lautan. Pada tahun 1865, dia menyelesaikan novel baru - "Toilers of the Sea".

Sekali lagi yang menjadi pusat perhatian Hugo adalah seorang pria dari rakyat; tetapi di Les Misérables dia dihadapkan langsung dengan "elemen sosial" yang memusuhi dia, tetapi sekarang manusia berdiri di hadapan elemen alam yang tangguh. Di sana pemberontakan populer bergemuruh, di sini, dalam kata-kata Maurice Thorez, dari setiap halaman "deru gelombang laut datang".

Dalam Toilers of the Sea, juga di Les Misérables, mudah untuk membedakan dua sisi, dua bidang naratif: kisah yang hidup, terkadang simpatik, terkadang ironis tentang kehidupan penduduk pulau dan puisi luhur tentang seorang pria - sang penakluk alam. Skala dari apa yang terjadi di pantai dan apa yang terjadi di laut tidak ada bandingannya. Di pulau itu - dunia kecil borjuis kecil provinsi, pemeran dari Inggris borjuis: keserakahan, ditutupi dengan kemunafikan, isolasi kasta, kesalehan yang mencolok. Moralitas kepemilikan masyarakat ini diekspresikan dalam citra Kapten Kluben, yang selama sepuluh tahun mengenakan topeng kejujuran yang tidak dapat rusak untuk merampok tuannya pada saat yang tepat; penguasa jiwa di sini adalah Pendeta Erod, yang dengan sok suci menutupi penindasan rakyat dan perdagangan budak dengan otoritas agama Kristen. Di lautan, manusia mengobarkan perjuangan heroik, bebas dari kepentingan pribadi borjuis.

Semua kehebatan, semua puisi perjuangan ini terhubung untuk Victor Hugo dengan mereka yang bekerja. Dalam novel "Toilers of the Sea" tidak ada intrik yang bercabang dan dibangun dengan ahli, seperti dalam "Les Miserables", juga tidak ada rangkaian pahlawan rakyat. Plot novelnya sederhana, dan semua "pekerja" dirangkum dalam satu gambar - nelayan Norman Gilliat. Gilyat adalah perwujudan dari semua yang terbaik yang ada dalam diri seseorang: dia memiliki jiwa yang berani, otot yang kuat, pikiran yang jernih, hati yang murni. Dalam istilah spiritual dan moral, dia jauh lebih tinggi daripada masyarakat yang posesif sehingga dia menimbulkan permusuhan dan ketidakpercayaan pada orang-orang di sekitarnya, yang memberinya julukan Zhilyat Lukavets. Gilliatt adalah sejenis "orang buangan", pemberontak romantis. Dia memikul di pundaknya seluruh beban kerja yang diperlukan untuk masyarakat, tetapi tidak dipahami dan tidak diakui oleh masyarakat ini.

Untuk pertama kalinya dalam karya Hugo, kerja keraslah yang mengagungkan sang pahlawan, menjadikan citranya puitis. Jean Valjean mempersonifikasikan penderitaan rakyat yang tertindas; Gilyat menyerap pengalaman kerja, bakat, pengetahuan yang terkumpul selama berabad-abad oleh orang-orang yang bekerja - dia adalah ahli dalam segala bidang: pelaut, pandai besi, mekanik otodidak, dokter dan musisi, tukang kebun dan tukang kayu.

Hal utama dalam novel ini adalah prestasi kerja Gilliat, yang memberikan tantangan berani pada elemen dan sendirian, tanpa bantuan apa pun, dipersenjatai dengan alat paling sederhana, dikelilingi oleh lautan yang mengamuk, di tengah kesulitan yang belum pernah terjadi dan bahaya yang tak terhitung jumlahnya, dia dikeluarkan dari karang yang jauh dan dibawa ke pantai mobil kapal uap yang rusak. Adalah pekerja, manusia sederhana, "semut di dunia material, tetapi raksasa di dunia moral" yang muncul di hadapan penulis sebagai pembangun masa depan dan pemilik bumi. Perjuangan Gilliat untuk menyelamatkan mesin, seni bela dirinya dengan lautan mengambil garis besar titanic dan menjadi personifikasi puitis dari perjuangan abadi yang dilakukan, menurut penulis, oleh manusia melawan alam: “Seorang pria bekerja, mengatur rumahnya, dan rumahnya adalah bumi. Dia memindahkan, memindahkan, menghapus, menghancurkan, membuang, meremukkan, menggali, menggali, menghancurkan, meledak, menghancurkan, menghapus satu hal dari muka bumi, menghancurkan yang lain, dan, menghancurkan, menciptakan yang baru. Tidak ragu-ragu sebelum apa pun: tidak sebelum ketebalan bumi, atau sebelum pegunungan, atau sebelum kekuatan materi yang memancarkan cahaya, atau sebelum keagungan alam ... Tunduk, bumi, pada semut Anda!

Aktivitas manusia ini mengungkapkan perpindahan dari kejahatan ke kebaikan, kemenangan roh atas materi yang tidak bergerak. The Toilers of the Sea menunjukkan benturan elemen jahat yang gelap - alam dengan niat baik dan pikiran manusia. Alam penuh dengan kontras dan kejutan, keindahan luar biasa dan kengerian yang tak terbayangkan, terkadang bersahabat dengan manusia, terkadang memusuhi dia. Laut cermin tiba-tiba mulai "menggeram tuli", awan petir dengan badai dahsyat tiba-tiba muncul dari awan kecil, terumbu mematikan bersembunyi di perairan terpencil yang damai, "gumpalan lendir yang diberkahi dengan kemauan" yang menjijikkan hidup di ruang bawah air yang bersinar - raksasa gurita.

Imajinasi romantis penulis merohanikan unsur-unsurnya; dengan “kekuatan gambar yang hampir ajaib, dia menciptakan kembali di halaman-halaman novel gambar samudera yang megah, tangguh, setiap detik berubah, mendidih, dan bernapas. Dari kenyataan, pembaca dengan mudah dipindahkan ke suasana mitos, dongeng. Zhiliatna batunya seperti pahlawan zaman dahulu cerita rakyat, menangkis serangan monster, hydra, dan naga yang fantastis: dia bertarung dengan awan yang berbahaya, ombak yang mendesis dengan marah, angin puyuh yang mengamuk, petir berkepala banyak; pada akhirnya, dia bertahan dalam duel yang sangat luar biasa dengan gurita. Dalam "Les Misérables", yang menggambarkan kehidupan sedih Cosette kecil dan kehidupan Uskup Miriel yang saleh, Hugo menggunakan kisah Cinderella, Makhech yang jahat dan saudara perempuannya serta kisah tentang lelaki tua yang baik dan para perampok; dalam "Toilers of the Sea" dia kembali mengajak imajinasi puitis masyarakat untuk membantu, guna mengungkap semua kehebatan seni bela diri Gilliat dengan alam. Simfoni luar biasa dari kerja dan perjuangan yang terdengar di halaman-halaman novel tidak dapat ditenggelamkan oleh penutup melodramatis, di mana penulis, bertentangan dengan kebenaran seni, memaksakan penyangkalan diri dan kerendahan hati Kristen di hadapan takdir pada penakluk. elemen, pahlawan nasional Gilliat. Pembaca tidak mau percaya bahwa di hadapannya adalah Gilliat yang sama.

Sebuah novel tentang seorang nelayan Guernsian yang sederhana untuk pembaca di seluruh dunia adalah epik heroik di mana kemuliaan seorang pejuang, pekerja, dan pencipta dinyanyikan. Dan inilah orisinalitas dan kekuatan buku Hugo, tidak seperti karya sastra Prancis lainnya di pertengahan abad ke-19.

TERTAWA YANG MENGERIKAN

Terus-menerus berjuang untuk memahami pola sejarah, hampir bersamaan dengan "Pekerja Laut", Hugo menyusun trilogi baru: aristokrasi - monarki - republik. Bagian pertama, The Man Who Laughs, diterbitkan pada tahun 1869;

Secara bentuk, The Man Who Laughs adalah novel sejarah, tetapi, seperti biasa dengan Hugo, semuanya mengarah ke masa kini. Aksinya terjadi di Inggris pada awal abad ke-18, dan Hugo sekali lagi menunjukkan penguasaan lukisan sejarah yang brilian. Istana Kerajaan - dan daerah kumuh London; ruang bawah tanah Menara yang menyeramkan - dan klub aristokrat; kerumunan gelandangan, kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan, dan tuan-tuan yang sombong dan bodoh; ritual parlementer yang dihormati waktu - dan tiang gantungan dengan mayat berlapis aspal pada rantai yang berderit - begitulah latar belakang plot yang menarik terungkap. Di masa kejayaan novel sosial realistis, ketika buku-buku utama Flaubert telah diterbitkan dan Zola mulai menulis, Hugo muncul dengan sebuah karya yang berkilauan dengan semua warna seni romantis. Pembaca menghadapi dunia romantis yang penuh dengan kengerian, rahasia, kontras yang spektakuler, kebetulan yang tak terduga: seorang badut ternyata adalah seorang bangsawan, seorang bangsawan bersenang-senang ditemani massa, sebuah botol yang dibuang ke laut mengakhiri nasib seorang bangsawan, penjahat mengerikan disiksa di ruang bawah tanah rahasia, kecantikan buta mencintai orang aneh. Misteri suram, tipu daya jahat, nafsu kekerasan mengelilingi sang pahlawan, yang dengan berani bergegas ke pertempuran untuk kebahagiaannya, tetapi mati dalam perjuangan yang tidak setara.

Dalam novel "The Man Who Laughs", seperti dalam "The Cathedral", dua dunia menentang: dunia kelas atas yang brilian secara lahiriah, tetapi pada dasarnya kejam dan tidak berperasaan, yang personifikasinya adalah kecantikan fatal dengan jiwa hitam, yang Duchess Josiana, dan dunia kebaikan dan kemanusiaan , diwujudkan dalam gambar pahlawan rakyat: filsuf pengembara Ureus, pelawak publik Gwynplaine, dan gadis buta Dei.

