teater London. teater pertama di london national theater uk touring aktor inggris menjadi

London terkenal dengan museum, bangunan bersejarah, dan restoran mutakhirnya. Namun hanya kehidupan teater yang mendominasi kota yang membedakannya dari kota lain. Jika sebuah drama berhasil di London, itu akan mengulangi kesuksesannya di tempat lain.

New York dengan Broadway bisa menjadi satu-satunya pesaing London, tapi dia pun tidak bisa membanggakan gedung teater yang memiliki sejarah panjang dan kaya. Bagian tengah kota, West End, South Bank, dan distrik Victoria memukau dengan teater konsentrasi khusus - dari studio kecil untuk 100 penonton hingga kuil besar Melpomene. Kami menawarkan ikhtisar dari sepuluh yang paling teater besar London.

Teater Shaftesbury, yang terletak tidak jauh dari Holborn Street, terdaftar sebagai bangunan bernilai arsitektur dan sejarah Inggris. Berkat kecelakaan kecil yang terjadi pada atap gedung pada tahun 1973, mereka memperhatikannya. Sejak 1968, musikal terkenal "Rambut" telah ditampilkan di panggungnya sebanyak 1998 kali. Belakangan, acara yang mengusung gerakan hippie ditutup. Saat musikal pertama kali ditampilkan dari panggung teater West End, sensor teater Lord Cameron Fromantil "Kim", Baron Cobbold melarangnya. Produser meminta bantuan Parlemen, dan mereka memberikan izin dengan mengeluarkan undang-undang yang sepenuhnya membatalkan larangan baron. Peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah teater ini mengakhiri sensor teater di Inggris - lumayan untuk teater dengan kapasitas 1.400 penonton.

Hanya beberapa blok dari Shaftesbury terdapat Teater Istana, yang juga dapat menampung 1.400 penonton. Spesialisasinya adalah musikal, seperti Singing in the Rain atau Spamalot. Teater dibuka pada tahun 1891 dan dikenal sebagai Royal English Opera di bawah perlindungan Richard d "Oyley Kart. Baru-baru ini, selain opera, musikal, film, dan pertunjukan lainnya telah ditampilkan di atas panggung. Selama tahun 1960-an, musikal The Sound of Music dipentaskan di teater sebanyak 2385 kali Teater ini terdaftar sebagai bangunan bernilai arsitektur dan sejarah di Inggris, bersama dengan bangunan lain di kawasan tersebut.

Teater Adelphi baru-baru ini merayakan hari jadinya yang ke-200. Meski ukuran bangunannya sederhana, teater ini mampu menampung 1.500 penonton. Dia dikenal untuk produksi seperti "Chicago" dan "Joseph and His Amazing, Multicolored Dreamcoat". Sebuah bangunan Art Deco tahun 1930 bersebelahan dengan Strand Palace Hotel. Ini adalah bangunan keempat sepanjang sejarah teater sejak 1809. Sebuah plakat peringatan di dinding bar terdekat menyalahkan teater atas kematian seorang aktor yang pernah didukung oleh Terriss yang agung. Namun nyatanya, Pangeran Richard Archer, aktor gagal yang kehilangan popularitas dan kesopanan karena kecanduan alkoholisme, mengaku bersalah atas pembunuhan mentor Terriss dalam keadaan gila dan dikirim untuk perawatan wajib ke rumah sakit jiwa, tempat ia memimpin. orkestra penjara sampai kematiannya. Dikatakan bahwa hantu Terriss yang tidak terbalas, yang kecewa dengan hukuman ringan yang dijatuhkan kepada anak didik dan pembunuhnya, masih berkeliaran di gedung teater pada malam hari.

Beberapa pertunjukan telah diputar di teater di West End London selama beberapa dekade, dan Istana Victoria terus-menerus menawarkan repertoar baru, seperti musikal Billy Elliott. Meski sudah tampil di atas panggung sejak 2005, menurut penonton biasa, itu banyak. Teater ini memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1832 ketika masih kecil ruang konser. Saat ini gedung yang dibangun pada tahun 1911 ini mampu menampung 1.517 penonton. Itu dilengkapi dengan atap yang bisa dibuka, yang dibuka selama jeda untuk ventilasi aula. Ada banyak pertunjukan yang berkesan di panggung teater, tetapi yang paling berkesan adalah drama patriotik tahun 1934 Young England, yang mendapat banyak ulasan negatif. Dia bertahan hanya dalam 278 penampilan.

Teater Prince Edward terletak di jantung area Soho dan dapat menampung 1.618 orang. Itu dinamai pewaris takhta mahkota Inggris, Edward VIII, seorang raja yang hanya beberapa bulan di atas takhta dan meninggalkannya atas nama cinta. Secara tradisional, panggung adalah pertunjukan romantis dan pertunjukan seperti "Show Boat", "Mamma Mia", "West Side Story", "Miss Saigon". Teater memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1930 ketika itu hanya sebuah bioskop dan ruang dansa. Baru pada tahun 1978 teater dibuka, bertepatan dengan pembukaannya pemutaran perdana musikal "Evita" tentang dunia wanita terkenal istri presiden Argentina. Drama tersebut melewati 3.000 pertunjukan, dan aktris Elaine Paige, yang memerankan Evita, memulai karirnya dengan cemerlang di panggung teater dan menjadi bintang.

Meskipun Tottenham Court Road London telah direnovasi untuk menyediakan persimpangan yang lebih baik, satu hal tetap sama - patung raksasa Freddie Mercury dengan tangan terangkat sambil menyanyikan "We Will Rock You" di depan Teater Dominion. Pertunjukan tersebut telah berada di panggung teater sejak tahun 2002 dan, meskipun mendapat ulasan negatif dari para kritikus, sukses dengan penonton. Teater yang dibangun pada tahun 1929 di lokasi pabrik bir tua di London ini dapat menampung 2.000 penonton. Bangunan itu juga menampung Gereja Minggu Australia, yang menggunakan panggung teater dan pencahayaan selama misa.

Ini adalah salah satu teater termegah di London. Kolom yang menghiasi pintu masuk utama berasal dari tahun 1834, dan bangunan itu sendiri dibangun kembali pada tahun 1904 dengan gaya Rococo. Sepanjang sejarah keberadaannya, dan dimulai pada 1765, ia memiliki segalanya kecuali teater, misalnya, selama 50 tahun makan malam diadakan di sini. masyarakat rahasia daging sapi. Pada tahun 1939, mereka ingin menutup gedung tersebut, namun sehubungan dengan dimulainya pembangunan jalan, gedung tersebut berhasil diselamatkan. Selama 14 tahun, The Lion King dimainkan di atas panggung teater, dan dramatisasi Disney tampaknya telah menetap di sini sejak lama dan membawa hasil box office yang bagus.

Dengan kapasitas 2.196 penonton, Royal Theatre yang dianggap sebagai teater terkemuka di London bukan karena alasan itu. Sejak 1663, ada beberapa teater di situs ini, dan Drury Lane sendiri dianggap sebagai teater. Seperti banyak teater lainnya, Royal bekerja di bawah arahan Andrew Lloyd Webber, penulis musikal "Evita" dan "Cats". Produksi lain yang telah ditampilkan di atas panggung antara lain Oliver, sebuah film musikal dengan nama yang sama, The Producers, Shrek, dan Charlie and the Chocolate Factory, yang masih tayang hingga saat ini. Selain musikal dan aktor, teater ini terkenal dengan hantunya, seperti hantu pria berjas abu-abu dan topi miring. Menurut legenda, dia dibunuh di gedung teater pada abad ke-18 dan ke-19. Hantu lain bernama Joseph Grimaldi, seorang badut yang dikatakan membantu aktor yang gugup di atas panggung.

Teater London Paladium dikenal tidak hanya di London, tetapi di seluruh dunia. Terletak beberapa langkah dari Oxford Street. Ia menjadi populer berkat pertunjukan malam "Sunday Night at the London Palladium", yang berlangsung dari tahun 1955 hingga 1967. Jutaan penonton berkenalan dengan panggung pemintalan dan aksi panggung rencana yang berbeda. Pada tahun 1966, pemilik gedung mencoba menjualnya untuk rekonstruksi lebih lanjut, tetapi terselamatkan berkat investor teater dan fakta bahwa selain teater, pada tahun 1973 sebuah gedung konser dibuka di sana untuk pertunjukan oleh band rock “Slade ”. Rumah penuh yang terus-menerus dan aksi aktif dari para penggemar band hampir menyebabkan runtuhnya balkon di aula. Pada tahun 2014, pertunjukan bakat "The X Factor: The Musical" dibuka di gedung teater.

Jika teater Apollo Victoria bukan yang paling populer di London, maka teater itu dapat dengan aman diakui sebagai yang tertinggi. Terletak beberapa meter dari Istana Victoria dan dapat menampung 2500 penonton. Beberapa teater dari ulasan yang disajikan terletak berdekatan dan menciptakan semacam "negara teater". "Appollo Victoria" dibuka pada tahun 1930. Bangunannya didesain dengan gaya art deco dengan tema bahari, dengan air mancur dan kerang sebagai dekorasinya. Butuh waktu 18 tahun untuk mendesain rel kereta api untuk musikal "Starlight Express", sehingga kereta tersebut, menurut naskahnya, bergerak di sepanjang perimeter auditorium. Musikal populer lainnya yang dipentaskan di teater adalah "Wicked". Box office dari pemutaran perdana berjumlah 761.000 pound, dan selama 7 tahun pendapatan dari pertunjukan tersebut diperkirakan mencapai 150 juta. Penggemar film mengklaim bahwa teater akan mati dalam waktu dekat, tetapi statistik yang terkait dengan jumlah penonton di setiap musikal, jumlah box office, menunjukkan sebaliknya. Bau pemerah pipi dan putih, kebisingan auditorium tidak akan pernah hilang.
Namun, Arsitektur modern sama sekali tidak kalah dengan kecantikan dan keanggunan bangunan bersejarah teater.

teater Inggris

Pada abad ke-19, teater, seperti semua bidang budaya Inggris lainnya, mendapat perkembangan baru. Aktor tragis paling berbakat Edmund Kean (1787-1833) mempersonifikasikan tren romantisme dalam seni teater.

Edmund Keane ( beras. 58) lahir dalam keluarga akting. Orang tuanya meninggal ketika dia masih kecil. Terpaksa mencari nafkah, pemuda itu melakukan perjalanan dengan rombongan pengembara melalui kota-kota dan desa-desa Inggris. Pengembaraan ini menjadi sekolah yang bagus bagi seniman muda, yang pada usia dua puluh tahun telah mengunjungi banyak tempat di Inggris. Ketika ditanya tentang apa yang diperlukan untuk menjadi aktor hebat, Keane, yang sudah terkenal, menjawab: "Tahu cara kelaparan."

Beras. 58. Keane sebagai Shylock

Bepergian dengan teater keliling, Edmund mencoba sendiri dalam berbagai peran dan lakon dari berbagai genre.

Dibesarkan dalam kemiskinan, aktor tersebut membenci bangsawan yang menganggur dan penguasa yang tidak terlalu peduli dengan rakyatnya sendiri. Kredo hidup Keane muda diungkapkan dalam kata-kata: "Saya benci semua tuan, kecuali Lord Byron." Masyarakat kelas atas tidak bisa memaafkan sikap seperti itu terhadap diri mereka sendiri dan terus-menerus memburu Keane, menyebutnya sebagai aktor kerumunan.

Menjadi terkenal di panggung provinsi, pada tahun 1914 aktor tersebut mendapat undangan untuk tampil di London di Teater Drury Lane, yang mengalami masa-masa sulit pada tahun-tahun itu. Debutnya di teater ibu kota adalah peran Shylock dalam The Merchant of Venice karya Shakespeare. Kepemimpinan Drury Lane, dengan mengandalkan aktor provinsi, tidak gagal: dengan penampilannya yang luar biasa, Keane berhasil menaklukkan penonton London yang manja.

Shakespeare menjadi penulis drama favorit Keene. Aktor itu tertarik padanya oleh kualitas-kualitas yang dia miliki: sikap tragis, rasa ketidakadilan yang meningkat, penolakan terhadap dunia di mana beberapa orang hidup sengsara, sementara yang lain bermandikan kemewahan.

Shakespeare-lah yang membawa ketenaran Edmund. Aktor tersebut mewujudkan gambar Shylock, Richard III, Romeo, Macbeth, Hamlet, Othello, Iago, Lear. Kritikus memanggilnya permainan hebat komentar terbaik tentang karya penulis drama terkenal, dan penyair Coleridge berpendapat: "Menonton drama Keane seperti membaca Shakespeare dengan kilat."

Gambar Shylock, yang dibuat oleh Keane dalam The Merchant of Venice karya Shakespeare, memberikan kesan yang sangat besar pada penonton Inggris. Pahlawannya secara mengejutkan menggabungkan sikap ironis terhadap orang-orang di sekitarnya dan perasaan kesepian yang pahit, kerinduan yang dalam dan kebencian yang merobek jiwa, tersembunyi di balik kerendahan hati eksternal. The Merchant of Venice, yang dipentaskan di Drury Lane, membawa ketenaran provinsi kemarin sebagai aktor terbaik di Inggris.

Keane menganggap peran Hamlet dan Othello sebagai karyanya yang paling signifikan. Pangeran Denmark-nya, sedih dan melankolis, memahami bahwa tidak mungkin melawan kejahatan yang menguasai dunia. Sifatnya yang luar biasa percaya, tulus, dan integral, Othello menempatkan cinta di atas segalanya, dan oleh karena itu kematiannya berarti baginya kehancuran total dari semua aspirasinya.