Antitesis romantis, simbolisme romantis merasuki seluruh jalinan novel: di samping Josiana yang jahat, sosok mata-mata yang berbahaya dan Barkilfedro yang iri, seorang munafik, seperti Klubin dari Toilers of the Sea, tumbuh; simbol kejahatan sosial juga merupakan pedagang anak - comprachikos. Sebaliknya, kebaikan hanya ada di luar masyarakat resmi. Pada malam musim dingin yang dingin, seorang anak terlantar menunjukkan belas kasihan kepada bayi yang bahkan lebih lemah dan tak berdaya; di depannya, setengah beku dan lapar, semua pintu terkunci, seperti sebelum Jean Valjean; dia menemukan tempat berlindung di dalam mobil van orang miskin seperti dirinya, orang yang asing dengan hukum binatang masyarakat, meskipun dia menyandang nama beruang (Latin Ursus) dan menganggap serigala sebagai temannya.

Gwynplaine, seperti Quasimodo, juga merupakan simbol penderitaan rakyat, di balik topeng tawa yang jelek, dia menyembunyikan jiwa yang cerah. Tetapi makna sosial dari gambar ini lebih dalam: Quasimodo hanyalah keinginan alam yang mengerikan, sementara kehidupan Gwynplaine, serta wajahnya, dimutilasi oleh orang dan masyarakat untuk tujuan egois. Perjuangan antara yang baik dan yang jahat terungkap dalam keragu-raguan Gwynplaine antara nasib cemerlang seorang bangsawan dan orang biasa yang sederhana, antara hasrat untuk Duchess Josiana dan cinta murni untuk Daya. Guimplain segera menjadi yakin bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat ditemukan di kamar berlapis emas, dan dia kembali, meskipun terlambat, ke tanah populer tempat dia tiba-tiba terputus.

Keyakinan mendalam penulis pada malapetaka kejahatan mendorongnya untuk mengabdikan seluruh bagian novel ("The Sea and the Night") untuk kisah tentang bagaimana comprachicos mati di kedalaman laut - ini adalah pembalasan moral atas kejahatan tersebut masyarakat. Tapi pahlawan tercinta Hugo, Gwynplaine, dan Day juga sedang sekarat, karena kejahatan masih lebih kuat daripada kebaikan. Namun demikian, Gwynplaine, yang menolak dunia kemunafikan dan kekerasan, memenangkan kemenangan moral. Sosok Gwynplaine yang tragis adalah gambaran orang-orang tertindas yang mulai menegakkan bahunya, akhirnya siap memberontak melawan para perbudaknya. Novel ini ditulis pada malam jatuhnya Kekaisaran Kedua dan semuanya dipenuhi dengan firasat akan datangnya badai sosial. Dalam momen singkat dari ketinggiannya yang fantastis, setelah mendapati dirinya, karena takdir, di bangku parlemen, pelawak yang menyedihkan, kampungan kemarin, melontarkan kata-kata yang mengancam dan kenabian ke wajah para bangsawan yang tertawa dan melolong:

“- Para uskup, rekan dan pangeran, ketahuilah bahwa orang-orang adalah penderita hebat yang tertawa terbahak-bahak. Tuanku, orang-orang - ini aku ... Gemetar! Jam perhitungan yang tak terhindarkan semakin dekat, cakar yang terpotong tumbuh kembali, lidah yang tercabik berubah menjadi lidah api, mereka membubung ke atas, tertiup angin kencang, dan berteriak dalam kegelapan, lapar mengertakkan gigi ... Ini dia orang-orang datang, saya beri tahu Anda, ini adalah seorang pria yang bangkit; itu akan segera berakhir; ini adalah fajar merah dari bencana - itulah yang ada dalam tawa yang Anda olok-olok!

Dan meskipun pidato ini membuat para bangsawan membeku ketakutan hanya sesaat, semangat revolusioner-romantis dari buku Hugo diekspresikan dengan kekuatan yang besar.

TAHUN YANG MENGERIKAN

Dalam waktu kurang dari dua tahun, firasat penulis buku tentang Gwynplaine menjadi kenyataan. Kekaisaran Napoleon Kecil runtuh. Nasib Hugo terkait erat dengan nasib negaranya, dan peristiwa politik ini mengubah seluruh kehidupan pribadinya ke arah yang baru - penyair yang diasingkan itu kembali ke tanah airnya. Pada tanggal 5 September, sehari setelah proklamasi Republik Ketiga, seorang pria berusia hampir tujuh puluh tahun, penulis hebat Prancis menginjakkan kaki di tanah Prancis untuk pertama kalinya dalam sembilan belas tahun ... Diserang oleh kegembiraan yang dalam, dia bisa tidak menahan air matanya.

Hugo tetap setia pada kata-katanya: dia kembali dengan Republik. Tapi kebebasan - apakah orang Prancis menemukan kebebasan? Hugo Okoryu yakin bahwa bukan itu masalahnya. Di saat yang sulit bagi Prancis, orang buangan itu kembali ke negara asalnya. Perang petualangan yang dimulai oleh Napoleon III dengan Prusia menyebabkan Prancis mengalami bencana: pada tanggal 2 September, dikalahkan dalam pertempuran Sedan, kaisar, bersama dengan tentara yang keseratus ribu, menyerah kepada Jerman; pasukan musuh melancarkan serangan ke Paris; pemerintah republik baru "pertahanan nasional" yang berkuasa pada tanggal 4 September, segera menjalankan kebijakan berbahaya sehingga mendapat julukan memalukan "pemerintah pengkhianatan nasional" - ia lebih takut pada orang-orang yang dipersenjatai melawan musuh Prancis daripada kemenangan orang Prusia. Pengepungan Paris, kelaparan, epidemi, pengkhianatan para jenderal, pemberontakan dua kali lipat melawan pemerintah dan pembalasan berdarah terhadap para pesertanya ... Akhirnya, pada 28 Januari 1871, Paris jatuh. Para pekerja menanggapi pengkhianatan dan provokasi borjuasi dengan pemberontakan bersenjata pada 18 Maret. Pada tanggal 28 Maret, Komune Paris diproklamasikan dengan sungguh-sungguh.

Semua peristiwa yang bergejolak ini mengejutkan dan menangkap Victor Hugo. Sudah dua minggu setelah dia kembali, dia mendapati dirinya berada di Paris yang terkepung; setelah berbagi bencana perang dengan orang-orang, dia menulis proklamasi patriotik; terpilih menjadi anggota Majelis Nasional, yang bertemu di kota Bordeaux, dipanggil dari mimbarnya untuk mempertahankan tanah air dan mengecam para pengkhianat yang mencoba meredam pidatonya dengan teriakan dan lolongan marah. Sepuluh hari sebelum Komune, mayoritas reaksioner majelis merampas Garibaldi revolusioner Italia, seorang kawan lama Hugo, yang pada saat itu bertempur di barisan tentara Prancis, dari mandat parlementernya. Marah dengan ini, Deputy Hugo mengundurkan diri.

Pikiran dan perasaan penulis saat itu tercermin dalam kumpulan lirik politik The Terrible Year (1872) yang luar biasa. Ini adalah semacam buku harian puitis yang disimpan Hugo dari hari ke hari, dari Agustus 1870 hingga Agustus 1871. Penyair dengan bangga menggambarkan ketabahan dan keberanian rakyat Paris di hari-hari sulit pengepungan, dingin dan kelaparan, mengubah garis berapi-api ke Prancis - "ibunya, kemuliaan dan satu-satunya cinta", menyerukan kelanjutan perjuangan dan hujan deras. mencela pemerintah yang setuju untuk menyerah.

Tetapi penyair besar tetap benar-benar asing bagi chauvinisme apa pun. Segera setelah kedatangannya di Prancis, dia menulis proklamasi kepada tentara Jerman, mendesak mereka untuk menghentikan perang; dalam ayat-ayat The Terrible Year, dia meletakkan tanggung jawab atas pertumpahan darah bukan pada rakyat, tetapi pada para penguasa dan menyebut bandit Napoleon III dan Wilhelm I, "layak satu sama lain." Dalam puisi lain, seekor singa dan seekor harimau dilepaskan ke arena Colosseum Romawi untuk bertengkar demi hiburan Nero, dan singa itu berkata: "Kita akan melakukannya lebih pintar jika kita mencabik-cabik kaisar."

Puisi patriotik Hugo, pemuliaan kepahlawanan nasional, seruan kepada francs-tireur dan tentara tahun 1871 terdengar dengan semangat baru di zaman kita, selama tahun-tahun invasi Nazi ke tanah air penyair; mereka diadopsi oleh putra-putra Prancis yang setia, diterbitkan di pers bawah tanah Perlawanan Prancis dan menuangkan keyakinan akan kemenangan ke dalam jiwa para pejuang.

Penderitaan atas nasib ibu pertiwi, yang menyiksa hati Hugo, segera diikuti oleh kesedihan pribadi yang berat: putra tercinta penulis, Charles, meninggal.

Pada hari bersejarah 18 Maret 1871, sebuah kereta duka perlahan bergerak melalui jalan-jalan Paris, dilanda badai revolusioner. Seorang lelaki tua berambut abu-abu mengikutinya dengan kepala tertunduk. Tembakan terdengar di sekitar, barikade terus menghalangi jalannya, dan Komunard membongkar batu bulat untuk membiarkan prosesi pemakaman lewat ...