Kesuksesan besar Keane membawa peran rentenir Overrich dalam lakon "A New Way to Pay Old Debts" karya F. Messinger. Penonton yang terpikat oleh penampilan sang aktor tak kuasa menahan air mata. Konon, Byron yang menghadiri pertunjukan tersebut sangat terkejut hingga pingsan.

Untuk mencapai pemahaman penonton, Keane bekerja dengan hati-hati dan lama di setiap peran. Dia melatih semua gerakan dan ekspresi wajah di depan cermin, berulang kali kembali ke episode tersulit, mengasah detail terkecil dari perannya. Bermain olahraga membantunya mencapai kelenturan yang luar biasa (Kane dianggap sebagai salah satu pemain anggar terbaik di Inggris saat itu).

Karya terakhir aktor hebat itu adalah peran Othello. Setelah mengucapkan kalimat: "Pekerjaan Othello selesai", aktor berusia empat puluh enam tahun itu kehilangan kesadaran dan jatuh. Tiga minggu kemudian dia pergi. Kematian Keane berakhir arah romantis di teater Inggris.

Putra Edmund Keane, Charles Keane (1811-1868), yang bermain terutama dalam melodrama, juga seorang aktor.

Era Victoria membawa perubahan tersendiri bagi kehidupan budaya Inggris. Untuk sastra, tahun-tahun ini adalah masa pembentukan realisme kritis (George Eliot, William Thackeray, Charles Dickens).

Nama penulis Charles Dickens (1812-1870) dikaitkan dengan peralihan teater Inggris dari klasisisme ke drama modern. Drama melodramatik ditulis untuk teater (Country Coquettes, 1836; The Lampmaker, pertama kali diterbitkan pada tahun 1879, dll.).

Sukses besar untuk Dickens sang penulis naskah dibawakan oleh komedi eksentrik The Strange Gentleman, yang ditulis berdasarkan salah satu plot esai Essays oleh Boz. Semua drama Dickens, kecuali The Lampmaker, dipentaskan di Teater St. James selama musim 1836-1837. Selain itu, penulis membuat dramatisasi novelnya Harapan Besar, tetapi lakon itu tidak dipentaskan.

Drama Dickens populer tidak hanya di Inggris, tetapi juga di luar negeri. Plot dari beberapa novelnya menjadi dasar dari sejumlah opera.

Pada tahun 1951, penulis membuka teater amatir yang repertoarnya terdiri dari klasik dan karya kontemporer. Banyak penulis drama muda Inggris memulai karir kreatif mereka di teater ini. Dickens, yang memiliki kemampuan akting yang sangat baik, memainkan peran Shallow dalam The Merry Wives of Windsor di teaternya. Penulis juga mendapatkan popularitas luas sebagai pembaca hebat yang membawakan karyanya sendiri dari atas panggung.

Usia yang sama dengan Dickens, penyair dan dramawan Inggris Robert Browning (1812-1889) mulai bekerja untuk teater pada usia dua puluh dua tahun. Drama pertamanya, Paracelsius, diterbitkan pada tahun 1835. Kemudian muncullah drama sejarah Strafford (1837), The Return of the Druze (1839), King Victor and King Charles (1842), yang ditulis untuk Teater Covent Garden. Peran utama dalam produksi ini dimainkan oleh aktor W. Macready.

Pada tahun 1843, Covent Garden mementaskan The Spot on the Coat of Arms karya Browning. Dan pada tahun 1853, lakon lain dari penulis ini, Ulang Tahun Columbus, dipentaskan di atas panggungnya.

Karya romantis Browning, seperti lakon sejarahnya, mengikuti tradisi drama puitis J. G. Byron dan P. B. Shelley. Pada saat melodrama mendominasi panggung Inggris, Browning berusaha menarik perhatian publik ke pertunjukan yang serius dan bermakna. Disalahpahami oleh orang-orang sezaman, penulis secara bertahap beralih dari drama panggung ke genre yang disebut lakon untuk dibaca.

Karya Edward Bulwer-Lytton (1803-1873), seorang penulis dan dramawan Inggris, yang juga terkenal politikus. Genre favoritnya adalah novel dan drama bertema sejarah. Pada saat yang sama, motif melodramatis dan metode penampilan luar menghilangkan karya Bulwer-Lytton dari historisisme asli.

Drama The Beauty of Lyon (1838) dan Richelieu (1839) membawa ketenaran penulis naskah. Secara politis laris dan sekaligus menghibur, indah dan penuh dinamika, lakon-lakon ini langsung menarik perhatian sutradara-sutradara besar Inggris saat itu. "Richelieu" disutradarai oleh Henry Irving untuk waktu yang lama tidak meninggalkan panggung teater ibu kota "Lyceum". Dan pada tahun 1840-an - 1860-an, penonton Rusia dapat melihat drama Bulwer-Litton (pemeran utama diperankan oleh aktor V.V. Samoilov dan N.K. Miloslavsky).

Edward Bulwer-Lytton tertarik tidak hanya oleh drama sejarah, tetapi juga oleh komedi yang mencemooh adat istiadat masyarakat Victoria - "Kami tidak seburuk kelihatannya" dan "Uang" (1840). Meski penulis naskah tidak mendalami kritik sosial, namun realisme karyanya menarik perhatian penonton. Komedi Bulwer-Lytton telah menjadi repertoar teater Inggris selama bertahun-tahun.

Novel sejarah Rienzi karya Bulwer-Lytton menarik minat komposer Jerman terkenal Richard Wagner, yang mendasarkan plotnya pada opera dengan nama yang sama, yang dipersembahkan kepada penonton pada tahun 1840.

Pada akhir abad ke-19, penulis, penulis prosa, dan penulis drama terkenal Inggris George Bernard Shaw (1856-1950) memulai aktivitas kreatifnya ( beras. 59). Ia lahir di Dublin, dalam keluarga seorang karyawan miskin. Pada usia dua puluh tahun, Shaw pindah ke London, di mana dia menjadi salah satu pendiri Fabian Society. Bekerja di musik dan kritikus teater, Bernard menulis beberapa novel yang tidak jelas. Drama pertamanya, Rumah Duda, muncul pada tahun 1892. Drama tersebut menyentuh masalah sosial dan etika yang penting, mengkritik tajam tuan tanah yang menyewakan perumahan di daerah kumuh. Penulis drama mendesak pembacanya untuk memperbaiki diri dan mengubah dunia di sekitar mereka. Penonton menyambut lakon "Rumah Duda", yang dipentaskan di Teater Independen, dengan dinginnya, dan setelah dua pertunjukan disingkirkan dari panggung.

Beras. 59.George Bernard Shaw

Selama enam tahun berikutnya, penulis naskah itu menulis sembilan drama (termasuk satu babak). Drama sedih "Heartbreaker" (1893), yang menceritakan tentang pernikahan yang menguntungkan yang berakhir dengan kehancuran total, tidak diterima untuk diproduksi oleh teater ibu kota mana pun. Pada tahun 1894, drama "Man and Weapon" muncul, mengungkap ketidakmanusiawian dan kekejaman perang. Pada tahun 1897, drama "The Devil's Disciple" diciptakan, dan pada tahun 1898 koleksi dua jilid "Pleasant and Unpleasant" diterbitkan, yang mencakup drama dari tahun yang berbeda ("Mrs. Warren's Profession", 1894; "Man and Weapon" , "Candida", 1897; "Yang terpilih dari takdir", 1897; "Tunggu dan lihat", 1899, dll.). Drama "Mrs. Warren's Profession", yang mengangkat topik prostitusi, dilarang oleh sensor, tetapi kemudian, ketika diizinkan untuk dipentaskan, ia tidak keluar dari panggung teater hingga tahun 1902. Candida sukses besar di New York pada tahun 1903. Dan di tanah airnya, Shaw masih belum menikmati popularitas apapun. Pengakuan nyata dari publik Inggris datang kepadanya pada tahun 1904, ketika dia, bersama istrinya, serta dengan aktor dan sutradara Harley Grenville-Barker, menyewa gedung Teater Royal Court. Drama Shaw disutradarai oleh Grenville-Barker dan John Vedrenn. Dari 988 pertunjukan yang dimainkan di atas panggung Royal Court pada tahun 1904-1907, lebih dari tujuh ratus dipentaskan berdasarkan karya Shaw.

Di antara karya terbaik penulis naskah adalah lakon "Man and Superman" (1905) - sebuah komedi filosofis yang menghadirkan penonton sikap pengarang agama, pernikahan, keluarga. Evolusi masyarakat manusia ditunjukkan melalui perselisihan Don Juan, yang berakhir di dunia bawah, dengan iblis.

Drama Shaw yang paling terkenal adalah Pygmalion (1913), sebuah komedi anti-romantis yang ditulis khusus untuk aktris Patrick Campbell. Setelah kematian penulis drama, Frederick Lowe dan Alan Jay Lerner menciptakan musikal My Fair Lady berdasarkan motifnya.

Drama Shaw selanjutnya termasuk The Heartbreak House (1919), Back to Methuselah (1922), drama sejarah Saint Joan (1923), The Apple Cart (1930) dan lain-lain.

Pertunjukan yang menjadi lambang kecerdasan Inggris ini telah menciptakan lebih dari 50 karya untuk teater. Ketika penulis drama hebat itu meninggal, teater di banyak bagian dunia mematikan lampunya untuk berkabung.

Kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan teater Inggris dibuat oleh penulis Oscar Wilde (1854-1900). Seperti Shaw, dia lahir di Dublin, putra seorang ahli bedah terkenal. Dididik di Universitas Oxford. Karya pertama Wilde adalah puisi "Ravenna" (1878) dan kumpulan "Puisi" (1881).

Ketenaran membawa penulis cerita liris dan dongengnya ("Star Boy", dll.), novel filsafat"Gambar Dorian Grey". Untuk teater, Wilde menciptakan sejumlah drama dengan fokus kritik sosial (Lady Windermere's Fan, 1892; An Ideal Husband, 1895; The Importance of Being Earnest, 1899). Drama "Salome" ditulis dalam bahasa Prancis, diterbitkan di Inggris pada tahun 1894, diterjemahkan oleh Alfred Douglas dengan ilustrasi oleh seniman Aubrey Beardsley. Drama ini menjadi dasar dari opera terkenal Richard Strauss dengan nama yang sama (1904).

Pada akhir abad ke-19, penulis drama Inggris Henry Arthur Jones (1851-1929) mulai menulis untuk teater. Berasal dari keluarga petani miskin, ia mencari nafkah dengan berakting.

Tidak mendapatkan ketenaran sebagai aktor, Jones beralih ke penulisan drama, tetapi drama pertamanya juga tidak membawa kesuksesan yang diinginkan. Teater menolak untuk mengambil karyanya, dan hanya pada tahun 1878, di salah satu teater provinsi, drama Jones "It's just around the corner" diterima untuk diproduksi.

Kesuksesan yang telah lama ditunggu-tunggu datang ke penulis naskah setelah Raja Peraknya dipentaskan di Teater Putri. Di antara yang paling karya yang signifikan John bisa disebut drama "Saints and Sinners", "The Dancer", "Rebellious Susannah", "The Triumph of the Hypnots", "Michael and His Lost Angel", "Protection of Mrs. Dane". Banyak drama Jones mencela moralitas sok suci masyarakat Victoria (The Liars, 1897; The Lies, 1914), meskipun ketertarikan pada teknik melodramatis agak mengurangi signifikansinya. Namun, meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa karya Jones berdampak pada pembentukan tren realistis dalam seni teater Inggris pada akhir abad ke-19. Jones berkolaborasi dengan Bernard Shaw, dan yang terakhir sangat menghargai karyanya.

Seni panggung Inggris pada akhir abad ke-19 dikaitkan dengan nama aktor dan pengusaha Arthur Voucher (1863-1927). Pada tahun 1884, aktor muda, dilatih di Eton dan kemudian di Oxford, menjadi salah satu pendiri Masyarakat Drama Universitas Oxford. Di panggungnya, dia bermain dalam drama Shakespeare ("Henry IV", "Twelfth Night", "The Merry Wives of Windsor", "Julius Caesar").

Debut Voucher adalah peran Jacques dalam komedi Shakespeare As You Like It, yang dilakukan pada tahun 1889 di panggung profesional di Wolverhampton. Pertunjukan tersebut membawa ketenaran bagi aktor tersebut, dan pada tahun 1889-1894 ia bermain di berbagai teater Inggris dan Amerika.

Pada tahun 1895-1896, Voucher mengepalai Teater Kerajaan, dan istrinya, E. Vanbrugh, adalah seorang aktris terkemuka yang memainkan peran utama dalam komedi dan lelucon. Antara tahun 1900 dan 1906, Voucher memegang posisi tersebut direktur artistik"Garrick Tietra". Saat ini, dia memainkan banyak peran dalam drama Shakespeare (Shylock, Macbeth), A. Pinero, J. Gilbert, G. A. Jones. Pada tahun 1910, aktor tersebut bergabung dengan rombongan Pohon Beerbom (Hiz majestis tietr), di mana dia mewujudkan gambar Henry VIII dan Yayasan dalam drama Shakespeare Henry VIII dan A Midsummer Night's Dream. Seorang seniman yang sangat temperamental dan emosional, Voucher secara khusus berhasil memainkan peran yang cerah dan khas (John Silver dalam "Treasure Island" berdasarkan novel karya R. L. Stevenson).

Di penghujung abad ke-19, aktor dan pengusaha Gerald Hubert Edouard Busson Du Maurier (1873-1934) memulai karirnya di dunia teater. Dia memulai debutnya sebagai Fritz dalam drama "The Old Jew" oleh Grnadi, yang dipentaskan pada tahun 1895 di Teater Garrick. Pada tahun yang sama, dia bergabung dengan rombongan Beerbom Three dan melakukan tur di Amerika Serikat bersamanya. Pada tahun 1899-1901 ia kembali mengunjungi Amerika, kali ini bersama aktris terkenal Inggris Patrick Campbell.

Pekerjaan panggung aktor yang paling signifikan saat ini adalah peran Sandford Cleave dalam The Famous Mrs. Ebbsmith dan Captain Ardale dalam The Second Mrs. Tanqueray karya Pinero. Pada tahun 1902, Du Maurier menjadi pengusaha di rombongan Ch.Froman (Duke of York Theatre), di mana ia berhasil menciptakan gambar Ernest Wooller (Delightful Crichton oleh J. Barry), Hook and Darling (Peter Pan oleh penulis yang sama). ).

Yang terpenting, Du Maurier berhasil dalam peran komedi. Kemampuan untuk berperilaku alami, tulus, dan sederhana membantu sang aktor memenangkan cinta penonton. Karya terbaiknya adalah gambar Montgomery Brewster dalam Millions's Brewster McCachon dan Hugh Drummond dalam Bulldog Drummond, sebuah dramatisasi dari novel McNeil.

Pada periode 1910 hingga 1925, Du Maurier, bersama dengan F. Curzon, memimpin Teater Wyndhams, dan dari tahun 1925 hingga 1929, bersama dengan G. Miller, memimpin Teater St. Produksi panggung drama Lonsdale The Last Days of Mrs. Cheney (1925) membawa kesuksesan besar bagi teater. Kedepannya, Du Maurier mementaskan beberapa pertunjukan lagi di berbagai teater (Wallace's Bell Ringer, 1926, Wyndham's Theatre; Maugham's Letter, 1927, Playhouse Theatre; Morton's Alibi berdasarkan novel Christie, 1928, Prince of Wells tietr "; "Doctor Pygmalion" Owen, 1932, "Playhouse tietr", dll.).

Tokoh terkemuka di teater Inggris pada akhir abad ke-19 - awal abad ke-20 adalah aktor, sutradara, dan guru terkenal Frank Robert Benson (1858-1939). Sejak usia dini, ia aktif mengikuti semua jenis pertunjukan amatir. Panggung profesional pertamanya adalah teater London "Lyceum", dipimpin oleh G. Irving. Setahun kemudian, aktor muda itu membuka teater kelilingnya sendiri, yang tampil tidak hanya di London, tetapi juga di Stratford, serta kota-kota provinsi lainnya.

Dramawan favorit Benson adalah Shakespeare. Hanya dalam beberapa tahun, sutradara mementaskan hampir semua lakon dari penulis drama hebat, kecuali Titus Andronicus dan Troilus dan Cressida. Dari tahun 1886 hingga 1919 perusahaan, dipimpin oleh Benson, bermain di Teater Memorial Shakespeare di Stratford-on-Avon. Di tanah air Shakespeare, dengan partisipasinya, festival tahunan drama Shakespeare diadakan.

Seorang aktor dan sutradara yang luar biasa, Benson juga seorang guru berbakat yang melatih banyak seniman hebat. Penanya milik karya akting. Menulis Benson dan buku memoar. Pada tahun-tahun terakhir hidupnya ia terlibat dalam pembuatan film.

Sebagai seorang aktor, aktor, sutradara, dan penulis drama Inggris terkenal Harley Grenville-Barker (1877-1946) memulai karir teaternya. Pada tahun 1891 ia bergabung dengan rombongan S. Thorne di Marget. Tahun berikutnya, Grenville-Barker sudah tampil di Teater Komedi London.

Dari tahun 1904 hingga 1907, bersama dengan penulis drama Bernard Shaw, Grenville-Barker mengelola Teater Royal Court, bagian dari gerakan teater bebas, yang berfokus pada drama realistis yang serius.

Grenville-Barker, yang mempromosikan realisme panggung, bermimpi membuka teater nasional dengan repertoar permanen, tetapi sayangnya usahanya untuk membuatnya tidak berhasil.

Di antara karya Grenville-Barker, pertunjukan berdasarkan drama Shakespeare menempati tempat yang penting. Sutradara menerbitkan karya 5 jilid "Kata Pengantar untuk Shakespeare", di mana dia menganalisis secara rinci drama Shakespeare yang paling sulit untuk implementasi panggung dan memberikan saran praktis dalam produksi mereka di teater modern. Drama Grenville-Barker The Marriage of Anna Leith (1902), Voisey's Inheritance (1905), Madras House (1910), Weather in Khen, dan lainnya dikenal luas.

Setelah Perang Dunia Pertama, Inggris menerima sejumlah koloni Jerman dan sebagian tanah Timur Tengah milik Turki. Perekonomian Inggris, yang dirusak oleh perang, mulai bangkit kembali, tetapi ini tidak berlangsung lama. Sudah pada tahun 1921, pertumbuhan inflasi dan penurunan standar hidup penduduk dimulai.

Pada tahun 1924, pemerintah Partai Buruh berkuasa, tetapi, terlepas dari semua upayanya, situasi ekonomi dan politik di negara itu tidak berubah, dan kaum Konservatif yang menggantikan kaum Buruh semakin memperburuk situasi. Pada Mei 1924, pemogokan umum dimulai di Inggris. Pabrik dan pabrik berhenti sama sekali, rel kereta api dan tambang berhenti berfungsi. Pemerintah berhasil meredakan ketegangan di negara itu untuk beberapa waktu, tetapi pada tahun 1929 terjadi krisis ekonomi yang parah.

Tahun 1930-an juga merepotkan. Hitler berkuasa di Jerman, dan di Inggris, dengan bantuan Baldwin dan Chamberlain, yang menggantikannya, Persatuan Fasis Inggris melancarkan aktivitasnya.

Ketika Perang Dunia Kedua dimulai, ternyata Inggris sama sekali tidak siap menghadapinya. Setelah kekalahan di Dunkirk, pasukan ekspedisi Inggris meninggalkan benua tersebut. Setelah menduduki Prancis, Nazi sudah bersiap untuk melancarkan invasi ke Kepulauan Inggris, tetapi mereka dicegah oleh pertempuran untuk Inggris, dimenangkan oleh pesawat Inggris, dan kemudian permusuhan dimulai melawan Uni Soviet.

Pada 26 Mei 1942, Inggris dan Uni Soviet menandatangani perjanjian aliansi militer dan kerja sama di masa damai, tetapi untuk beberapa waktu Churchill menunda pembukaan front kedua. Di akhir Perang Dunia Kedua, kebijakan Konservatif akhirnya mengecewakan rakyat, dan dalam pemilu tahun 1945 Partai Buruh meraih kemenangan telak.

Situasi sosial di negara itu tidak bisa tidak tercermin dalam drama Inggris pada paruh pertama abad ke-20. Selama tahun-tahun ini, penulis terkenal seperti Somerset Maugham dan John Boynton Priestley bekerja di pedesaan.

Beras. 60. Somerset Maugham

Penulis Inggris William Somerset Maugham (1874-1965) ( beras. 60) lahir di Paris, dalam keluarga penasihat hukum kedutaan Inggris. Pada usia sepuluh tahun, dia ditinggalkan tanpa orang tua dan dibesarkan di Inggris oleh kerabatnya. Setelah sakit tuberkulosis, Maugham menetap di Prancis selatan, dan kemudian pindah ke Jerman, di mana ia menjadi sukarelawan di Universitas Heidelberg. Di Jerman penulis masa depan menjadi dekat dengan Ibsen

dan Wagner. Drama Ibsen-lah yang membangkitkan keinginan di Maugham untuk menjadi penulis naskah.

Kembali ke Inggris, Maugham mulai belajar di sekolah kedokteran. Selama tiga tahun dia bekerja sebagai paramedis di ambulans, yang memberinya pengetahuan tentang kehidupan orang biasa (sebagai bagian dari profesinya, Somerset mengunjungi tempat termiskin di London). Novelnya Lisa of Lambeth, yang ditulis pada tahun 1897, menceritakan tentang daerah kumuh London. Dia membawa penulis muda ketenaran pertama. Selanjutnya, Maugham menciptakan sejumlah novel yang memberikan gambaran luas tentang kehidupan masyarakat Inggris (The Burden of Human Passions, 1915; Theater, 1937).

Teater selalu menarik Maugham, tetapi tidak mudah untuk mencapai kesuksesan di bidang ini. Keinginan untuk refleksi realitas yang realistis terkadang membuat pengusaha takut menjauh dari penulis. Tidak berkontribusi pada popularitas penulis dalam seni komersial dan produksi lakonnya "Man of Honor" (1903).

Akhirnya pada tahun 1907, Maugham berhasil mementaskan komedi Lady Frederick yang diterima dengan antusias oleh penonton. Setelah itu, teater London membuka pintunya bagi penulis drama, dan pada tahun yang sama, 1907, tiga pertunjukan lagi berdasarkan dramanya muncul.

Penulis drama itu menciptakan jenis lakon yang disebutnya "pintar". Realitas modern karyanya ditampilkan melalui benturan karakter, dan aksinya sering diinterupsi agar para karakter dapat mendiskusikan situasi. Saat membuat lakonnya, Maugham sering menggunakan teknik yang menjadi ciri khas karya Shaw dan Ibsen, namun paling sering ia beralih ke komedi Inggris di era Restorasi. Itu dari dramaturgi yang kedua setengah dari XVI- awal abad XVIII adalah seni karakter dan intrik, hadir dalam karya Maugham. Dalam banyak lakonnya, ada juga ketertarikan pada tradisi teater Prancis.

Drama awal Maugham "Lady Frederick", "Mrs. Dot", "Jack Straw", yang dipentaskan di teater London pada tahun 1907, ditulis dengan gaya komedi salon. Di masa depan, penulis drama beralih dari sindiran ringan dan beralih ke drama realistis yang serius tentang "orang yang tahu segalanya". Pada tahun 1913, The Promised Land muncul, menceritakan tentang nasib gadis malang Nora. Dibesarkan di lingkungan Inggris borjuis, dia berakhir di Kanada, ke saudara laki-lakinya yang petani. Tidak layak untuk bekerja dan berusaha bersikap seperti seorang wanita, dia membuat marah istri saudara laki-lakinya. Tapi, setelah menjadi istri petani tetangga, Nora berangsur-angsur berubah dan, ketika dia diberi kesempatan untuk kembali ke kehidupan sebelumnya di London, dia menolak, menyadari bahwa dia tidak akan bisa lagi hidup di antara orang-orang yang malas dan tidak berharga.

Subjek pasca perang kehidupan Inggris lakon The Hearth and the Beautiful Wife (1919) didedikasikan. Perang Dunia Pertama berakhir, dan sang mayor kembali ke rumah, yang dianggap semua orang sudah mati. Istrinya Victoria menikah dengan temannya, juga seorang mayor. Teman-teman bersaing dalam kebangsawanan, saling memberikan hak untuk tinggal bersama Victoria yang cantik, tetapi dia menceraikan keduanya dan menjadi istri seorang spekulan yang menghasilkan banyak uang dari perlengkapan militer. Kantong uang yang lolos dari depan ini mengendarai Cadillac dan memiliki kesempatan untuk mendapatkan makanan apa pun. Keduanya mantan suami Victoria yang tak tertandingi mengklaim bahwa mereka selalu menebak-nebak tentang kekejaman dan keserakahannya. Ini adalah perapian yang diperjuangkan Inggris dalam perang.

Tema pernikahan dalam masyarakat borjuis dilanjutkan dengan lakon terkenal Maugham The Circle (1919). Elizabeth, istri seorang politisi muda, kecewa pada suaminya dan mengagumi ibunya, yang belum pernah dia lihat: di masa mudanya, dia melarikan diri dari suaminya bersama temannya, Lord Proteus, yang mencalonkan diri sebagai perdana menteri. Tetapi setelah tindakan seperti itu, pintu masuk ke masyarakat ditutup untuk para kekasih, dan hanya Elizabeth yang diam-diam mengundang mereka ke tempatnya. Apa kekecewaannya ketika, alih-alih pasangan romantis, dia melihat seorang wanita tua yang meremajakan dan seorang lelaki tua jahat yang tidak sopan. Banyak yang menjadi jelas bagi wanita muda itu, tetapi dia tidak melepaskan cintanya dan meninggalkan rumah seorang suami yang kaya untuk pergi bersama seorang pejabat kolonial muda ke Malaya yang jauh.

Antara 1928 dan 1933, empat drama Maugham lagi muncul: The Sacred Flame (1928), The Breadwinner (1930), Military Merit (1932), dan Sheppey (1933). Pengacara provinsi dalam drama "For Military Merit" percaya bahwa keadilan dan kemakmuran berkuasa dalam masyarakat, meskipun keluarganya sendiri sedang sekarat di bawah tekanan keadaan.