Victor Hugo harus berangkat ke Brussel karena urusan mendiang putranya, seluruh tragedi heroik Komune Paris terjadi tanpa dia. Tetapi dapatkah seorang lelaki tua, yang terbebani oleh prasangka pada masanya, dengan tepat menilai dari jauh signifikansi dan skala peristiwa, informasi yang dia peroleh terutama dari surat kabar borjuis? Kebetulan Victor Hugo, seorang pejuang yang tulus untuk kebahagiaan kaum tertindas, tidak mengerti dan tidak menerima Komune Paris. Penyanyi revolusi borjuis-demokratik tidak dapat menemukan bahasa yang sama dengan massa luas pada saat upaya pertama revolusi proletar dalam sejarah. Tepat sebelum munculnya Komune, di Klub Merah Paris, di antaranya adalah Asosiasi Pekerja Internasional (Internasional), selama pertemuan, ayat-ayat dari "Retribusi" dibacakan dengan hormat, tetapi penulis ayat-ayat ini hanya menyambut Komune di hari-hari pertama; segera dia ditakuti oleh kehancuran radikal dari seluruh mesin negara republik borjuis, yang masih dia anggap ideal bentuk politik terlepas dari pengalaman menyedihkan dari "tahun yang mengerikan". Selain itu, humanis tua dapat menyanyikan revolusi masa lalu sebanyak yang dia suka; ketika dia menghadapi teror revolusioner Komune dalam praktiknya, ternyata dia tidak dapat menyetujuinya.

Sebagian besar puisi dalam koleksi The Terrible Year didedikasikan untuk Komune Paris. Kemunculannya ditandai dengan puisi antusias "Pemakaman" (kita berbicara tentang kematian dunia lama), tetapi setelah itu penyair jatuh ke Komunard dengan seluruh aliran puisi di mana dia menuntut diakhirinya represi; Hugo mempercayai pemalsuan reaksioner tentang kekejaman kaum Komunard. Namun, ketika Komune jatuh dan minggu berdarah di bulan Mei dimulai, Victor Hugo yang sama, dengan segenap semangat dan energinya, bergegas untuk mempertahankan Komunard yang kalah dari para algojo Versailles. Mempertaruhkan nyawanya, dia menawarkan suaka kepada Komunard di rumahnya di Brussel dan kemudian selama bertahun-tahun berjuang dengan berani untuk amnesti penuh bagi anggota Komune (di bawah tekanan opini publik amnesti hanya diberikan pada tahun 1880). Pidato dan artikelnya pada tahun-tahun itu dikumpulkan dalam buku Akta dan Pidato. Setelah pengasingan." Kaum reaksioner tidak membatasi diri mereka sendiri untuk melontarkan lumpur ke Hugo di media; suatu malam, sebuah geng brutal menyerang rumahnya, merobohkan jendela dengan batu, dan batu besar terbang tepat di pelipis penulis, yang mencoba melindungi cucu kecilnya.

Dalam syair The Terrible Year, Hugo menyanyikan kepahlawanan Komunard dan melukis gambar-gambar menakjubkan tentang kekejaman Teror Putih. Dikenal luas di Prancis dan luar negeri, puisi "Ini adalah tawanan yang dipimpin ...", yang menceritakan bagaimana wanita anggun dengan ujung payung renda membuka luka seorang komune tawanan, telah mendapatkan popularitas yang luas. Penyair berkata:

Maafkan aku malang
Aku benci anjing-anjing ini
Menggerogoti dada serigala betina yang terluka!
(Diterjemahkan oleh G.Shengeli)

Dalam puisi terkenal lainnya ("At the Barricade"), seorang anak laki-laki Communard, saudara lelaki Gavroche yang layak, memiliki kesempatan untuk melarikan diri dari para algojo, secara sukarela kembali ke tempat eksekusi untuk mati bersama rekan-rekan seperjuangannya.

Dengan marah mencela kekejaman kaum borjuis yang menang, penyair itu berseru: "Kamu menilai kejahatan fajar!" Puisi terakhir dari koleksi ini dijiwai dengan pengakuan atas kebenaran historis dari penyebab Komune. Penyair menyanyikan ibu kota revolusioner - ibu dari masa depan yang cerah; seluruh kota terluka oleh reaksinya, tetapi Paris adalah matahari, dan para algojo akan melihat dengan ngeri bagaimana sinar kebebasan akan menyembur dari lukanya. "Tahun Mengerikan" diakhiri dengan alegori agung: gelombang laut naik ke benteng dunia lama, mengancam akan menelannya, dan menjawab seruan minta tolong:

Anda mengira saya adalah air pasang - dan saya adalah banjir dunia!
(Diterjemahkan oleh I. Antokolsky)

DUA TIANG KEBENARAN

Di bawah pengaruh peristiwa Komune, novel yang telah lama direncanakan "The Ninety-Third Year" akhirnya dibuat dan dalam banyak hal dipikirkan kembali. Itu adalah tanggapan langsung penulis terhadap Komune, hasil dari refleksi jangka panjangnya tentang jalan sejarah umat manusia dan perjuangan revolusioner. Hugo mulai menulis pada 16 Desember 1872 dan selesai pada 9 Juni 1873. Pada tahun 1874, pekerjaan itu melihat cahaya. Itu muncul pada saat perjuangan politik yang akut, ketika para algojo Komune kemarin mencoba mengkhianati republik borjuis, dan, karena ketakutan oleh revolusi baru-baru ini, membuat perjanjian dengan kekuatan yang sangat reaksioner, diam-diam mempersiapkan kudeta monarki baru.

Dalam novelnya, maupun dalam pidatonya yang disampaikan saat itu di Majelis Nasional, Hugo dengan tegas membela perolehan demokrasi rakyat. Menggambar Revolusi Prancis pada akhir abad ke-18, ia juga memikirkan Komune tahun 1871 dan melihat masa lalu melalui prisma masa kini. Semua masalah moral dan politik yang muncul dalam novel baginya adalah masalah hari ini, membakar hatinya. Apakah rakyat memiliki hak moral untuk menumpahkan darah para penindasnya dalam perjuangan kemerdekaan? Bagaimana mendamaikan cinta untuk manusia dan kemanusiaan, kebahagiaan pribadi masing-masing dan kebutuhan untuk berkorban demi kebaikan bersama di masa depan? Bagaimana mendamaikan kedua sisi revolusi - cita-cita humanistik dan metode kekerasannya?

Hugo tanpa syarat memihak revolusi melawan reaksi baik di masa lalu maupun di masa sekarang. Dia dengan tepat menilai revolusi borjuis-demokratis tahun 1789-1794 sebagai halaman heroik dalam sejarah nasional, sebagai salah satu tonggak terbesar di jalan kemajuan seluruh umat manusia. Dalam bukunya, dia berusaha, pertama-tama, untuk menyampaikan kepahlawanan revolusi. Satu episode berfungsi sebagai tema langsung dari novel: perjuangan Konvensi Jacobin melawan pemberontakan kontra-revolusioner yang diangkat oleh penguasa feodal Prancis di antara petani Vendée yang terbelakang dengan dukungan pasukan kerajaan Inggris. Ini adalah salah satu momen revolusi yang paling akut, ketika nasibnya diputuskan, dan ini diungkapkan dengan sangat kuat dalam novel. Dengan emosi patriotik yang dalam, Hugo menggambarkan keberanian dan keberanian orang Prancis. Dalam gambar-gambar perang saudara di Vendée, dalam kisah kegiatan Konvensi, orang dapat merasakan pengetahuan sejarah yang luar biasa. Tapi episode sejarah tertentu, di bawah pena romantisme yang hebat, diubah menjadi pertempuran besar antara Masa Lalu dan Masa Depan, Baik dan Jahat, Terang dan Kegelapan. Keseluruhan gambaran peristiwa kompleks dan gejolak nafsu zaman direduksi menjadi benturan dua kekuatan moral yang "abadi" dan saling bermusuhan; ia memperoleh garis besar yang disederhanakan dan megah, ciri khas gambar epik rakyat.

"The Ninety-Third Year" adalah buku tentang para pahlawan, tentang perjuangan heroik seluruh bangsa. Penulis tidak mencoba mengambil sudut pandang seorang peserta peristiwa, sezaman dengan revolusi; seperti seorang penyair epik, dia, seolah-olah, melirik masa lalu dari jauh, memungkinkannya untuk menutupi seluruh era, menghargai kehebatan peristiwa dan menyoroti hal utama di dalamnya. Dari halaman-halaman novel muncul gambaran revolusi yang keras dan tragis, yang ditulis dengan sapuan lebar yang kuat, dengan warna yang suram dan berapi-api.

Kekuatan utama revolusi dipersonifikasikan untuk penulis dalam citra para pemimpinnya. Namun sesuai dengan prinsip artistiknya - "untuk menerangi fakta sebenarnya melalui karakter fiksi", Hugo tidak menjadikan Danton, Marat dan Robespierre sebagai pahlawan novel, potret tokoh-tokoh besar revolusi 1789-1794 hanya muncul dalam satu episode - dalam adegan percakapan mereka di sebuah bar Paris, dan citra Marat terdistorsi di bawah pengaruh sejarawan borjuis; karakter utama novel ini adalah Lantenac, Cimourdain dan Rovin.

Marquis de Lantenac, pemimpin geng Vendéan kontra-revolusioner, "pembunuh tanah air", yang siap menjual Prancis ke Inggris untuk memulihkan monarki, dikelilingi oleh bangsawan emigran yang tidak penting, adalah simbol reaksi , dari masa lalu; dia ditentang oleh revolusi, yang dipersonifikasikan dalam dua gambaran: Cimourdain dari republik yang tegas dan pemimpi yang murah hati Gauvin. Cimourdain, perwujudan nalar dan keadilan, pendukung "republik pedang", menuntut pemenuhan tugas revolusioner yang tak tergoyahkan, pembalasan tanpa ampun terhadap musuh - inilah revolusi hari ini; Roven, yang memimpikan "republik ideal", persaudaraan universal, kedamaian dan kebahagiaan, adalah masa depan yang cerah. Keduanya menghadapi Lantenac, saat Jean Valjean dan Enjolras menghadapi Javert; ini adalah "dua kutub kebenaran" yang ditujukan untuk melawan kebohongan masa lalu.