Son Sydney pulang dari buta perang, dan salah satu saudari merawatnya, meskipun itu membebani dan menyiksanya. Dia bermimpi untuk bergabung dengan takdirnya dengan seorang pria yang juga baru saja kembali dari depan, tetapi tunangannya, yang tidak dapat menemukan dirinya dalam masyarakat ini, melakukan bunuh diri, dan gadis malang itu kehilangan akal sehatnya. Adiknya menjadi istri seorang perwira yang didemobilisasi - orang yang sombong dan tidak sopan. Nasib putri ketiga juga tragis. Mencoba melarikan diri dari situasi yang suram, dia melarikan diri dari rumah bersama seorang spekulan kaya yang meraup untung dari transaksi kotor. Perang menghancurkan nasib semua anggota keluarga. Kata-kata Sidney dipenuhi dengan kepahitan: “Saya tahu kita semua telah menjadi boneka di tangan orang-orang bodoh yang memerintah negara kita. Saya tahu bahwa kita semua telah dikorbankan untuk kesombongan, keserakahan dan kebodohan mereka. Dan yang terburuk adalah, sejauh yang saya mengerti, mereka tidak belajar apa-apa.”

Kisah protagonis dari drama "Sheppy" itu menyedihkan. Sheppey, seorang penata rambut paruh baya, menjadi pemilik kemenangan besar yang bangga.

Dia bermimpi membantu mereka yang membutuhkan, tetapi putrinya dan tunangannya percaya bahwa uang ini akan membantu mereka masuk ke politik besar, dan mencari pengakuan Sheppey sebagai orang gila.

Produksi seni non-komersial Sheppey gagal, dan Maugham memutuskan untuk meninggalkan penulisan drama dan tidak pernah kembali bekerja untuk teater.

Beras. 61. John Boynton Priestley

John Boynton Priestley (1894-1984) ( beras. 61) lahir di kota Bradford (Yorkshire), dalam keluarga seorang guru. Pada tahun 1914, ia menjadi mahasiswa di Universitas Cambridge, tetapi dengan pecahnya Perang Dunia Pertama, ia menjadi sukarelawan di garis depan. Priestley menyelesaikan studinya di Universitas setelah perang berakhir. Dia segera mendapatkan ketenaran sebagai penulis esai, serta sarjana dan kritikus sastra. Ditulis pada tahun 1929, novel The Good Companions, memperkenalkan pembaca pada kehidupan aktor keliling, membawa Priestley sukses besar. Pengalaman penulis yang pertama dan luar biasa sukses dalam drama adalah lakon "Dangerous Turn", yang dipentaskan pada tahun 1932.

Sama seperti Maugham, Priestley mampu menyampaikan tipe manusia secara akurat dan menciptakan intrik. Pada saat yang sama, lakonnya lebih bermasalah daripada karya Maugham dan Shaw.

Dalam "A Dangerous Turn", Priestley, seperti Maugham, mengungkap apa yang tersembunyi di balik kesejahteraan eksternal kehidupan. Apa yang muncul di balik lapisan kebohongan dan tipu daya sungguh mengerikan. Penulis drama membangun lakon dengan prinsip "detektif ruang tertutup". Pembunuhan telah dilakukan dalam lingkaran sempit kenalan dekat, semua orang dicurigai, dan pada saat yang sama mereka semua menjadi detektif amatir.

Perlahan-lahan, rangkaian pengungkapan terungkap, dimulai dengan kata-kata yang tidak sengaja terlontar di sebuah pesta di penerbit Robert Kaplan, yang mengetahui bahwa saudara laki-laki tercinta Martin adalah seorang maniak seks dan tidak bunuh diri, seperti yang diyakini secara resmi, tetapi dibunuh oleh seorang wanita. . Hampir semua kerabatnya terlibat dalam kematiannya. Setelah mengetahui kebenaran yang mengerikan, Robert mengambil nyawanya sendiri. Tapi ini hanya versi kejadian hipotetis. Kegelapan berikutnya menghilang, dan suasana babak pertama kembali muncul di depan mata pemirsa. Karakter melakukan percakapan yang sama, dan frasa yang menjadi awal pemaparan tidak dikembangkan. "Giliran berbahaya" berlalu dengan aman, pesta berlanjut. Namun apa yang sebenarnya tersembunyi di balik jalan hidup yang tenang sudah diketahui oleh pemirsa.

Pada tahun 1937, drama Priestley Time and the Conway Family muncul, di mana penulis menggunakan teknik pergantian peristiwa. Aksinya dimulai pada tahun 1919 dengan liburan keluarga. Keluarga yang ramah dan kaya rayakan ulang tahun Kate. Gadis itu berusia dua puluh satu tahun, dia penuh harapan akan masa depan yang bahagia dan impian menjadi seorang penulis.

Babak kedua mengacu pada tahun 1937. Karakternya sama, tetapi semuanya tidak bahagia. Pesta yang berlangsung bertahun-tahun yang lalu adalah peristiwa yang mengubah kehidupan keluarga ke arah yang membawa semua anggotanya pada hasil yang menyedihkan.

Babak ketiga kembali mengacu pada tahun 1919, tetapi sekarang bagi penonton, yang telah mengetahui apa yang terjadi bertahun-tahun kemudian, pesta keluarga tampaknya tidak ceria dan bahagia.

Priestley juga membahas motif waktu dalam drama selanjutnya: “I was here before” (1937), “Music at night” (1938), “Johnson beyond the Jordan” (1939). Untuk memperdalam ciri-ciri tokohnya, penulis menempatkan mereka dalam lingkungan yang tidak biasa, yang mengungkapkan apa yang sebelumnya tersembunyi tidak hanya dari orang lain, tetapi juga dari diri mereka sendiri.

Dalam sejumlah lakon, Priestley menggunakan eksperimen yang berani. Maka dari itu, dalam drama "From Paradise Times" (1939) yang berlangsung di panggung teater di banyak negara Eropa, para aktornya memasuki karakter tepat di depan mata penonton bahkan berganti peran.

Penulis drama Inggris sangat menghargai karya Chekhov. Pengaruhnya paling nyata dalam lakon "Eden End" (1934). Eden End, yang mengingatkan pada The Cherry Orchard karya Chekhov, menceritakan kisah seorang wanita yang melarikan diri dari rumah orang tuanya bertahun-tahun yang lalu untuk menjadi seorang aktris. Sekarang dia kembali ke rumah ayahnya yang tenang dan nyaman, memimpikan perasaan bahagia lagi. Tetapi masa lalu tidak dapat dikembalikan, dan karakter dari drama tersebut, tidak peduli seberapa besar keinginan mereka, tidak dapat memulai hidup baru.

Komedi menempati tempat penting dalam dramaturgi Priestley. Dalam genre ini, penulis menciptakan sejumlah karya jenaka yang mengkritik kehidupan masyarakat. Komedinya sangat populer di negara-negara Eropa, tetapi tidak membawa banyak kesuksesan bagi penulis drama di tanah airnya.

Komedi The Rocket Grove (1933) dikenal luas. Seorang pemilik gudang alat tulis kecil yang biasa-biasa saja dan sederhana tiba-tiba mengaku kepada keluarganya bahwa dia sebenarnya memimpin sekelompok pemalsu. Kerabat, setelah mendengar tentang ini, menunjukkan rasa hormat kepadanya, meskipun sebelumnya mereka memperlakukannya dengan jijik. Mereka semua percaya bahwa dia tidak lebih buruk dari taipan keuangan besar yang membangkrutkannya selama krisis ekonomi dan mengubahnya menjadi penjahat.

Beberapa komedi membuktikan minat Priestley pada kehidupan perwakilan dari profesi tertentu (Love by the Light of Jupiter, 1936; Good Night, Kids, 1941).

Drama "Bees on board a ship" (1936) agak terpisah, yang oleh pengarangnya sendiri disebut sebagai "tragedi lucu dalam dua babak" dan "satir politik dalam bentuk lelucon". Para kru, yang ditinggalkan di kapal laut yang ditinggalkan oleh pemiliknya karena nasibnya selama krisis ekonomi, mencoba menyelamatkan kapal mereka dari segala macam upaya pembunuhan. Di final, kapal mati karena ledakan yang diorganisir oleh perusahaan - pemilik kapal.

Drama-utopia Priestley "Mereka Datang ke Kota" (1943), yang terinspirasi oleh novel utopis, juga tidak biasa. artis Inggris dan penulis William Morris's News from Nowhere, atau the Age of Happiness (1891). Pahlawan dalam lakon Priestley tinggal di kota yang tidak memiliki properti pribadi, mereka bahagia dan ceria. Dengan menggunakan teknik "pergeseran waktu", penulis memperkenalkan tokoh-tokoh lakon dari berbagai strata masyarakat Inggris modern, yang memandang berbeda kota yang tidak biasa dan penduduknya.

Dua drama lagi oleh Priestley diterima dengan penuh minat: The Inspector Came (1945) dan The Linden Family (1947).

Di lakon pertama, penulis naskah kembali menggunakan teknik favoritnya "pergeseran waktu". Keluarga industrialis Berling akan merayakan pertunangan putri mereka. Tiba-tiba, seorang inspektur polisi muncul di rumah tersebut, menyelidiki kasus bunuh diri seorang gadis bernama Eva Smith. Ternyata semua anggota keluarga bersalah atas kematiannya. Beurling memecatnya dari perusahaannya, putrinya memastikan bahwa Eva dikeluarkan dari toko, dan tunangannya merayu dan meninggalkan yang malang. Yang terpenting, istri Burling, yang memiliki pengaruh dalam amal, memastikan bahwa bantuan gadis itu ditolak.

Setelah mengetahui segalanya, inspektur pergi, dan keluarga Berling, yang terkejut karena tindakan mereka merujuk pada gadis yang sama, mulai menelepon rumah sakit dan polisi. Mereka mengetahui bahwa tidak ada kasus bunuh diri, dan inspektur dengan nama itu tidak bekerja untuk polisi. Keluarga Berling menjadi tenang, tetapi ternyata terlalu cepat. Tiba-tiba telepon berdering, dan kepala keluarga diberi tahu bahwa seorang gadis yang sebelumnya bekerja di pabriknya telah meninggal di rumah sakit, dan seorang inspektur polisi akan datang untuk mengklarifikasi keadaan kematian tersebut.

Pada tahun 1950-an, Priestley terus bekerja dalam penulisan drama, tetapi dia tidak dapat lagi menulis sesuatu yang penting.

Kontribusi besar bagi perkembangan drama Inggris dibuat oleh penyair Thomas Stearns Eliot (1888-1965) (Gbr. 62), yang bercita-cita menciptakan drama puitis baru berdasarkan tradisi seni kuno dan abad pertengahan.

Beras. 62. Thomas Stearns Eliot

Eliot lahir di AS. Pada tahun 1910 dia datang ke Eropa untuk belajar di Sorbonne. Pembentukannya sebagai penulis terjadi di bawah pengaruh tren modernis yang muncul di awal abad ini. Tidak puas dengan budaya borjuis modern, dalam pencariannya Eliot beralih ke neoklasikisme, berdasarkan tradisi kuno dan Abad Pertengahan.

Transisi Eliot dari lirik ke drama terkait dengan keinginannya yang kuat untuk menyampaikan "spiritualitas sejati", cita-cita humanisme kepada lebih banyak orang. Tujuan ini dikejar oleh semua dramanya yang muncul pada tahun 1930-an, dan kemudian pada tahun 1940-an dan 1950-an (Murder in the Cathedral, 1935; Family Reunion, 1938; Cocktail Party, 1949; Private Secretary), 1953; "The Elder Statesman" , 1958).

Pertanyaan tentang tanggung jawab pribadi seseorang atas segala sesuatu yang terjadi di dunia diangkat oleh lakon "Pembunuhan di Katedral", yang merupakan contoh nyata dari tragedi puitis Eliot. Menciptakan karyanya di masa damai, penulis drama itu tampaknya meramalkan perang dunia yang akan datang, yang sebelumnya masih tersisa lima tahun.

"Pembunuhan di Katedral" dimaksudkan untuk ditampilkan di Festival Canterbury, di mana karya lain yang menceritakan tentang nasib Thomas Becket, Uskup Agung Canterbury, yang hidup di abad ke-12, ditampilkan. Becket membantu Henry II memperjuangkan monarki terpusat, tetapi kemudian menjadi lawan raja, yang dia bayar dengan nyawanya. Setelah kematiannya, uskup agung dikanonisasi oleh gereja sebagai orang suci. Kepribadian Becket masih menimbulkan kontroversi di kalangan sejarawan dan penulis. Eliot menampilkan pahlawannya sebagai seorang pria yang tindakannya didorong oleh keinginan akan spiritualitas yang tinggi, itulah sebabnya dia berperang melawan kepentingan dasar raja dan antek-anteknya. Dengan menerima kesyahidan, Becket menanggung dosa umat manusia dan membuka jalan bagi manusia menuju humanisme dan kebenaran.

Drama yang memadukan bahasa puitis dengan prosa ini tidak hanya didasarkan pada materi sejarah, tetapi juga pada realitas tahun 1930-an. Jadi, pidato para ksatria yang membunuh uskup agung sangat mirip dengan pidato sayap kanan dengan ancaman "malam pisau panjang" kepada semua orang yang tidak setuju dengan ide mereka.

Perwakilan terbesar dari dramaturgi sayap kiri Inggris adalah penyair Whiston Hugh Auden (1907-1973) dan novelis Christopher Isherwood (lahir tahun 1904), yang berupaya menciptakan drama puitis modern berdasarkan tradisi balai musik Inggris. .

Pada tahun 1933, Auden menulis lakon Dance of Death, yang meramalkan akhir dari masyarakat borjuis modern. Pada tahun 1936 dipentaskan oleh sutradara Rupert Doone di panggung Teater Grup London. Di masa depan, penulis naskah bekerja sama dengan Isherwood.

Drama Auden dan Isherwood The Dog Under the Skin (1935), yang dipentaskan pada tahun 1936, disambut dengan penuh minat. Karya yang mengandung unsur parodi, puisi tinggi, agitprop, dongeng, ekspresionisme ini sekaligus memiliki kesatuan gaya.