Keseluruhan novel disusun sedemikian rupa untuk menekankan makna mendalam dari kontras antara karakter tersebut. Lantenac bertindak dengan latar belakang pemandangan Brittany yang indah pada akhir abad ke-18, di mana para petani semi-liar, gelap, tetapi keras kepala yang fanatik dalam perjuangan mereka untuk tujuan yang salah bersembunyi di hutan yang suram. Gambaran agung Paris revolusioner tumbuh di sekitar Cimourdain, kerumunan yang antusias menjadi hidup, "menawarkan hidup mereka untuk tanah air mereka", dan pertemuan Konvensi yang penuh badai. Makna simbolis dalam novel tersebut diperoleh tidak hanya dari gambaran para pahlawan: Paris dan Brittany adalah musuh bebuyutan yang sama dengan Cimourdin dan Lantenac; kekerasan feodal, yang diwujudkan dalam menara Turg, ditentang oleh kekerasan revolusioner, yang diwujudkan dalam guillotine.

Hugo mengakui keadilan balas dendam rakyat selama berabad-abad penderitaan dan penindasan: "Turg adalah kewajiban, guillotine adalah pembalasan", "Turg adalah kisah kriminal, guillotine adalah kisah yang menghukum." Dia bahkan siap untuk mengakui bahwa teror Jacobin tahun 1793 disebabkan oleh kebutuhan sejarah, tetapi karena alasan kemanusiaan yang abstrak dia menolak semua kekerasan pada prinsipnya, sama seperti dia menolak teror putih dari algojo Versailles dan teror merah dari Komune. Rowan, berjuang untuk menaklukkan dunia lama dengan kemurahan hati dan belas kasihan, adalah gambaran paling cemerlang dari novel ini. Dan orang-orang ada di sisinya: Sersan Radub dan semua tentara republik dengan tulus bersimpati dengan tindakan Govin, yang membebaskan Lantenac musuh yang tertawan, karena dia pernah membebaskan Javert Valjean. Dan tentara yang sama dengan suara bulat mengutuk ketidakfleksibelan Cimourdain, yang mengirim Gauvin ke tempat pemotongan. Ya, dan Cimourdain sendiri menyerah pada cita-cita manusiawi muridnya, dan ini membuatnya bunuh diri.

Cepat atau lambat, bagi sebagian besar pahlawan Hugo, akan tiba saatnya, menurut keyakinan mendalam penulis, kebaikan, yang tertidur di setiap jiwa manusia, menang atas kejahatan setidaknya untuk sesaat. Jean Valjean mengalami krisis spiritual seperti itu ketika dia bertemu dengan uskup, Javert, yang diselamatkan oleh musuhnya, Lantenac, yang mempertaruhkan tujuan raja dan nyawanya sendiri demi menyelamatkan tiga anak petani dari api. Di mata Gauvin, Lantenac melakukan tindakan kebaikan yang tidak relevan, itulah sebabnya dia menanggapi belas kasihan dengan belas kasihan. Namun, dalam novel "The Ninety-Third Year" Hugo dipaksa untuk pertama kalinya mengakui bahwa kemanusiaan yang abstrak, kemanusiaan itu sendiri, yang tidak memperhitungkan persyaratan hidup, tidak dapat membawa kebaikan, tetapi merugikan orang. Terguncang oleh belas kasihan Valjean, Javert menceburkan diri ke sungai Seine; Lantenac, dibebaskan oleh Gauvin, kembali menjadi musuh yang kejam dan berbahaya bagi ibu pertiwi dan revolusi.

Di akhir novel, menilai tindakan fatalnya, yang dilakukan karena kemurahan hati, Gauvin berkata: “Saya lupa desa yang terbakar, ladang yang diinjak-injak, tawanan yang dihabisi secara brutal, menghabisi yang terluka, wanita yang ditembak; Saya lupa tentang Prancis, yang dikhianati oleh Inggris; Saya memberikan kebebasan kepada algojo ibu pertiwi. Aku berdosa".

Logika peristiwa revolusioner, logika fakta dalam novel lebih kuat dari prinsip moral abstrak. Dan bukan kebetulan bahwa alih-alih sebuah tangga, yang seharusnya menentukan kemenangan, Gauvin dibawakan sebuah guillotine, di mana dia akan segera meletakkan kepalanya.

Tetapi ini tidak berarti bahwa Hugo meninggalkan impian persaudaraan dan perdamaian yang murah hati di antara orang-orang dan sepenuhnya menerima kekerasan Cimourdain yang tanpa ampun. Inilah tragedi novel, bahwa masing-masing karakter benar dengan caranya masing-masing. Penulis tidak pernah berhasil menemukan jawaban atas pertanyaan menyakitkan masa kini di masa lalu yang heroik. Dia tidak mampu memahami dialektika revolusi, untuk menyatukan "dua kutub kebenaran"; ini dicegah oleh kelemahan pandangan dunianya. Novel "The Ninety-Third Year" tetap menjadi monumen romantisme revolusioner dengan segala kelebihan dan kekurangannya - gagasan samar tentang proses sejarah, kebencian terhadap tirani, dan cita-cita heroik. Namun dalam novel terakhirnya, Hugo naik ke wawasan artistik, yang mengungkapkan kepadanya tragedi sejarah.

Mahakarya Hugo memukau orang-orang sezaman progresif: dia menyerukan perjuangan berani untuk masa depan, membangkitkan perasaan luhur dan mulia. Justru karena - seperti yang ditulis surat kabar resmi La Presse pada saat itu - "semangat tuntutan sosial", "bukan putih dan tiga warna, tetapi spanduk merah" meledak di atas buku itu, kritik reaksioner menghadapinya dengan permusuhan. Mulai sekarang, di mata musuh ideologisnya, Hugo terutama menjadi penulis buku ini, dan mereka menjulukinya "Tahun Kesembilan Puluh Tiga dalam Sastra" - nama panggilan yang patut dibanggakan oleh Victor Hugo.

MATAHARI TERBENAM

Abad kesembilan belas hampir berakhir, dan dengan itu kehidupan Viktor Gyugs memudar Di belakang ada musim semi yang cerah, musim panas yang penuh badai, sekarang musim gugur yang cerah telah tiba. Usia tua menutupi wajah Hugo dengan kerutan, memutihkan kepalanya dengan rambut abu-abu, tetapi tidak bisa memadamkan api hatinya, pembakaran sipil dan kreatifnya. Pada usia delapan puluh tahun, dia masih berdiri di stand musik di kantornya selama beberapa jam sehari, masih menghujani sarkasme marah pada kaum monarki, militer, Gereja Katolik, masih meninggikan suaranya untuk membela semua orang yang memperjuangkan keadilan, baik itu adalah seorang pemberontak Serbia (1876), anggota Narodnaya Volya Rusia Yakov Hartman, yang ekstradisinya diminta dari Prancis oleh tsar (1880), pahlawan Komune mendekam dalam kerja paksa atau penenun Lyon dibuang ke jalan oleh pabrikan (1877).

Penyair tua mempertahankan kesegaran perasaannya, menciptakan puisi lirik muda yang bersemangat, menulis buku puisi yang menawan tentang cucu kecil kesayangannya Georges dan Jeanne ("Seni Menjadi Kakek"), ia juga mempertahankan keyakinan tanpa pamrih di masa depan. , visi cemerlang yang semakin muncul dalam puisi dan puisi selanjutnya.

Sungguh, dalam jiwa Victor Hugo, hingga akhir hayatnya, "All the Strings of the Lyre" terdengar dalam paduan suara yang kuat dan sumbang - ini adalah nama salah satu kumpulan puisi terakhirnya.

Kematian Victor Hugo pada 22 Mei 1885 dianggap oleh orang Prancis sebagai peristiwa penting nasional. Berkabung nasional diumumkan di seluruh negeri. Lebih dari satu juta orang berjalan di belakang peti mati penulis, berkumpul dari seluruh Prancis dan Eropa untuk dibelanjakan cara terakhir ksatria demokrasi. Veteran Komune Paris berbicara melalui surat kabar Paris dengan seruan kepada semua rekan seperjuangan mereka, mengundang mereka untuk mengambil bagian dalam pemakaman Victor Hugo, yang dengan berani membela mereka selama hidupnya.

Victor Hugo dimakamkan di Pantheon, di samping makam pembela tertindas lainnya, Jean Jacques Rousseau.

Tidak mungkin membayangkan sejarah spiritual umat manusia di Abad XIX tanpa Victor Hugo. Kepribadian dan kreativitasnya meninggalkan bekas yang tak terhapuskan di benak orang-orang sezaman dan generasi berikutnya. Seorang penyair kemanusiaan dan keadilan, seorang patriot yang bersemangat, seorang pejuang yang tak kenal lelah melawan penindasan sosial dan nasional, seorang pembela demokrasi, dia mengungkapkan pikiran dan perasaan paling mulia di masanya, cita-cita heroik dan delusi sejarahnya dengan bakat yang luar biasa. Karyanya adalah sebuah ekspresi dan, seolah-olah, hasil dari era revolusi borjuis-demokratis.

Hugo adalah sosok paling cemerlang dari romantisme progresif Prancis dan tetap romantis hingga akhir hayatnya. Dalam dekade terakhir abad ke-19, pada saat penurunan budaya borjuis dan dominasi dekadensi, dia, menurut Saltykov-Shchedrin, adalah perwujudan hidup dari "sastra ideologis, heroik", yang "menyulut hati dan menggelisahkan pikiran", membangkitkan masa tendensius ini, ketika tidak hanya orang, tetapi juga batu menyerukan kepahlawanan dan cita-cita.

Perkataan Hugo ditujukan bukan kepada kalangan sempit penikmat sastra, tetapi selalu kepada khalayak luas, kepada masyarakat, kepada umat manusia. Dia memiliki sesuatu untuk dikatakan kepada orang-orang, dan dia berbicara dengan suara penuh, disiarkan sehingga dapat didengar di seluruh ujung bumi. Imajinasinya yang tak habis-habisnya menunjukkan kepadanya gambar yang paling megah, warna yang paling mempesona, kontras yang paling tajam. A. N. Tolstoy menemukan bahwa kuas Hugo lebih mirip sapu. Dan dengan sapu ini, dia membubarkan hantu masa lalu dan berusaha membuka jalan bagi umat manusia ke masa depan.

“Seorang tribun dan penyair, dia bergemuruh di dunia seperti badai, menghidupkan segala sesuatu yang indah dalam jiwa manusia. Dia mengajari semua orang untuk mencintai kehidupan, keindahan, kebenaran, dan Prancis,” tulis Maxim Gorky tentang Hugo. Di sinilah - dianggap sebagai romantisme hebat - kewajibannya kepada rakyat terdiri.

Victor Hugo: ekstrovert etis-intuitif (Evgenia Gorenko)

Evgenia Gorenko:
Seorang fisikawan dengan pendidikan, saat ini bekerja sebagai jurnalis. Dalam socionics, dia dikenal karena bukunya (di bawah editor sastra V. Tolstikov) dan sejumlah publikasi (beberapa di antaranya ditulis bersama saudara perempuannya). Menunjukkan minat yang besar pada arus lain dalam psikologi, seperti psikoterapi dan psikologi transpersonal.
Surel alamat: [email dilindungi]
Situs web: http://ncuxo.narod.ru

Victor Hugo, yang hingga hari ini tetap menjadi penyair romantis Prancis yang tak tertandingi, datang ke puisi ketika romantisme telah memenangkan kembali benteng terakhir klasisisme. Semua ciptaannya dijiwai dengan hasrat yang kuat akan cita-cita, di pegunungan pegunungan, atau kekecewaan yang tragis, atau peninggian yang menggembirakan, atau kesedihan karena berlalunya waktu yang tak terhindarkan ...

Jika Anda harus belajar hanya dari ayat-ayat kekasih,
Penderitaan, kegembiraan dan gairah hangus ...
Jika Anda tidak tersiksa oleh kecemburuan atau siksaan,
Melihat tangan tersayangmu di tangan orang lain,
Mulut lawan di pipi kemerahan,
Jika Anda tidak mengikuti dengan ketegangan yang suram
Untuk waltz dengan putaran lambat dan sensual,
Merobek kelopak harum dari bunga ...

Betapa tidak dapat diperbaiki semuanya terbawa oleh pelupaan,
Wajah jernih alam dapat berubah tanpa akhir,
Dan betapa mudahnya dengan sentuhannya
Hancurkan ikatan rahasia yang mengikat hati! ..

Semua nafsu seiring bertambahnya usia pasti akan hilang,
Lain dengan topeng, dan itu mencengkeram pisau - Seperti kerumunan aktor yang beraneka ragam dengan tenang
Pergi dengan lagu-lagunya, Anda tidak bisa mengembalikannya.

Tidak ada cara lain untuk kesedihan saya:
Bermimpilah, larilah ke hutan dan percayalah pada keajaiban...

Dalam karya Victor Hugo, getaran perasaan terlihat jelas - intuisi yang tidak tertekan, ditambah dengan emosi yang kuat:

Matahari terbenam hari ini diselimuti awan
Dan besok akan ada badai petir. Dan lagi angin, malam;
Kemudian lagi fajar dengan uap transparan,
Dan lagi malam, siang - waktu berlalu.

Setiap pemimpi (dan Victor Hugo suka menyebut dirinya Pemimpi) membawa dunia imajiner di dalam dirinya: bagi sebagian orang itu adalah mimpi, bagi yang lain itu adalah kegilaan. “Somnambulisme ini khas manusia. Beberapa kecenderungan pikiran terhadap kegilaan, pendek atau sebagian, sama sekali bukan fenomena langka... Gangguan ke alam kegelapan ini bukannya tanpa bahaya. Bermimpi memiliki korban - yang gila. Bencana terjadi di kedalaman jiwa. Ledakan yang lembab... Jangan lupakan aturannya: si pemimpi harus lebih kuat dari mimpinya. Kalau tidak, dia dalam bahaya. Setiap mimpi adalah perjuangan. Yang mungkin selalu mendekati yang nyata dengan semacam kemarahan misterius…”

Dalam hidup, Victor Hugo membuat kesan yang sedikit berbeda - tidak begitu hormat, karena dia termasuk dalam Beta Quadra - quadra dari aristokrasi militer.

Dari api suram yang membakar jiwanya, tidak ada satu kilatan pun yang keluar. Setiap orang yang mengenal Victor Hugo di bulan-bulan pertama pernikahannya memperhatikan penampilannya yang penuh kemenangan, seolah-olah dia memiliki "seorang perwira kavaleri yang telah merebut pos musuh". Ini karena kesadaran akan kekuatannya, yang dihasilkan oleh kemenangannya, kegembiraan yang memabukkan karena memiliki yang dipilihnya, dan sebagai tambahan, setelah semakin dekat dengan ayahnya, dia mengembangkan kebanggaan pada eksploitasi militer ayahnya, di mana, anehnya, dia menganggap dirinya terlibat. Pengagum yang melihatnya untuk pertama kali terpesona oleh ekspresi wajahnya yang serius dan terkejut dengan betapa bermartabat, agak tegas, pemuda ini menerima mereka di "menara", dijiwai dengan bangsawan yang naif dan mengenakan pakaian hitam.

Karena ulasan buruk di artikel itu, dia menjadi geram. Dia tampaknya menganggap dirinya diinvestasikan dengan kekuatan tinggi. Bayangkan, dia sangat marah atas beberapa kata tidak menyenangkan dalam sebuah artikel yang diterbitkan di La Cotidienne sehingga dia mengancam akan memukul kritikus dengan tongkat.

Ada dua, dan perang dalam puisi, tampaknya, tidak kalah sengitnya dengan perang sosial yang dahsyat. Kedua kubu tampaknya lebih bersemangat untuk berperang daripada bernegosiasi... Di dalam klan mereka, mereka mengucapkan perintah, tetapi di luar mereka mengeluarkan seruan perang... Mediator yang bijaksana telah muncul di antara dua front pertempuran, menyerukan rekonsiliasi. Mungkin mereka akan menjadi korban pertama, tapi biarlah ... (Kata Pengantar oleh Victor Hugo untuk koleksinya New Odes and Ballads).

Segala sesuatu yang berhubungan dengan aspek "sensorik introvert" hampir tidak ada di Victor Hugo, bersembunyi di balik kabut yang ditinggikan secara intuitif, atau memiliki konotasi negatif. Jadi, dalam novel "Katedral Notre Dame", hanya tokoh-tokoh yang tidak diberikan rasa hormat dari penulisnya yang mampu melontarkan sesuatu yang sensitif terhadap kulit putih.

Beberapa pemikiran Victor yang masih muda juga cukup lucu: “Saya akan menganggap sebagai wanita biasa (yaitu, makhluk yang agak tidak penting) gadis muda yang menikah dengan pria muda, tidak diyakinkan oleh prinsip-prinsipnya, yang diketahui olehnya. dia, dan menurut karakternya, bahwa dia bukan hanya orang yang bijaksana, tetapi - saya akan menggunakan kata-kata di sini dalam arti penuh - bahwa dia masih perawan, betapa perawannya dia sendiri ... ”; “... Dalam percakapan intim yang luhur, kami berdua bersiap untuk keintiman suci dalam pernikahan ... Betapa manisnya bagiku untuk berkeliaran sendirian denganmu di senja malam, jauh dari kebisingan di bawah pohon, di antara halaman rumput. Lagipula, pada saat-saat seperti itu jiwa membuka perasaan yang tidak diketahui kebanyakan orang! (dari surat ke pengantin Adele Fouche).

“Betapa banyak siksaan! Dia bahkan memiliki pemikiran dalam semangat Werther: tidak bisakah dia menikahi Adele, menjadi suaminya hanya untuk satu malam, dan bunuh diri keesokan paginya? “Tidak ada yang bisa menyalahkanmu. Lagipula, kamu akan menjadi jandaku ... Suatu hari kebahagiaan layak dibayar dengan hidup yang penuh kemalangan ... ”Adele tidak ingin mengikutinya di jalan penderitaan yang begitu luhur dan mengembalikannya ke pikiran bertetangga. gosip tentang mereka.”

... Terburu-buru, dan mengerang, dan meneteskan air mata pahit ...

Terus terang, ekstrovert etis-intuitif tidak beruntung dalam socionics. Secara historis, ciri-ciri TIM lain berlapis erat pada pembentukan gagasan TIM ini. Jadi, dengan memproyeksikan ke EIE citra tindakan refleksif, terus-menerus introspeksi, dan kemampuan terbatas, Pangeran Denmark, socionics sangat menyinggung perwakilan nyata dari jenis ini - yang bertujuan, bersemangat, dan sembrono berjuang untuk menduduki posisi sosial yang memberi kekuasaan atas orang lain. Dalam power beta quadra, pertanyaan "Menjadi atau tidak menjadi?" itu tidak diletakkan begitu saja, karena sudah jelas: "JADI!" Keraguan dan keraguan hanya mungkin terjadi pada pertanyaan "Apa yang harus dikalahkan?"