Setiap tahun, penduduk desa Pressen Embo mengirim salah satu pemuda untuk mencari Sir Francis, pewaris perkebunan yang tiba-tiba menghilang. Giliran datang ke Alan Norman, seorang pria yang jujur ​​\u200b\u200bdan sederhana. Bersama dia, anjing Francis, yang tinggal di satu atau beberapa keluarga, pulih dalam perjalanannya. Wisatawan mengunjungi banyak negara dan bertemu orang yang berbeda, tetapi ahli waris tidak pernah ditemukan. Alan telah memutuskan untuk mengabaikan pencarian lebih lanjut ketika dia mengetahui bahwa anjingnya adalah buronan Sir Francis. Kulit anjing membantunya belajar banyak, memahami betapa busuknya fondasi sosial. Kembali ke desanya, Francis melihat bahwa ide-ide fasisme di dalamnya menang atas yang lainnya. Bersama sekelompok anak muda, ahli waris pergi untuk melawan ketidakadilan dan kejahatan.

Yang sangat menarik adalah lakon Auden dan Isherwood On the Border (1938), penuh simbolisme, yang menceritakan tentang dua keluarga yang tinggal di ruangan yang sama. Di antara mereka ada garis tak terlihat yang mengubah mereka menjadi dua pihak yang bertikai. Di antara karakter drama tersebut adalah kekasih muda yang termasuk dalam keluarga ini, yang bersatu hanya setelah kematian, Sinis, yang menjelaskan sifat fasisme (kepala kepercayaan baja), dan Pemimpin, demagog, yang diberi makan oleh Sinis.

Selanjutnya, Auden dan Isherwood berangkat dari ide mereka sebelumnya. Pada tahun 1966, novel Isherwood Farewell to Berlin (1939), yang menceritakan tentang Jerman sebelum Nazi berkuasa, dipentaskan ke dalam musik Cabaret, dan pada tahun 1972 - film terkenal dengan nama yang sama.

Perang Dunia Pertama dan masa sebelumnya menghancurkan sistem usaha teater yang telah dibentuk pada abad ke-19, dipimpin oleh aktor G. B. Tree, G. Irving, J. Alexander. Teater komersial di West End mengemuka dalam kehidupan teater Inggris, menawarkan tontonan yang ceria dan spektakuler kepada orang-orang yang lelah dengan perang. Farces, melodrama, komedi ringan, serta pertunjukan musik sangat populer.

Situasi di dunia teater belum berubah di tahun-tahun pasca perang. Genre ringan masih menguasai panggung, dan drama serius oleh Strindberg, Ibsen, Chekhov hanya dapat dilihat di panggung teater kecil London (Evryman, Barnes) dan klub teater. Kritikus Amerika T. Dickinson menulis tentang teater Inggris pada masa itu: “Kepulauan Inggris terisolasi secara politik. Teater Inggris berada dalam isolasi yang serupa. Pada tahun 1920-an, teater Britania Raya terbukti sangat tidak mampu menanggapi dorongan mendalam yang memandu teater di Benua Eropa.

Pemuda Inggris, yang menolak tradisi era Victoria dan bercita-cita untuk gaya hidup Amerika, bosan dengan Shakespeare, yang dramanya menghilang dari panggung West End.

Pertunjukan Teater Festival Cambridge, dipimpin oleh Terence Grey pada tahun 1926-1933, menjadi parodi nyata dari Shakespeare yang hebat. Jadi, dalam The Merchant of Venice, Portia menyampaikan monolognya yang terkenal tentang belas kasihan dengan tatapan bosan, suara tanpa ekspresi sama sekali, dan para juri yang duduk di depannya menguap. Para bangsawan di Henry VIII, yang dipentaskan oleh Gray, mengenakan kostum jack dan ratu kartu, dan alih-alih beberapa karakter, penonton melihat tiruan dari kartu remi.

Menariknya, menyangkal klasik, sutradara Inggris pada masa itu sering beralih ke komedi era Restorasi. Di antara mereka adalah aktor terkenal, sutradara dan pemilik Lyric Theatre di London, Nigel Playfair, yang mementaskan sejumlah komedi lawas. Di panggung Lyrica, pertunjukan berdasarkan lakon komedian abad ke-18, yang ditafsirkan dalam semangat zaman, juga dipentaskan. Misalnya, Opera Pengemis John Gay, yang tidak meninggalkan panggung Lyric selama tiga tahun, kehilangan fokus satirnya dan berubah menjadi tontonan yang ringan dan ceria. Dalam interpretasi Playfair, lakon Gay mewakili zaman yang riang dan ceria, suasananya terbantu untuk menyampaikan lilin yang menyala di kandil auditorium, wig musisi orkestra teater, serta musik Handel dan Purcell . N. Marshall dengan sangat akurat menggambarkan keterampilan gaya Playfair sebagai sutradara: "Dalam teater Inggris tanpa gaya saat itu, dia memberikan contoh gaya panggung yang elegan dan holistik."

Bintang Teater Lirik adalah aktris Edith Evans (1888-1976), yang memulai dengan peran pahlawan wanita komedi muda selama Restorasi. Kesuksesan besar pada tahun 1924 memberinya citra Milliment dalam lakon "Demikianlah yang mereka lakukan di dunia" berdasarkan lakon oleh Congreve. Milliment, seperti Sallen dalam "Cunning Plan of the Dandies" karya Farker, adalah makhluk yang luar biasa ceria dan anggun, berusaha untuk mengetahui semua kegembiraan hidup.

Drama Bernard Shaw, dimainkan di panggung West End dan di teater kecil eksperimental, menikmati kesuksesan besar dengan penonton Inggris tahun 1920-an. St Joan, yang dipentaskan di Teater Baru, membawa kesuksesan komersial yang besar bagi penciptanya. Pertunjukan tersebut tidak meninggalkan panggung dalam waktu yang lama, bertahan lebih dari dua ratus empat puluh pertunjukan. Peran Jeanne dimainkan oleh aktris tragis terkenal Sybil Thorndike (1886-1976).

Peran Jeanne dimaksudkan untuk Sybil Thorndike oleh Bernard Shaw sendiri. Dia berlatih dengannya dan aktor lainnya, mencoba untuk mengesankan mereka dengan gagasan bahwa mereka memainkan drama modern, dan bukan drama kostum yang didedikasikan untuk masa lalu. Sybil Thorndike berperan sebagai pahlawan wanita yang ciri utamanya bukanlah romansa, tetapi pikiran yang tenang dan kekuatan moral. Melihat Zhanna, penonton mengerti bahwa gadis petani sederhana ini, yang membuktikan dirinya dalam pertempuran yang telah lama berlalu, bisa menjadi pahlawan wanita Perang Dunia Pertama modern.

Pada akhir tahun 1920-an di lingkaran teater lahirlah ide untuk mengadakan festival tahunan drama Bernard Shaw di kota kecil Malvern. Festival Malvern pertama berlangsung pada awal 1929 dan dibuka dengan permainan Shaw The Apple Cart. Peran karakter utama aktris Edith Evans bermain dalam pertunjukan ini. Festival ini berlangsung hingga pecahnya Perang Dunia II.

Barry Jackson (1879-1961), yang mengepalai Teater Perbendaharaan Birmingham, memainkan peran utama dalam menyelenggarakan Festival Malvern. Teater ini dibuka pada tahun 1913, kira-kira pada waktu yang sama dengan teater perbendaharaan di Bristol, Manchester, Liverpool. Tidak seperti yang komersial, mereka memiliki rombongan permanen dan memainkan permainan yang serius dan bermasalah. Di atas panggung di Birmingham teater perbendaharaan ada pertunjukan berdasarkan karya D. Galsworthy, A. Strindberg, B. Frank, G. Kaiser dan, tentu saja, B. Shaw. Pada tahun 1923, Barry Jackson mementaskan pentaloginya Kembali ke Methuselah, di mana aktor terkenal London, termasuk Edith Evans, bermain bersama dengan perwakilan rombongan teater Birmingham. Shaw juga ambil bagian dalam latihan.

Pada tahun 1925, di London, rombongan Barry Jackson menampilkan "Hamlet" (sutradara - G. Eilif). Penonton London tidak pernah begitu terkejut: Hamlet mengenakan pakaian olahraga, Laertes dengan celana Oxford naik ke atas panggung dengan koper dengan stiker cerah: "Penumpang ke Paris." Polonius mengenakan jas berekor, dan Claudius mengenakan gaun ganti dari sutra merah tua. Para abdi dalem raja bermain bridge dan minum wiski. Kerajaan Denmark telah berubah menjadi Inggris modern dengan tradisinya yang mapan. Ke dunia munafik tua inilah Hamlet masuk dengan kebenarannya, dibawa dari parit Perang Dunia Pertama.

Pada 1920-an, drama Chekhov muncul di repertoar teater di Inggris. Peran penting dalam membiasakan penonton Inggris dengan karya-karya Chekhov dimainkan oleh sutradara Fyodor Komissarzhevsky (1882-1954), yang diundang pada tahun 1925 oleh pengusaha Philip Ridgway ke Teater Barnes. Penampilan pertama yang dipentaskan oleh sutradara Rusia di panggung Barnes adalah Ivanov ( peran utama itu dilakukan oleh R. Farkerson). Kemudian Three Sisters (1926) dipentaskan, ditafsirkan oleh Komissarzhevsky sebagai tontonan puitis yang diangkat secara romantis dan luar biasa. Sutradara menggunakan pencahayaan terang dan efek warna, yang tidak biasa untuk gaya Chekhov. Pada tahun yang sama, 1926, penonton "Barnes" melihat dua drama Chekhov lagi - "Paman Vanya" dan "The Cherry Orchard".

Pada tahun-tahun itu Drama Chekhov dipentaskan hanya di teater kecil, dan baru pada tahun 1930-an mereka dapat melihat hampir seluruh publik Inggris. Pada saat yang sama, seluruh galaksi muncul di negara tersebut aktor berbakat. Bersama bintang-bintang tahun 1920-an (Sybil Thorndike, Edith Evans, dll.), Laurence Olivier, John Gielgud, Peggy Ashcroft, Ralph Richardson, Alec Guinness bersinar di panggung Inggris. Anda bisa melihat mereka bermain terutama di perusahaan Old Vic dan Gielgud di teater New and Queens.

Terletak di Jalan Waterloo, Old Vic dibuka pada abad ke-19, tetapi dikenal luas sebelum Perang Dunia Pertama. Pada tahun 1918-1923, drama Shakespeare dipertunjukkan di atas panggungnya, di mana aktor Inggris terbaik bermain, yang menolak bayaran tinggi dari West End demi seni nyata. Edith Evans diundang ke semua teater di West End, tapi dia lebih suka gaji kecil di Old Vic. Dalam drama Shakespeare, dia memainkan banyak peran, termasuk Katarina, Viola, Rosalind.

Shklovsky Viktor Borisovich

pengarang Vasiliev, (kritikus seni) Alexander Alexandrovich

Dari buku Kehidupan sehari-hari Penguasa Moskow pada abad ke-17 pengarang Chernaya Lyudmila Alekseevna

Kata pengantar penerjemah bahasa Inggris Dokumen sejarah yang menjelaskan konsep dasar yang terkait dengan bushido (konsep "bushido", seperti "samurai", telah memasuki bahasa Barat sebagai kata pinjaman yang menunjukkan "semangat nasional, terutama militer, Jepang; tradisional

Dari buku Moscow Addresses oleh Leo Tolstoy. Untuk peringatan 200 tahun Perang Patriotik tahun 1812 pengarang

Sebuah Novel Klasik Inggris Tentang bagaimana Fielding menggunakan pengakuan untuk membawa novelnya ke sebuah kesimpulan yang sukses. Bagaimana pengakuan ini berbeda dari pengakuan drama kuno Orang-orang di dunia tidak setara - ada yang kaya, ada yang miskin, semua orang terbiasa dengan ini. Itu ada di

Dari buku Moscow under the Romanovs. Untuk peringatan 400 tahun dinasti Romanov pengarang Vaskin Alexander Anatolievich

melange Inggris Saya pertama kali datang ke London pada tahun 1983. Saat itu, di Kings Road di Chelsea, punk yang memukau berkeliaran, dedaunan musim gugur bercampur hujan menyanyikan sesuatu dari Britten untuk kami, bus bertingkat merah menggemakan telepon merah kusam klasik

Dari buku Tradisi Rakyat Tiongkok pengarang Martyanova Ludmila Mikhailovna

Teater Teater istana pertama, yang ada pada 1672-1676, didefinisikan oleh Tsar Alexei Mikhailovich sendiri dan orang-orang sezamannya sebagai semacam "kesenangan" dan "kesejukan" bermodel baru dalam citra dan rupa teater raja-raja Eropa. Teater di istana tidak segera muncul. Rusia

Dari buku 5 O'clock dan tradisi Inggris lainnya pengarang Pavlovskaya Anna Valentinovna

Dari buku penulis

Tunas Masyarakat Sipil: Klub Inggris "Concordia et laetitia" Selama era Catherine Klub Inggris muncul di Moskow, itu terjadi pada 1772. Karena klub sebagai fenomena kehidupan sosial di Rusia adalah hasil dari pengaruh Barat secara eksklusif, itu cukup

Teater pertama di London, yang disebut Theatre, dibuka pada tahun 1577 oleh aktor James Burbage di Shoreditch. Beberapa bulan kemudian, teater kedua dibuka di dekatnya, yang disebut Tirai. Segera Burbage dan putranya Thomas, yang menjadi lebih terkenal dari ayahnya, mengorganisir Teater Black Brothers - untuk menghormati ordo Dominika biara, karena panggung dipasang di ruang makan biara tua. Namun, semua teater terus-menerus diserang oleh otoritas London, yang mengutuk tempat-tempat ini sebagai iblis neraka dan sumber kemalangan, tempat kemalasan dan pesta pora, kumpulan orang-orang jahat yang bersemangat melihat anak laki-laki berpakaian wanita. - dengan kata lain, tempat bagi mereka yang lebih suka mendengar suara terompet untuk menonton pertunjukan daripada mendengar khotbah dengan suara lonceng.