Berusaha untuk mengisolasi kesamaan yang merupakan karakteristik dari semua EIE, dan dengan hati-hati membuang segala sesuatu yang bersifat pribadi, sosial, situasional, seseorang pasti akan sampai pada citra semantik yang sama. Dalam isinya, tempat sentral ditempati oleh kepercayaan masing-masing EIE bahwa dia secara pribadi adalah sesuatu seperti "yang terpilih", "diilhami secara ilahi", bahwa beberapa "kekuatan yang lebih tinggi" memilihnya - salah satu dari seluruh kerumunan - untuk memenuhinya misi yang tinggi dan fatal. “Roh Hamlet yang terbebaskan dan gelisah menuntut restu Tuhan. Kemungkinan besar, untuk memilikinya itulah kekuatan kebaikan dan kejahatan berperang. Sayangnya, dengan keberhasilan yang berbeda-beda” (ucapan salah satu EIE).

Telah lama dicatat bahwa EIE adalah TIM yang disetel paling mistis di masyarakat. Bisa dibilang orang tipe ini merasa paling dekat dengan tahta yang "lebih tinggi". Victor Hugo sendiri lebih dari sekali mengilhami Duke of Orleans dengan gagasan bahwa "seorang penyair adalah penerjemah Tuhan Allah yang ditugaskan kepada para pangeran"; Secara alami, yang dimaksud oleh penyair ini tidak lain adalah dirinya sendiri. "Gott mit uns", predestinasi takdir manusia dalam Calvinisme, fanatisme agama, pernyataan Nietzsche "Tuhan sudah mati" - semua ini dengan jelas menunjukkan: karena kebetulan lebih dekat dengan Tuhan, itu berarti Anda akan tahu lebih banyak tentang Tuhan daripada semua orang lain.

Secara kiasan, EIE terasa seperti penghubung antara Tuhan dan manusia, dan meskipun dengan penuh semangat meyakinkan orang lain bahwa semua orang adalah "hamba Tuhan", dia sama sekali tidak menganggap dirinya budak! Dia di atas semua orang! Dia sendiri yang berhak berbicara atas nama Tuhan dan menghakimi atas namanya... Dan tidak ada yang berhak menghakiminya - ini adalah upaya untuk melanggar batas kekuatan dari kekuatan yang lebih tinggi!

Secara alami, tidak semua EIE mencapai tindakan nyata yang ditentukan oleh kepercayaan ini: lingkungan "menyejajarkan" kebanyakan orang, menyesuaikan mereka ke tingkat rata-rata, dan mereka hidup dan bertindak seolah-olah dengan TIM yang "kabur". Tetapi jika seseorang berhasil "membengkokkan dunia yang berubah di bawah dirinya sendiri", TIM-nya "memperkuat" bersamanya. Dan apa yang dulu tertidur dan hampir tidak hangat dalam diri seseorang, menjadi kekuatan yang nyata.

Konsep luas "Nasib" berjalan seperti benang merah melalui pandangan dunia EIE. Penulis entah bagaimana menemukan selebaran yang didistribusikan oleh komando Jerman di wilayah pendudukan. Itu disebut "Misi Fuhrer" dan berisi pujian untuk Goering, Himmler, dan orang lain seperti dia. Berikut ini beberapa kutipan:

“Orang-orang tidak memiliki cukup kata-kata untuk memberikan penghormatan atas pekerjaan luar biasa yang telah dilakukan Fuhrer kita di tahun-tahun ini. Providence, mengirimkan Adolf Hitler kepada rakyat kami, memanggil rakyat Jerman ke masa depan yang cerah dan memberkati mereka”;

"... Ketika orang-orang kami sangat membutuhkan, takdir mengirimi kami Fuhrer";

"Tidak pernah dalam sejarahnya bangsa Jerman merasa begitu bersatu dalam pemikiran dan keinginan seperti sekarang: untuk melayani Fuhrer dan melaksanakan perintahnya."

"Nasib" dimulai dan "Katedral Notre Dame" oleh Victor Hugo.

Beberapa tahun yang lalu, saat memeriksa Katedral Notre Dame, atau, lebih tepatnya, memeriksanya, penulis buku ini menemukan di sudut gelap salah satu menara kata berikut tertulis di dinding:

ANAGKN

Huruf-huruf Yunani ini, dari waktu ke waktu digelapkan dan tertanam cukup dalam di batu, beberapa tanda khas tulisan Gotik, tercetak dalam bentuk dan susunan huruf, seolah-olah menunjukkan bahwa itu digambar oleh tangan seorang pria Abad Pertengahan , dan khususnya makna yang suram dan fatal, dalam kesimpulan ini, sangat mengejutkan penulisnya.

Dia bertanya pada dirinya sendiri, dia mencoba untuk memahami, yang jiwanya yang menderita tidak ingin meninggalkan dunia ini tanpa meninggalkan stigma kejahatan atau kemalangan di dahi gereja kuno.

Belakangan, tembok ini (saya bahkan tidak ingat persis yang mana) dikikis atau dicat ulang, dan prasastinya menghilang. Inilah yang telah dilakukan dengan gereja-gereja indah di Abad Pertengahan selama dua ratus tahun sekarang. Mereka akan dimutilasi dengan cara apa pun - baik di dalam maupun di luar. Pendeta mengecat ulang, arsitek mengikisnya; lalu orang-orang datang dan menghancurkan mereka.

Dan sekarang tidak ada yang tersisa dari kata misterius yang diukir di dinding menara katedral yang suram, atau dari nasib yang tidak diketahui yang ditunjukkan dengan sedih oleh kata ini - tidak lain adalah ingatan rapuh yang dipersembahkan oleh penulis buku ini untuk mereka. Beberapa abad yang lalu, orang yang menulis kata ini di dinding menghilang dari antara yang hidup; pada gilirannya, kata itu sendiri menghilang dari dinding katedral; mungkin katedral itu sendiri akan segera menghilang dari muka bumi.

Ini adalah kata pengantar. Novel itu sendiri diawali dengan kata-kata "Tiga ratus empat puluh delapan tahun, enam bulan sembilan belas hari yang lalu ...".

Mari kita coba mengidentifikasi beberapa sifat IMT umum dan reaksi perilaku EIE, yang muncul dari model A dan kandungan nilai supernya.

Harga diri yang berkembang. “Di Akademi, Hugo tetap terlihat serius dan penting, terlihat dengan tatapan tegas; dagu yang curam memberinya kesan berani dan serius; terkadang dia membantah dan membenci, tetapi dia tidak pernah kehilangan martabatnya.

EIE sangat teliti. Adele Hugo, di tahun-tahun kemundurannya, menulis tentang suaminya selama menjadi tunangannya:

“Satu pin kurang dari syal saya ditusuk - dan dia sudah marah. Kebebasan dalam bahasa itu sendiri membuatnya gusar. Dan Anda dapat membayangkan betapa "kebebasan" ini dalam suasana suci yang menguasai rumah kami; Ibu tidak akan pernah mengizinkan wanita yang sudah menikah memiliki kekasih—dia tidak percaya! Dan Victor melihat bahaya bagi saya di mana-mana, melihat kejahatan dalam banyak hal kecil di mana saya tidak melihat sesuatu yang buruk. Kecurigaannya jauh, dan saya tidak bisa meramalkan semuanya ... ".

Terus terang, EIE sebagai tipe tidak terlalu menghormati orang lain (dalam artian tidak selalu menganggap orang lain sederajat). Jadi, kata "arogansi" dan "ternak" berasal dari Polandia (ITIM EIE). “Saya selalu di atas segalanya. Saya suka Kami, Nikolay II. Dan ini seharusnya tidak terlihat sombong, kemungkinan besar justru sebaliknya.

Aristokrasi perilaku dan penampilan.

Menempati tempat yang begitu penting di alam semesta, EIE tidak mampu tampil di depan umum dalam bentuk yang tidak pantas. Laki-laki EIE sering kali lebih menyukai setelan formal (seringkali hitam), kemeja putih, dan dasi berenda: gaya ini dianggap oleh banyak orang (kebanyakan Intuitif) sebagai gaya yang elegan dan terkini. Sensor putih tanpa disadari berpaling dan sedikit berkerut.

Keinginan untuk esoterisme, mistisisme, agama.

Para peneliti mencatat minat aneh pada imajinasi Victor Hugo, kegemarannya pada fantasi gelap. Ini mungkin dapat dikatakan tentang masing-masing EIE. Mereka suka menemukan kebetulan yang fatal dalam situasi kehidupan yang berbeda, mereka cenderung menunjukkan minat yang serius pada sihir. EIE mungkin meragukan keberadaan Tuhan - tapi sepertinya dia lebih yakin dengan keberadaan iblis.

“Dia suka saat Hugo berkata bahwa seseorang harus berharap pada Tuhan, dia suka saat kekasihnya menjadi seorang pengkhotbah.

Penderitaan, malaikatku, diberikan kepada kita untuk dosa.
Dan Anda berdoa, berdoa! Dan mungkin Sang Pencipta
Memberkati orang-orang kudus - dan orang berdosa pada saat yang sama -
Dan Anda dan saya akhirnya akan melepaskan dosa-dosa kita!

Ketidakjelasan dan kecenderungan penilaian moral dan etika. Untuk fungsi kedelapan percaya diri, hanya satu pendapat yang benar - pendapat Anda sendiri. Jadi EIE yakin bahwa hanya mereka yang dapat menilai situasi secara akurat dan terutama orang-orang (terkait dengan Ida). Mereka membuat penilaian mereka (hampir selalu marah) "tentang moral saat ini" dengan nada ditaati yang tidak menoleransi keberatan.

Kecenderungan EIE juga terwujud dalam kenyataan bahwa mereka biasanya menampilkan situasi hanya dari satu sisi negatif, diam-diam mengabaikan aspek positifnya. Seperti dalam lelucon: “Malam. TV menyala. Sergei Dorenko muncul di layar dan berkata: .

Ngomong-ngomong, pada contoh Dorenko, Anda dapat melihat ciri khas lainnya - cengkeraman bulldog mereka: jika EIE telah menangkap seseorang, dia sepertinya tidak akan pernah melepaskannya.

“Dalam menilai masa lalu, Hugo menunjukkan sinisme sarkastik yang ditimbulkan oleh lukisan-lukisan pada masa itu: “Senat Romawi menyatakan bahwa dia tidak akan memberikan uang tebusan untuk para tahanan. Ini membuktikan apa? Bahwa Senat tidak punya uang. Senat pergi menemui Varro, yang melarikan diri dari medan perang, dan berterima kasih padanya karena tidak kehilangan harapan pada Republik. Ini membuktikan apa? Fakta bahwa kelompok yang memaksa penunjukan Varro sebagai komandan masih cukup kuat untuk mencegah hukumannya ... "

Kemampuan untuk berada di tengah peristiwa, perubahan badai dan tiba-tiba (). Peristiwa "revolusioner" dapat terjadi untuk waktu yang lama, di bawah arahan EIE yang tidak terlihat - tetapi semakin dekat "waktu H", semakin dekat dengan mereka, sampai pada satu saat yang indah (dipilih dan disiapkan olehnya) EIE akan berada di episentrum mereka. Kemampuan menunggu adalah salah satu kekuatan EIE. Dengan cara ini, dia mengumpulkan energi, dan kemudian dengan terampil dan akurat mengarahkannya ke targetnya.

Ini bisa dilihat dalam kasus sehari-hari. Di perusahaan mana pun, bahkan yang tidak dikenal, EIE dengan mudah menjadi pusat perhatian dan kekaguman orang-orang di sekitarnya. Dalam masyarakatnya, sulit untuk tidak memperhatikannya dan menjalankan bisnis Anda jika dia ingin mengesankan: "Hamlet mengakui hak atas perasaan yang luar biasa hanya untuk dirinya sendiri."

Tidak dapat tenggelam.

Tidak peduli bagaimana situasinya berkembang, EIE selalu berusaha untuk memiliki celah sebagai cadangan - seperti rubah yang memiliki pintu keluar darurat dari lubangnya. “Saya sering menemukan diri saya dalam situasi ekstrim. Ini umumnya merupakan masalah terpisah. Kemampuan untuk apa yang disebut menemukan petualangan tiba-tiba adalah ciri khas saya. Anda tidak akan bosan dengan Hamlet. Kemungkinan besar, dalam melakukan permusuhan, hal terbaik adalah mengirimnya ke pengintaian. Saya memiliki kemampuan bawaan untuk keluar dari situasi apa pun, bahkan yang paling buntu sekalipun. Ini adalah kunci sukses bahkan dalam situasi paling liar sekalipun. Merasa bertanggung jawab atas rekan-rekan yang berada di dekatnya dan sangat dipersatukan oleh tugas tersebut, Hamlet akan melakukan segalanya agar semua orang kembali. Baginya, ini akan selalu menjadi yang utama, karena yang paling dia hargai hanya orang yang mengambil risiko bersamanya. Hamlet adalah kawan yang baik, dia tidak akan lari dalam kesulitan. Menurut horoskop Druid, tanda yang paling khas untuk Hamlet adalah cokelat. Ini membuktikan lebih meyakinkan apa yang dikatakan di atas.

Kelemahan logika rasional.

Untuk semua konsistensi dan tujuannya (strategis), EIE mampu melakukan tindakan (taktis) yang tidak logis dan tidak masuk akal: “Hamlet adalah kepribadian yang agak kontradiktif. Setelah mencapai sesuatu, dia dapat dengan mudah mengingat bahwa dia melupakan sesuatu di suatu tempat dan kembali. Atau berenang ke pantai yang jauh, tiba-tiba kembali, jika ini ditentukan oleh beberapa emosi yang bahkan paling tidak penting, tetapi penting bagi Hamlet. Perasaan Hamlet hanya bisa ditentukan oleh tanda "tak terhingga".

Ini tidak terlalu menyenangkan bagi EIE, tetapi, mungkin, tidak ada upaya mereka sendiri untuk memperbaiki situasi yang memberikan sesuatu yang istimewa. EIE mampu mengendalikan situasi, mengendalikan orang lain - tetapi bukan dirinya sendiri!

EIE seringkali memiliki pengetahuan yang luas, tetapi dangkal dan tidak sistematis. Morois dengan rendah hati menyebut pengetahuan Victor Hugo "imajiner" - dan terlepas dari kenyataan bahwa yang terakhir menerima pendidikan yang baik pada masanya, adalah orang yang berbudaya, dan banyak membaca. Kelemahan seperti itu tidak datang dari kurangnya kesadaran, tetapi dari ketidakmampuan yang khas untuk membangun sistem pengetahuan yang integral dan konsisten secara internal berdasarkan fakta yang berbeda.

Keinginan untuk membangun kediktatoran dalam keluarga seseorang. Satu kata - beta!

“Maka dimulailah kehidupan yang menakjubkan, yang tidak akan disetujui oleh seorang wanita yang sama sekali tidak terikat oleh sumpah biara. Victor Hugo berjanji untuk memaafkan dan melupakan masa lalu, tetapi menetapkan kondisi tertentu dan sangat keras untuk ini. Juliette, yang kemarin masih termasuk dalam jumlah wanita cantik Paris yang terawat, semuanya berenda dan perhiasan, sekarang harus hidup hanya untuknya, meninggalkan rumah di suatu tempat hanya bersamanya, meninggalkan semua kemewahan, semua kemewahan - singkatnya, memaksakan penebusan dosa pada dirinya sendiri. Dia menerima syarat itu dan memenuhinya dengan kesenangan mistis seorang pendosa yang merindukan "kelahiran kembali dalam cinta". Tuan dan kekasihnya memberinya setiap bulan dalam jumlah kecil sekitar delapan ratus franc, dan dia ... menyimpan catatan pengeluaran, yang diperiksa dengan cermat oleh tuannya setiap malam.

“Suatu kali ... percakapan berubah menjadi perzinahan, dan kemudian keganasan yang nyata terdengar dalam kata-kata Victor. Dia berargumen bahwa suami yang tertipu harus membunuh atau bunuh diri."

Namun seiring dengan “suami dominan”, definisi “bapak keluarga yang sangat indah” juga cocok dengan EIE. EIE biasanya memperlakukan anak mereka dengan lebih lembut dan memberi mereka lebih banyak kebebasan.

1 Informasi biografi tentang Victor Hugo diambil dari buku karya A. Morois "Olympio, atau Kehidupan Victor Hugo"
2 Penekanan dalam huruf tebal di sini dan di bawah adalah milik saya - MISALNYA, penekanan dalam huruf miring - teks V. Hugo sendiri
3 Victor Hugo. Wahai anak muda...
4 Victor Hugo. Kesedihan Olympia
5 Victor Hugo. Ayah
6 Victor Hugo. Harapan untuk Tuhan.
7 Batu (Yunani)
8 Ini tipikal, secara umum, untuk semua pria tipe ini.

Biografi (E.D. Murashkintseva)

Victor Hugo (1802-85) - penulis romantis Prancis. V. Hugo lahir pada tanggal 26 Februari 1802 di Besançon. Dia meninggal 22 Mei 1885, di Paris. Tanda zodiak - Pisces.

Kata pengantar untuk drama "Cromwell" (1827) - sebuah manifesto romantisme Prancis. Drama Hernani (1829), Marion Delorme (1831), Ruy Blas (1838) adalah perwujudan dari ide-ide pemberontakan. Dalam novel sejarah Katedral Notre Dame (1831), kecenderungan anti-ulama sangat kuat. Setelah kudeta, Louis Napoleon Bonaparte (1851) beremigrasi, menerbitkan pamflet politik "Napoleon the Small" (1852) dan kumpulan puisi satir "Retribution" (1853).

Novel Les Misérables (1862), Toilers of the Sea (1866), The Man Who Laughs (1869), yang menggambarkan kehidupan berbagai bagian masyarakat Prancis, dijiwai dengan cita-cita demokratis dan humanistik. Kumpulan puisi "Motif Oriental" (1829), "Legend of the Ages" (vol. 1-3, 1859-83); novel tentang Revolusi Prancis "tahun ke-93" (1874).

Pemimpin gerakan Romantis

Victor Hugo adalah putra ketiga dari seorang kapten (kemudian menjadi jenderal) di pasukan Napoleon. Orang tuanya sering berpisah dan akhirnya mendapat izin resmi pada 3 Februari 1818 untuk hidup terpisah. Victor dibesarkan di bawah pengaruh kuat ibunya, yang pandangan royalis dan Voltairiannya membekas dalam dirinya. Sang ayah berhasil memenangkan cinta dan kekaguman putranya setelah kematian istrinya pada tahun 1821. Untuk waktu yang lama, pendidikan Hugo serampangan. Baru pada tahun 1814 dia masuk sekolah asrama Cordier, dari mana dia pindah ke Lyceum of Louis the Great. Setelah lulus dari kamar bacaan, Victor Hugo, bersama dengan saudara laki-lakinya, menerbitkan majalah dua minggu Conservative Literer, di mana dia menerbitkan puisi awalnya dan versi pertama dari novel melodramatis Bug Jargal (1821). Dia menjadi tertarik pada teman masa kecilnya Adele Fouche, tetapi bertemu dengan ketidaksetujuan yang kuat dari ibunya, dan hanya setelah kematiannya ayahnya mengizinkan para kekasih untuk bertemu.