Di Southwark, para aktor memiliki kemauan yang lebih besar daripada di kota, di mana kehidupan teater sangat dibatasi oleh aturan yang ditetapkan oleh pihak berwenang. Selain itu, Tula dapat dengan mudah dicapai dengan perahu atau jembatan. Pada saat penutupan biara, bagian dari Southwark, yang sebelumnya menjadi milik biara Bermondsey dan biara Santa Perawan Maria, menjadi milik raja. Pada tahun 1550 dijual ke kota dengan harga sekitar seribu pound. Hanya dua petak yang belum terjual, yang tetap berada di luar yurisdiksi kota. Di satu berdiri penjara, yang lain disebut ("Taman Paris"); di dua situs inilah teater muncul pada masa Ratu Elizabeth, bebas dari larangan dan sensor London. Di Rose Theatre, yang dibangun pada tahun 1587, drama Marlowe dipentaskan untuk pertama kalinya, dan bakat Edward Alleyn berkembang di atas panggung di sini. Kemudian datanglah teater "Swan" (pada 1596), "Globe" (pada 1599; sepersepuluhnya milik Shakespeare) dan pada 1613 - "Hope".

Warga London terpikat ke teater ini dan teater lainnya dengan terompet keras dan bendera yang melambai. Uang dikumpulkan dari pengunjung langsung di teater dan ditempatkan di kotak khusus, yang kemudian dikunci di ruangan kecil - box office (di "lemari kotak uang"). Penonton duduk di kursi berlengan yang disusun berjenjang mengelilingi panggung, atau di bangku tepat di atas panggung, dan pertunjukan dimulai dengan seruan nyaring mereka. Para aktor memainkan peran mereka, dan penonton menyela mereka dengan teriakan, hinaan, atau pujian yang marah atau menyetujui. Ini berlanjut hingga akhir pertunjukan, setelah itu panggung diisi oleh penari, pemain sulap, dan pemain akrobat; pedagang kaki lima dengan nampan dan keranjang terjepit di sepanjang gang di antara kursi penonton, menjual pai, buah-buahan, jamu, buklet; pria baik pada wanita. Pekerja teater sering merokok, udara dipenuhi asap tembakau, kursi kayu sering terbakar, dan penonton bergegas ke pintu. terbakar pada tahun yang sama saat Nadezhda dibuka; hanya satu orang yang terluka dalam proses itu - celananya terbakar, tetapi dia segera memadamkannya dengan menuangkan bir dari botol.

Di dekat teater terdapat taman dengan beruang, arena untuk memancing banteng yang diikat dengan anjing, tempat sabung ayam, yang menarik beragam penonton - kaya dan miskin, bangsawan dan orang biasa. Usai menikmati penampilan Othello atau Edward II, keesokan harinya penonton pergi menonton beruang yang diumpani anjing di Paris Garden, ayam aduan yang melepaskan tajinya menutupi pasir arena dengan darah dan bulu, anjing-anjing terbang jauh dari hantaman banteng gila (anjing-anjing ditangkap dalam perangkap anyaman agar tidak lumpuh saat jatuh dan dapat terus bertarung), pada orang-orang yang menebas dengan pedang, memotong telinga dan jari satu sama lain di bawah persetujuan yang keras dari kerumunan.

teater West End

Wajah jalanan West End telah berubah secara dramatis. Banyak bangunan abad XVIII. direkonstruksi baik luar maupun dalam sesuai dengan selera zaman. Jadi, di Jalan Grafton (sekarang Salon Helena Rubinstein), Nyonya Arthur James memamerkan kekayaannya dengan renovasi rumah yang dirancang pada tahun 1750-an secara mengesankan. Tuan Robert Taylor.

Banyak bangunan dibangun di Georgia, Kabupaten dan Gaya Victoria, melahirkan teater baru seperti Teater Duke of York, Teater baru, The Rock, Palladium, Gaiety, Teater Yang Mulia, Paviliun London, Istana, Apollo, Wyndhams, Hippolrom, Strand, Aldwych, Globe ”, “Queens” dan “Coliseum”. Semuanya dibangun selama sepuluh tahun terakhir masa pemerintahan Ratu Victoria dan sembilan tahun masa pemerintahan Edward sendiri.

Ratusan bangunan tua dihancurkan untuk membuka jalan bagi pertokoan, arena perbelanjaan besar dengan jendela kaca pelat yang mewah dan pintu mahoni bertatahkan kuningan. Pada tahun 1901, dinding terakota Harrods General Store di Brompton Road mulai berdiri. Itu segera diikuti oleh pembangunan toko jalanan baru dengan gaya barok yang berlebihan, seperti Wearing and Gillows (1906), berukuran sangat besar, khususnya, bangunan megah yang mulai dibangun oleh pedagang pada tahun 1909 Harry Selfridge dari Wisconsin.

Pada saat toko Selfridge selesai dibangun, Regent Street telah berubah total; Aldwych Loop melintasi labirin jalan-jalan di utara Strand di seberang Somerset House, dilapisi dengan bangunan-bangunan monumental, dan Jalan Kingsway membentang ke utara hingga Holborn.

Seni drama di Inggris muncul sejak lama. Itu berasal dari pertunjukan jalanan yang diadakan pada hari libur gereja dan berfungsi sebagai semacam moralisasi. Di zaman Renaisans, semua bidang seni memperoleh karakter yang lebih sekuler dan menjauh dari tema religius. Pada saat inilah teater, revolusioner pada waktu itu, muncul, di mana W. Shakespeare, yang sekarang dikenal di seluruh dunia, mementaskan drama.

Perkembangan teater modern berjuang untuk realisme maksimal di semua bidangnya, bahkan memikirkan kembali plot klasik. Sekarang teater Inggris memukau tidak hanya dengan pertunjukan yang menarik, tetapi juga dengan arsitektur asli, serta keputusan sutradara yang tidak biasa.

Jika Anda merencanakan perjalanan ke London, pastikan untuk mengunjungi Teater Piccadilly. Itu telah ada selama lebih dari delapan dekade dan menyenangkan para penikmat seni teater tidak hanya dengan produksi modern, tetapi juga dengan produksi klasik tradisional.

Salah satu teater tertua di London adalah Teater Aldwych, yang telah mengumpulkan seluruh kota di sekitarnya selama lebih dari satu abad. Aktor ternama seperti Joan Collins, Vivien Leigh, Basil Rathbone dan lainnya pernah tampil di atas panggungnya.

Penggemar terang pertunjukan musik Layak dikunjungi adalah Teater New London. Musikal itulah yang membuat teater yang agak muda di tahun 70-80an abad lalu menjadi terkenal di kalangan anak muda. Hingga saat ini, ia menyenangkan penonton dengan penampilan di tingkat dunia, dengan penampilan panggung yang hidup dan musik yang bagus.

Teater lain di London, yang terkenal dengan pertunjukan dalam gaya drama musikal dan komedi, adalah Teater Shaftesbury. Belum lama berselang, dia merayakan ulang tahun keseratusnya - karya teater tidak berhenti bahkan selama Perang Dunia Kedua. Bangunan teater ini patut mendapat perhatian khusus karena desainnya yang kuno dan tidak biasa.

Di antara teater modern London menonjol dari Teater Pinkock. Itu cukup bertahan dalam persaingan dengan teater lama karena pendekatan inovatifnya terhadap dramaturgi klasik. Adegan sering menggunakan unsur modern tarian jalanan dan bahkan nomor akrobatik untuk meningkatkan efek permainan.

Bangunan Grand Opera di Belfast memukau dengan keindahannya. Dibangun pada abad ke-19, ini bukan hanya tengara arsitektur bergaya oriental, tetapi juga menyenangkan penggemar teater dengan repertoar klasik dan akustiknya yang luar biasa.

Pusat utama seni drama di Inggris Raya disebut teater kerajaan Jalur Druri. Terletak di London dan memainkan peran penting dalam perkembangan teater di negara tersebut. Selama keberadaannya, banyak aktor ternama yang berhasil mengunjungi panggungnya.

Monumen arsitektur Inggris Raya lainnya adalah Teater Yang Mulia. Teater ini dibuat pada awal abad ke-18, dan pada akhir abad ke-19 dipindahkan ke gedung baru yang besar, di mana ia masih berada. Ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, dan repertoar klasik akan menarik bagi semua pecinta bentuk seni ini. Teater ini terletak di London, di sebelah barat Westminster.

Departemen Pendidikan Kota Administrasi Polysaevo

Pusat informasi dan metodologi

Kota lembaga pendidikan

"Sekolah menengah No. 35"

Sejarah teater di Inggris

proyek Penelitian

Polysaevo 2007

Departemen Pendidikan Kota Administrasi Polysaevo

Pusat informasi dan metodologi

lembaga pendidikan kota

"Sekolah menengah No. 35"

Sejarah teater di Inggris

Daria Putintseva,

Diajukan riset berisi uraian tentang sejarah teater di Britania Raya. Proyek penelitian mencirikan teater Inggris dari Abad Pertengahan hingga saat ini, arah dan kecenderungannya. Karya tersebut menelusuri pembentukan dan perkembangan tren teater utama, orisinalitas perjuangan teater pada berbagai tahap perkembangan sejarah. Perhatian khusus diberikan pada masalah kekhususan nasional teater Inggris.

Sejarah teater di Inggris: riset / . - Polysaevo: Pusat Informasi dan Metodologi, 2007.

Catatan penjelasan

Tujuan pekerjaan: pengenalan budaya asing.

Tugas kerja: memperluas pengetahuan budaya tentang Inggris.

Teater Inggris adalah bagian integral dari budaya dunia. Tradisi terbaik seni nasional Inggris telah memperkaya proses teater dunia. Karya aktor, sutradara, dan penulis naskah Inggris memenangkan cinta dan pengakuan jauh melampaui batas Inggris.

Karya para aktor, sutradara, penulis drama Inggris Raya telah lama mendapat pengakuan dan cinta di Rusia.

Sejarah teater telah lama dikaitkan dengan sejarah umat manusia. Dari halaman awal sejarah itu, sebagaimana umat manusia mengingat dirinya sendiri, ia juga mengingat teater yang telah menjadi pendamping abadinya.

Apakah Anda menyukai teater seperti saya menyukainya? - rekan senegaranya yang hebat Vissarion Belinsky bertanya kepada orang-orang sezamannya, sangat yakin bahwa seseorang tidak bisa tidak mencintai teater.

Apakah Anda suka teater? Dengan pertanyaan yang sama lebih dari 20 abad yang lalu, bapak-bapak besar teater kuno Aeschylus dan Sophocles, Euripides dan Aristophanes bisa saja menoleh ke penonton mereka, yang memenuhi bangku-bangku batu amfiteater besar di udara terbuka Hellas.

Mengikuti mereka, sudah di abad-abad lain, zaman sejarah lainnya, dengan daya tarik serupa bagi orang-orang sezaman mereka, Shakespeare dan Ben Jonson di Inggris dapat berubah. Dan semuanya, bertanya kepada orang-orang pada masanya: "Apakah Anda suka teater?" - akan berhak mengandalkan jawaban afirmatif.

Teater Inggris, sastra, musik adalah bagian integral dari budaya dunia. Tradisi terbaik budaya Inggris telah memperkaya proses budaya dunia, memenangkan cinta dan pengakuan jauh melampaui batas Inggris.

Karya penulis drama Inggris telah lama dikenal dan dicintai di Rusia. Aktor terhebat teater Rusia bermain dalam tragedi Shakespeare.

Dalam sejarah budaya Inggris, periode utama berikut dibedakan: Abad Pertengahan, Renaisans, abad ke-17, abad ke-18 (Pencerahan), abad ke-19 (romantisme, realisme kritis), periode akhir abad ke-19 - awal abad ke-20 (1871 - 1917) dan abad ke-20 , di mana dua periode dibedakan: 1917 - 1945. dan 1945–sekarang.

Awal Abad Pertengahan ( V – XI abad)

Pada abad ke-6 SM, Kepulauan Inggris diserang oleh Celtic. Pada abad ke-1 M, Inggris ditaklukkan oleh Romawi. Aturan Kekaisaran Romawi berlanjut hingga abad ke-5, ketika Anglo-Saxon dan Jutes menyerbu wilayah Inggris. Suku Anglo-Saxon membawa bahasa, budaya, dan cara hidup mereka ke Kepulauan Inggris.

Sejarah teater abad pertengahan adalah sejarah pergulatan antara pandangan hidup yang idealis dan religius dengan pandangan dunia masyarakat yang realistis.

Selama berabad-abad dalam kehidupan masyarakat feodal Eropa, tradisi perayaan ritual pagan yang mengandung unsur teatrikalisasi telah dilestarikan: bentrokan Musim Dingin dan Musim Panas, Pertandingan Mei, di mana sandiwara dilakukan dengan partisipasi Raja dan Ratu Mei, dll. dll Rombongan menjelajahi Eropa hiburan rakyat - sejarah. Mereka tahu bagaimana melakukan segalanya: bernyanyi, menari, menyulap, berakting. Memainkan adegan-adegan lucu, tak hanya menghibur penonton, tapi juga mencemooh mereka yang menindas dan menindas rakyat biasa. Oleh karena itu, gereja melarang permainan ritual, menganiaya histrion, tetapi tidak berdaya untuk menghancurkan kecintaan masyarakat terhadap pertunjukan teater.