Koleksi pertama penyair muda, Odes and Miscellaneous Poems (1822), mendapat persetujuan dari Raja Louis XVIII: Victor Hugo dianugerahi anuitas tahunan sebesar 1.200 franc, yang memungkinkan dia menikahi Adele. Pada tahun 1823 ia menerbitkan novel keduanya, Gan the Icelander, yang ditulis dalam tradisi "Gotik". Ini berarti pemulihan hubungan dengan romantisme, yang tercermin dalam koneksi sastra: Teman Hugo adalah Alfred de Vigny, Charles Nodier, Emile Deschamps dan Alphonse de Lamartine. Segera mereka membentuk grup Senacle di majalah Muses Francaise, yang memiliki orientasi romantis yang nyata. Terutama hangat adalah hubungan antara Hugo dan Charles Sainte-Beuve, yang diterbitkan dalam publikasi romantis lainnya - majalah Globe - review pujian dari Odes and Ballads (1826).

Pada tahun 1827, Victor Hugo memproduseri lakon Cromwell, yang ternyata terlalu panjang untuk dipentaskan, tetapi Kata Pengantarnya yang terkenal adalah puncak dari semua perselisihan tentang prinsip-prinsip seni drama yang mendidih di Prancis. Memberikan pujian yang antusias kepada teater Shakespeare, Hugo menyerang kesatuan klasik waktu, tempat, dan tindakan, mempertahankan kombinasi yang luhur dengan yang aneh dan mengajukan tuntutan akan sistem syair yang lebih fleksibel, meninggalkan dua belas suku kata Aleksandria. Manifesto drama romantis di Prancis ini, serta kisah "The Last Day of the Condemned" (1829) yang dijiwai dengan ide-ide humanistik, dan koleksi puitis "Oriental Motives" (1829) membuat Hugo sangat terkenal.

Periode dari tahun 1829 hingga 1843 ternyata untuk Hugo derajat tertinggi produktif. Pada tahun 1829, lakon Marion Delorme muncul, yang dilarang oleh sensor karena penggambaran Louis XIII yang tidak menyenangkan. Dalam waktu kurang dari sebulan, Victor Hugo menulis drama keduanya, Ernani. Produksi skandal pada 25 Februari 1830 diikuti oleh yang lain yang sama-sama ribut. "Battle for Ernani" berakhir tidak hanya dengan kemenangan penulis lakon, tetapi juga dengan kemenangan terakhir romantisme: "Bastille of Klasisisme" di bidang dramaturgi dihancurkan. Drama selanjutnya tidak kalah bergema, khususnya, The King Amuses sendiri (1832) dan Ruy Blas (1838).

Katedral Notre Dame (1831) menempati tempat khusus dalam karya Victor Hugo, karena di sini ia pertama kali menunjukkan kemampuannya yang luar biasa dalam prosa. Seperti dalam drama pada periode ini, tokoh-tokoh novel digambarkan melalui simbolisme romantis: mereka adalah tokoh luar biasa dalam keadaan luar biasa; ikatan emosional muncul di antara mereka secara instan, dan kematian mereka disebabkan oleh takdir, yang berfungsi sebagai cara untuk mengetahui realitas, karena mencerminkan ketidakwajaran dari "sistem lama", yang bermusuhan. kepribadian manusia. Pada periode yang sama, bakat puitis Hugo juga mencapai kematangan penuh.

Kumpulan puisi liris oleh Victor Hugo - "Autumn Leaves" (1831), "Songs of Twilight" (1835), "Inner Voices" (1837), "Rays and Shadows" (1840) - muncul sebagian besar karena pengalaman pribadi. Saat ini dalam kehidupan Hugo ada acara penting: Sainte-Beuve jatuh cinta dengan istrinya, dan dia sendiri dijiwai dengan hasrat untuk aktris Juliette Drouet. Pada tahun 1841, prestasi sastra Hugo akhirnya diakui oleh Akademi Prancis, di mana ia terpilih setelah beberapa kali gagal.

Pada tahun 1842, Victor Hugo menerbitkan buku catatan perjalanan, The Rhine (1842), di mana dia menguraikan program kebijakan internasionalnya, menyerukan kerja sama antara Prancis dan Jerman. Tak lama kemudian, penyair itu mengalami tragedi yang mengerikan: pada tahun 1843, putri kesayangannya Leopoldina dan suaminya Charles Vacri tenggelam dalam kecelakaan kapal di Sungai Seine. Setelah pensiun dari masyarakat untuk sementara waktu, Hugo mulai memikirkan rencana novel sosial besar dengan nama bersyarat "Troubles". Pengerjaan buku itu terhenti oleh revolusi tahun 1848: Hugo memasuki bidang politik aktif dan terpilih menjadi anggota Majelis Nasional.

Pengasingan dan kemenangan

Setelah kudeta pada tanggal 2 Desember 1851, penulis melarikan diri ke Brussel, dari sana dia pindah ke pulau Jersey, tempat dia menghabiskan tiga tahun, dan pada tahun 1855 ke pulau Guernsey. Selama pengasingannya yang panjang, Victor Hugo menghasilkan beberapa karya terbesarnya. Pada tahun 1852, buku publikasi Napoleon the Small diterbitkan, dan pada tahun 1853 Retribusi muncul - puncak lirik politik Hugo, satire puitis yang brilian dengan kritik yang menghancurkan terhadap Napoleon III dan semua antek-anteknya.

Pada tahun 1856, koleksi "Contemplations" diterbitkan - mahakarya puisi lirik Hugo, dan pada tahun 1859 dua jilid pertama dari "Legends of the Ages" diterbitkan, yang menegaskan ketenarannya sebagai penyair epik yang hebat. Pada tahun 1860-1861, Victor kembali beralih ke novel The Adversity, mengerjakan ulang dan mengembangkannya secara signifikan. Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1862 dengan judul Les Misérables. Karakter seperti itu dari novel termasyhur ini mendapat ketenaran di seluruh dunia ketika terpidana bangsawan Jean Valjean, yang dihukum karena mencuri sepotong roti, berubah menjadi binatang buas dan terlahir kembali ke kehidupan baru berkat belas kasihan seorang uskup yang baik hati; Inspektur Javert, yang mengejar mantan penjahat dan mewujudkan keadilan tanpa jiwa; pemilik penginapan yang rakus, Thenardier dan istrinya, menyiksa Cosette yatim piatu; Marius, seorang penggemar Republik muda yang jatuh cinta dengan Cosette; tomboi Paris Gavroche, yang mati secara heroik di barikade.

Selama tinggal di Guernsey, Victor Hugo menerbitkan buku "William Shakespeare" (1864), kumpulan puisi "Songs of the street and forest" (1865), serta dua novel - "Toilers of the Sea" (1866) dan "Pria yang Tertawa" (1869). Yang pertama mencerminkan masa tinggal V. Hugo di Kepulauan Channel: protagonis buku ini, yang diberkahi dengan ciri-ciri terbaik dari karakter nasional, menunjukkan stamina dan ketekunan yang luar biasa dalam perang melawan unsur-unsur lautan. Di novel kedua, Hugo beralih ke sejarah Inggris pada masa pemerintahan Ratu Anne. Plotnya didasarkan pada kisah seorang bangsawan yang dijual kepada pedagang manusia (comprachos) di masa kanak-kanak, yang mengubah wajahnya menjadi topeng tawa abadi. Dia berkeliling negara sebagai aktor pengembara, bersama dengan lelaki tua yang melindunginya dan kecantikan buta, dan ketika gelar dikembalikan kepadanya, dia berbicara di House of Lords dengan pidato berapi-api untuk membela orang miskin di bawah tawa mengejek para bangsawan. Setelah meninggalkan dunia yang asing baginya, dia memutuskan untuk kembali ke kehidupan pengembaraan sebelumnya, tetapi kematian kekasihnya membuatnya putus asa, dan dia menceburkan diri ke laut.

Setelah runtuhnya rezim Napoleon III pada tahun 1870, di awal Perang Prancis-Prusia, Victor Hugo kembali ke Paris, ditemani oleh Juliette yang setia. Selama bertahun-tahun, dia mewujudkan penentangan terhadap kekaisaran dan menjadi simbol republik yang hidup. Hadiahnya adalah pertemuan khusyuk yang memekakkan telinga. Memiliki kesempatan untuk meninggalkan ibu kota sebelum serangan pasukan musuh, dia memilih untuk tetap tinggal di kota yang terkepung.

Terpilih menjadi anggota Majelis Nasional pada tahun 1871, Hugo segera mengundurkan diri sebagai wakil sebagai protes terhadap kebijakan mayoritas konservatif. Pada tahun 1872, Victor menerbitkan koleksi The Terrible Year, bersaksi tentang hilangnya ilusi tentang Jerman, yang dengannya dia telah meminta Prancis untuk bersekutu sejak 1842.

Pada tahun 1874, Hugo, yang sama sekali tidak peduli dengan tren baru dalam prosa, kembali beralih ke novel sejarah, menulis "The Ninety-Third Year". Terlepas dari banyak informasi akurat tentang Prancis revolusioner, simbolisasi romantis kembali berjaya dalam novel: salah satu karakter mewujudkan kekejaman terhadap kontra-revolusioner, dan yang kedua - belas kasihan, yang di atas segalanya adalah perselisihan sipil; penulis menyebut revolusi sebagai "wadah pembersihan", di mana tunas peradaban baru menembus kekacauan dan kegelapan.

Pada usia 75 tahun, Victor Hugo menerbitkan tidak hanya bagian kedua dari "Legends of the Ages", tetapi juga koleksi "The Art of Being a Grandfather", yang terinspirasi dari cucunya Georges dan Anna. Bagian terakhir dari "Legend of the Ages" diterbitkan pada tahun 1883. Pada tahun yang sama, Juliette Drouet meninggal karena kanker, dan kehilangan ini melumpuhkan kekuatan Hugo.

Setelah kematiannya, Victor Hugo menerima pemakaman kenegaraan, dan jenazahnya ditempatkan di Pantheon - di sebelah Voltaire dan Rousseau.

Tanggal publikasi di situs: 18 Februari 2011.
Pembaruan konten: 20 Juli 2012.