Dalam upaya mengefektifkan kebaktian gereja - liturgi -, para pendeta sendiri mulai menggunakan bentuk-bentuk teatrikal. Genre pertama teater abad pertengahan muncul - drama liturgi (abad IX-XIII). Selama liturgi, para imam memerankan cerita-cerita dari Kitab Suci. Seiring waktu, pertunjukan drama liturgi dibawa keluar gereja ke beranda dan halaman gereja.

XI – XV abad

Pada abad ke-11, Kepulauan Inggris ditaklukkan oleh orang Normandia. Ini berkontribusi pada pengaruh Prancis pada kehidupan budaya negara itu.

Pada abad XIII-XIV. muncul dan genre baru pertunjukan teater abad pertengahan – mirakl ("keajaiban"). Plot keajaiban dipinjam dari legenda tentang orang-orang kudus dan perawan Maria.

Puncak teater abad pertengahan – Misteri . Ini berkembang pada abad XIV-XV, selama masa kejayaan kota abad pertengahan. Misteri dimainkan di alun-alun kota. Representasi misteri itu sangat besar - dan menurut jumlah peserta, Alegori" href="/text/category/allegoriya/" rel="bookmark"> alegoris. Karakter moralitas biasanya mempersonifikasikan berbagai sifat manusia, sifat buruk dan kebajikannya .

Pahlawan moralitas adalah orang pada umumnya. "Setiap orang" - itulah nama moralitas Inggris di akhir abad ke-15. Dalam lakon ini, Kematian menampakkan diri kepada setiap orang dan memanggilnya dalam "perjalanan panjang", memungkinkan dia untuk membawa teman mana pun bersamanya. Seseorang beralih ke Persahabatan, Kekerabatan, Kekayaan, tetapi ditolak di mana-mana. Kekuatan, Kecantikan, Nalar, Panca Indera setuju untuk menemani seseorang, tetapi di ujung kuburan mereka semua meninggalkannya. Hanya Perbuatan Baik yang melompat ke kuburan bersamanya. Moralite meninggalkan subjek alkitabiah, tetapi tetap mempertahankan peneguhan agama.

Lelucon - genre pertama teater abad pertengahan yang melanggar moralitas agama. Lelucon, genre ceria dan satir, mencemooh konsep sosial, politik, dan moral masyarakat feodal. Ksatria bodoh, pedagang rakus, biksu menggairahkan bertindak dalam sandiwara. Tetapi pahlawan sejati dari genre ini, dari semua plot yang tidak terlalu baik, tetapi selalu lucu, lucu, adalah bajingan ceria dari orang biasa. Dalam sebuah lelucon, orang yang mengecoh semua orang itu benar.

Pengalaman pertunjukan lucu banyak digunakan oleh teater era berikutnya. Komedi Shakespeare tidak hanya mengadopsi metode lelucon badut, tetapi juga semangat pemikiran bebas populer yang mengisinya.

Renaisans

Di XV - Abad XVI V negara-negara Eropa ada "pergolakan terbesar progresif dari semua yang dialami umat manusia hingga saat itu", - transisi dari Abad Pertengahan feodal ke waktu baru, ditandai dengan periode awal perkembangan kapitalisme. Era transisi ini disebut Renaisans, atau Renaisans.

Itu adalah era munculnya budaya baru, melanggar dogma-dogma agama, era perkembangan pesat seni dan sastra, yang menghidupkan kembali cita-cita zaman kuno. Peluang besar untuk aktif aktivitas kreatif. Di era ini, pembentukan budaya nasional terjadi.

Abad ke-16 di Inggris adalah masa kejayaan drama. Teater Inggris menanggapi minat populer dan sangat populer dalam suasana kebangkitan nasional. Pada akhir abad ke-16, ada sekitar dua puluh teater di London; di antaranya, Teater James Burbage dan Teater Philip Hensloe sangat terkenal. Perkembangan budaya teater bukannya tanpa kesulitan, kendala utamanya adalah tindakan kaum Puritan yang menganggap teater sebagai urusan "setan".

Penulis drama saat itu termasuk Robert Greene, Thomas Kidd, Christopher Marlowe dan lain-lain.

Drama Beaumont (1584-1616) dan Fletcher (1579-1625) menjadi ciri era lain dalam sejarah teater Inggris. Mereka berusaha untuk membuat teater menjadi aristokrat, untuk memperkenalkan kecanggihan dan kesopanan tertentu ke dalam pertunjukan panggung. Mulia, ide-ide monarkis menjadi subjek perhatian khusus di teater Beaumont dan Fletcher. Panggilan untuk pelayanan tanpa pamrih kepada raja terus terdengar dari atas panggung.

William Shakespeare

Teater Renaisans Inggris berutang masa kejayaannya, pertama-tama, kepada William Shakespeare. Dramaturgi Shakespeare adalah hasil dari semua perkembangan drama sebelumnya, puncak teater.

"Tragedi itu lahir di alun-alun" - tulisnya, mengacu pada asal-usul karya Shakespeare yang jauh - teater rakyat dari misteri abad pertengahan. Tradisi teater alun-alun - liputan peristiwa yang luas, pergantian episode komedi dan tragis, dinamika aksi - dilestarikan oleh pendahulu Shakespeare - penulis naskah R. Green, K. Marlo, dan lainnya. Mereka membawa ide-ide cinta kebebasan ke atas panggung, menunjukkan pahlawan baru dengan kemauan yang kuat dan karakter yang utuh.

Pada periode pertama karyanya yang "optimis", Shakespeare menulis komedi yang dikipasi dengan suasana hati yang ceria dan ceria. Tetapi ketika "lautan bencana" terbuka di depan tatapan tajam penyair, ketika perjalanan sejarah yang tak terhindarkan semakin tajam mengungkap kontradiksi feodalisme dan kapitalisme yang muncul, pahlawan ideal dalam karya-karyanya digantikan oleh haus kekuasaan, orang yang egois dan mementingkan diri sendiri, dan terkadang bahkan penjahat.

Untuk pertama kalinya giliran ini terungkap dalam tragedi "Hamlet". Tetapi para pahlawan Shakespeare tidak tunduk pada dunia kejahatan. Memasuki perjuangan dan menjadi korban dari lawan mereka yang mahakuasa, para pahlawan tragedi Shakespeare, bahkan sampai kematian mereka, menegaskan keyakinan pada manusia dan takdirnya yang cemerlang. Di sinilah keabadian tragedi Shakespeare dan suara modernnya.

Teater Globe Shakespeare terletak di antara teater lainnya - di tepi selatan Sungai Thames, di luar London, karena pihak berwenang melarang tontonan di

William Shakespeare

Teater Globus". Penampilan.

kota itu sendiri. Bangunan itu dimahkotai dengan menara kecil, tempat bendera berkibar selama pertunjukan.

Aksi berlangsung di udara terbuka - kerumunan orang berdiri di depan panggung, warga kaya menetap di galeri, yang mengelilingi dinding bundar teater dalam tiga tingkatan. Panggung dibagi menjadi 3 bagian: bagian depan - proscenium, bagian belakang, dipisahkan oleh dua kolom samping dan ditutup dengan kanopi jerami, dan bagian atas - dalam bentuk balkon. Panggung didekorasi dengan karpet dan tikar, dan panel digantung di atasnya: hitam - dalam tragedi dan biru - dalam komedi. Adegan aksi ditunjukkan dengan satu detail (pohon menunjukkan bahwa aksi berlangsung di hutan, dan singgasana - di istana).

Komposisi rombongan kecil - hanya 8-12 orang. Terkadang setiap aktor harus memainkan hingga tiga peran atau lebih dalam sebuah drama. Para pahlawan wanita diperankan oleh pria muda yang cantik dan rapuh. Aktor tragis utama adalah Edward Alleyn, yang bermain dengan kesuksesan tertentu dalam drama K. Marlowe, dan Richard Burbage - pemain terbaik dari peran Hamlet, Lear, Othello dan Macbeth. Richard Tarlton dan William Kemp membintangi peran komedi.

XVII abad

Jika selama Renaisans di Inggris, dramaturgi dan teater berada di masa kejayaannya, kebiasaan teater di London pada masa itu cukup bebas, kemudahan penuh menguasai baik di atas panggung maupun di auditorium, dan aktor serta penonton tidak malu berekspresi, maka di abad ke-17 mereka dianiaya oleh kaum Puritan.

Di zaman Renaisans, orang dapat melihat seorang pesulap dengan seekor anjing di atas panggung, yang menggambarkan "Raja Inggris, Pangeran Wales, dan ketika dia duduk telentang, lalu Paus dan Raja Spanyol." Beberapa Nyonya dalam sebuah komedi dapat mengetahui dari panggung bahwa Anda dapat menebak dengan urin, atau seorang pria - tuliskan di mana dia buang air kecil. “Panggung kami terkadang memiliki kotoran dan bau yang sama seperti Smithfield (pinggiran kota London tempat pameran diadakan dan terkadang bidat dibakar), kata Ben Jonson. “Segala sesuatu di sana disebut dengan nama aslinya,” tulis Voltaire tentang panggung Inggris di abad ke-18.

Moral teatrikal dapat disimpulkan dari "Protes atau Keluhan Aktor Terhadap Penindasan Profesi Mereka dan Pengusiran Mereka dari Beberapa Teater" (1643). “Kami berjanji untuk masa depan tidak akan pernah menerima wanita promiscuous ke dalam pondok enam penny kami yang datang ke sana hanya untuk dibawa pergi bersama mereka oleh magang dan juru tulis pengacara, dan tidak ada wanita lain seperti itu, kecuali mereka yang datang dengan suami mereka atau kerabat dekat. Sikap terhadap tembakau juga akan diubah: tidak akan dijual ... adapun bahasa kotor dan kehinaan serupa yang dapat membuat skandal orang baik, dan mendorong orang jahat ke dalam pesta pora, kami akan sepenuhnya mengusir mereka bersama dengan penulis - penyair yang tidak bermoral dan kasar .

Membuat drama dan menampilkannya dinyatakan sebagai aktivitas yang berdosa; mengunjungi teater dengan tegas dikutuk dan dianggap sebagai tindakan berbahaya dan merusak. Dengan munculnya kaum Puritan berkuasa, pertunjukan teater di Inggris dilarang. Pada tanggal 2 September 1642, Parlemen Inggris menutup teater dan melarang semua pertunjukan, dengan alasan bahwa tontonan tersebut "sering kali mengungkapkan kegembiraan dan kesembronoan yang tak terkendali", sementara seseorang harus mengarahkan pikirannya ke "pertobatan, rekonsiliasi, dan berpaling kepada Tuhan". Lima tahun kemudian, Parlemen mengkonfirmasi resolusi ini, sekarang dalam istilah yang lebih keras dan memerintahkan orang (aktor) yang tidak patuh untuk dikirim ke penjara sebagai penjahat. Budaya mengalami krisis akut. Gereja telah lama dan berjuang keras melawan tontonan teater. "Teaternya penuh, tapi gerejanya kosong," keluh para pendeta Puritan. Di teater, "gerakan bebas, pidato lepas, tawa dan ejekan, ciuman, pelukan, dan pandangan tidak sopan berkuasa," para pendeta marah. “Sabda Tuhan dilanggar di sana dan agama ketuhanan yang didirikan di negara kita dicemarkan,” kata Walikota.

Teater abad ke-17 disajikan kepada kaum borjuis Puritan di Inggris sebagai teater ketidaksenonohan dan pesta pora, teater yang memenuhi selera bangsawan dan merusak rakyat jelata.

Ada juga pembela. Penulis drama Thomas Nash menulis pada tahun 1592 bahwa plot drama tersebut dipinjam dari kronik Inggris, perbuatan besar leluhur diambil dari "kuburan pelupaan", dan dengan demikian kutukan atas "modernitas yang merosot dan dimanjakan" dikeluarkan, bahwa dalam lakon "kebohongan yang disepuh dengan kesucian lahiriah dibedah".

Ciri-ciri budaya ditentukan oleh peristiwa-peristiwa revolusi borjuis. Kontradiksi kelas antara borjuasi dan pemilik tanah besar diperparah, pemerintahan republik borjuis dipimpin oleh Oliver Cromwell, kemudian monarki Stuart dipulihkan.

Stuarts, yang kembali berkuasa, membuka kembali teater pada tahun 1660, dan komedi brilian namun tidak bermoral dari era Restorasi, seolah-olah, membenarkan penilaian negatif yang diberikan kepada teater oleh rekan Cromwell.

Setelah kudeta, William III dari Orange berkuasa. Gerakan populer tumbuh.

Wilhelm III tidak menutup teater, tetapi dengan keputusan 01.01.01, dia dengan tegas memperingatkan para aktor bahwa “jika mereka terus memainkan lakon yang mengandung ekspresi yang bertentangan dengan agama dan kesusilaan, serta membiarkan penistaan ​​​​dan asusila di atas panggung, maka untuk ini mereka harus menjawab dengan kepala mereka.

Pada tahun yang sama, 1698, sebuah risalah diterbitkan oleh seorang teolog Puritan bernama Jeremy Collier dengan judul yang sangat berwarna " Ulasan singkat amoralitas dan ketidaksopanan dari panggung Inggris. Teolog itu sangat mengutuk praktik teater yang ada. Dia menulis bahwa ada kemarahan dan kemarahan di atas panggung. “Darah dan barbarisme hampir didewakan”, bahwa “konsep kehormatan diselewengkan, prinsip-prinsip Kristiani dipermalukan”, bahwa “iblis dan pahlawan terbuat dari logam yang sama”, dan menuntut restrukturisasi teater secara radikal, mengubahnya menjadi sebuah jenis sekolah kebajikan, sopan santun dan kesopanan: “Tujuan drama adalah untuk mendorong kebajikan dan mengungkap kejahatan, untuk menunjukkan kerapuhan kebesaran manusia, perubahan takdir yang tiba-tiba dan konsekuensi berbahaya dari kekerasan dan ketidakadilan.

Borjuasi Inggris tidak lagi menginginkan penutupan teater, seperti sebelumnya, tetapi penyesuaiannya terhadap kebutuhan kelas. Meskipun "revolusi gemilang" tahun 1688 menghasilkan aliansi antara kaum borjuasi dan bangsawan baru, namun permusuhan masih tetap ada. Posisi tuan tanah masih kuat, meskipun bangsawan tunduk pada keadaan, mereka sama sekali tidak berdamai sepenuhnya. Serangan terhadap aristokrasi juga terdengar di pertunjukan teater.

Pada 1713, Joseph Addison (1672-1719) mencoba memantapkan tragedi klasik di panggung Inggris.

Saat ini, genre baru muncul - drama, tetapi komedi tidak mau melepaskan posisinya. Para penonton, yang meneteskan air mata yang deras pada penampilan The London Merchant dan dipenuhi kengerian di akhir drama yang suram, ingin tertawa dari waktu ke waktu. Kesempatan ini diberikan kepada mereka oleh Fielding, dan kemudian oleh Oliver Goldsmith dan Richard Brinsley Sheridan.

Goldsmith ingin menghidupkan kembali "komedi gay" Shakespeare dan Ben Jonson. Dalam risalahnya An Essay on the Theatre, or a Comparison of Jolly and komedi sentimental”(1733), dia berbicara langsung tentang ini dan menulis beberapa lakon komedi tanpa moralisasi, tanpa banyak kecenderungan, dengan riang mengolok-olok kurangnya pengalaman anak muda yang mudah tertipu. Dramanya penuh dengan kesalahan lucu, karakternya digambarkan secara alami.

Namun, Richard Brinsley Sheridan (1751-1816) meninggalkan jejak terbesar dalam sejarah drama Inggris periode ini. Dia menulis untuk waktu yang singkat. Semua permainan terbaiknya diciptakan dalam waktu lima tahun. Kebakaran teaternya di Drury Lane memberikan pukulan terakhir bagi penulis.

Klasisisme dalam bentuk klasiknya tidak dapat menemukan pijakan yang kokoh di Inggris. Ada dua alasan untuk ini: keadaan politik negara dan otoritas teater Shakespeare.

Adapun Shakespeare, dia begitu membayangi pencapaian drama kuno sehingga setelah dia tidak terpikirkan untuk mengandalkan sepenuhnya pada contoh penulis Yunani kuno. Penulis drama Inggris yang bekerja untuk teater tidak dapat mengikuti Aeschylus, Sophocles, dan Euripides tanpa syarat seperti yang dilakukan rekan Prancis mereka. Di depan mereka adalah contoh Shakespeare, yang bekerja dengan sistem yang sama sekali berbeda dan mencapai hasil yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pada 1644, Teater Globe Shakespeare dihancurkan, dibangun kembali setelah kebakaran pada 1613, pada 1649 - teater Fortune dan Phoenix, pada 1655 - Blackfriars. Aktor tersebar di seluruh negeri, pergi ke tentara, menghilang tanpa jejak, menurut seorang penulis anonim abad ke-17 (Historia histrionica).

Pada 1643, para aktor membuat dokumen anonim yang menyentuh: keluhan tentang penindasan terhadap profesi mereka. "Kami berpaling kepada Anda, Phoebus yang agung, dan kepada Anda, sembilan saudara perempuan - renungan, pelindung pikiran dan pelindung kami, aktor malang yang dipermalukan," tulis mereka. “Jika, dengan bantuan campur tangan Anda yang maha kuasa, kami dapat dipasang kembali di bekas teater kami dan kembali ke profesi kami lagi ... ”Para aktor menulis bahwa komedi dan tragedi yang mereka lakukan adalah“ reproduksi hidup dari tindakan orang , ”bahwa sifat buruk di dalamnya dihukum, dan kebajikan dihargai, bahwa "pidato bahasa Inggris diekspresikan dengan paling benar dan alami." Phoebus dan sembilan saudara perempuan - renungan, pelindung seni, tidak menanggapi. Teater telah mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.

John Milton, penyair Inggris terhebat abad ke-17, tidak sependapat dengan sikap negatif kaum Puritan terhadap pertunjukan teater. Milton sangat tegas terhadap penulis drama dan teater era Restorasi, yang memiliki karakter yang sangat menghibur. Milton menganggap tragedi sebagai hal utama dalam seni drama, desain klasik seni Yunani kuno. Meniru mereka, dia memperkenalkan paduan suara yang mengomentari apa yang terjadi, dan menetapkan kesatuan waktu: durasi peristiwa dalam tragedi itu tidak melebihi 24 jam. Kesatuan tempat dan tindakan dijaga dengan ketat.

Periode pemulihan

Periode Restorasi dimulai di Inggris tak lama setelah kematian Cromwell.

Larangan yang diberlakukan oleh kaum Puritan pada pertunjukan teater dan berbagai jenis hiburan dicabut. Teater dibuka kembali, tetapi sangat berbeda dengan teater Inggris pada abad ke-16 - awal abad ke-17 dan pada masanya. desain eksternal, dan sifat drama. Di atas panggung, pemandangan yang kaya dan kostum yang megah digunakan.

Komedi William Wycherley (1640-1716) dan William Congreve (1670-1729) menikmati kesuksesan tertentu.

teater Inggris "Drury Lane" dan "Covent Garden"

Ayo kunjungi teater London sekarang. Pada 1663, Teater Drury Lane dibangun di London, yang menerima hak monopoli dalam pemilihan repertoar. Pada 1732, teater besar lainnya muncul - Covent Garden. Ada sedikit ketertiban di teater London. Penonton yang berhamburan ke dalam auditorium langsung bergegas menyusuri bangku-bangku kios untuk merebut kursi yang lebih dekat ke panggung. Dari waktu ke waktu ada "kerusuhan teatrikal" yang aneh - penonton, yang tidak puas dengan penampilan, kenaikan harga, pemain mana pun, menenggelamkan suara para aktor, melemparkan buah ke arah mereka, dan terkadang meledak ke atas panggung.

Di London yang rusuh pada abad ke-18 ini, para aktor mencoba berakting sopan dan berbicara dengan suara terukur. Namun, klasisisme Inggris tidak lengkap, tidak terpisahkan - terus-menerus "dikoreksi" oleh tradisi realistik yang berasal dari Shakespeare.

Aktor Thomas Betterton (1635 - 1710) memainkan peran Hamlet seperti yang pernah dimainkan Burbage, setelah menerima instruksi dari Shakespeare sendiri. Aktor James Quinn (1693 - 1766), yang menurut orang Inggris terlalu klasik, memainkan peran Falstaff dengan cukup realistis. Pada 1741, Charles Maclean (1697-1797) secara realistis memerankan Shylock dalam The Merchant of Venice karya Shakespeare. Di tahun yang sama, David Garrick (1717 - 1779), yang menjadi aktor realis terpenting abad ke-18, berperan sebagai Richard III. Garrick memainkan peran komik dan tragis dengan sama baiknya. Sebagai peniru, Garrick tidak ada bandingannya. Wajahnya secara konsisten dapat menggambarkan semua corak dan transisi perasaan. Dia tahu bagaimana menjadi lucu, menyedihkan, agung, menakutkan. Garrick adalah aktor yang sangat cerdas, dengan teknik yang sangat berkembang dan tepat, dan pada saat yang sama merupakan aktor perasaan. Suatu kali, saat memerankan King Lear dalam tragedi Shakespeare, Garrick begitu terbawa suasana sehingga dia merobek wignya dan membuangnya.

Garrick mengarahkan Teater Drury Lane selama bertahun-tahun, di mana dia mengumpulkan perusahaan yang luar biasa dan mementaskan 25 drama Shakespeare. Sebelum dia, tidak ada yang bekerja dengan sangat teliti dan keras kepala dalam produksi drama Shakespeare. Setelah Garrick, mereka belajar menghargai Shakespeare lebih dari sebelumnya. Ketenaran aktor ini bergemuruh di seluruh Eropa.

Kreativitas Garrick merangkum perkembangan teater abad ke-18 - dari klasisisme hingga realisme.

abad ke 18

Zaman Pencerahan

Pada abad ke-18, era transisi dimulai, yang berpuncak pada revolusi borjuis Prancis. Gerakan pembebasan berkembang, menjadi perlu untuk menghancurkan feodalisme dan menggantinya dengan kapitalisme.

Literatur Inggris

Era yang bergejolak menghidupkan mekarnya budaya demokrasi, termasuk kreativitas teater.

DIV_ADBLOCK660">

abad ke-20

1945–sekarang

Setelah Perang Dunia Kedua, sehubungan dengan pembentukan sistem sosialis dunia dan tumbuhnya perang pembebasan rakyat nasional, runtuhnya Kerajaan Inggris menjadi tak terelakkan dan wajar. Teater mewakili pergolakan, peristiwa DAS, dan pergolakan sosial.

Pada tahun-tahun pertama setelah Perang Dunia Kedua, penulis paling populer di Inggris adalah John Boynton Priestley. Dia menulis lebih dari empat puluh drama. Yang paling signifikan dari mereka adalah "Sudut Berbahaya" (Sudut Berbahaya, 1932), "Waktu dan Keluarga Conway" ("Waktu dan Conways, 1937).

Dalam lakon-lakon Priestley, pengaruh dramaturgi Chekhov terlihat jelas. Priestley berusaha keras untuk menyampaikan drama kehidupan sehari-hari, untuk menunjukkan kehidupan dengan segala setengah nadanya, untuk mengungkap karakter tidak hanya dari karakter utama, tetapi juga karakter sekunder.

Drama John Osborne (1929) memainkan peran penting dalam budaya Inggris. Drama John Osborne mendorong kebangkitan perkembangan drama Inggris di tahun 60-an.

Pada tahun 1956, drama John Osborne, Look Back in Anger dipentaskan di Teater Royal Court, yang sukses besar. Penulis drama itu dengan sangat akurat menyampaikan mood pemuda Inggris saat itu. Jimmy Porter memasuki panggung - pahlawan muda yang "marah", begitu para kritikus memanggilnya. Pria muda ini dari bawah, yang membuat jalannya menjadi bermusuhan lingkungan sosial, membayangkan dengan buruk betapa berharganya keberadaan itu. Dia mengangkat senjata, tidak menyisakan kekuatan, melawan yang ada nilai moral, cara tradisional kehidupan publik, sebagian menentang hukum sosial. Ciri-ciri yang sama ini membedakan beberapa karakter, baik modern maupun historis, dalam lakon John Arden, Sheila Delaney, dan lainnya.

Keterampilan aktor dan sutradara progresif di beberapa negara disempurnakan pada materi drama klasik, pada contoh terbaik sastra realistik. Mereka menggunakan karya klasik untuk menimbulkan masalah kontemporer yang akut. Aktor Inggris Laurence Olivier dalam bentuk Othello menyampaikan protes marah terhadap munculnya peradaban borjuis. Hamlet melayani Paul Scofield untuk mengungkapkan pikiran sedih dan sulit dari generasi muda intelektual Eropa pascaperang yang merasa bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan di dunia.

Produksi drama Shakespeare oleh sutradara Inggris Peter Brook menikmati kesuksesan yang memang pantas diterima oleh penonton.

Seni teater belakangan ini dicirikan oleh banyak rombongan kecil profesional, semi-profesional, dan non-profesional, yang mengembara dari satu tempat ke tempat lain; revitalisasi teater mahasiswa; meningkatnya protes para aktor dan sutradara terhadap perdagangan seni. Kaum muda sering menggunakan panggung untuk diskusi politik yang tajam. Teater turun ke jalan, di mana pertunjukan semi-improvisasi dimainkan.

Hampir setiap fenomena kreativitas teatrikal di Inggris diresapi dengan kontradiksi internal yang kejam, sarat dengan benturan kecenderungan ideologis dan estetika yang berlawanan.

John Osborne adalah pendukung teater yang mengkritik tatanan sosial di dunia kapitalis, yang merupakan senjata paling meyakinkan saat itu.

Drama John Osborne menentukan perkembangan drama Inggris di tahun 1960-an.

Keaslian dramaturgi Sean O'Casey, seorang penulis drama Anglo-Irlandia yang luar biasa, ditentukan oleh hubungannya dengan tradisi cerita rakyat Irlandia. Dramanya dicirikan oleh kombinasi aneh antara tragis dan

Laurence Olivier sebagai Richard III

"Richard III" W. Shakespeare

komik, nyata dan fantastis, setiap hari dan menyedihkan. Drama O'Casey menggunakan konvensi teater Ekspresionis.

Pergerakan teater rakyat, terutama mengejar tujuan pendidikan, melanda seluruh Eropa. Di Inggris, Workshop Theatre muncul dan memperoleh ketenaran besar di bawah arahan Joan Littlewood.